Sebaik-baik dari kalian adalah orang yang mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya (H.R. Bukhari)

Senin

Syaitan atau Jin yang disebut Pendusta?

Masih Sering Keliru Mendefinisikan "Si Pendusta"


Dalam satu kisah yang cukup panjang yang berasal dari pengalaman sahabat Abu Hurairah radhiyaLLaahu 'anhu, muncullah statemen dari baginda Nabi Muhammad shallaLLaahu 'alaihiwasallam tentang "si Pendusta".

Lengkapnya hadits itu begini,

عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِينَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ وَكَّلَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِحِفْظِ زَكَاةِ رَمَضَانَ فَأَتَانِي آتٍ فَجَعَلَ يَحْثُو مِنْ الطَّعَامِ فَأَخَذْتُهُ فَقُلْتُ لَأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَصَّ الْحَدِيثَ فَقَالَ إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِيِّ لَنْ يَزَالَ مَعَكَ مِنْ اللَّهِ حَافِظٌ وَلَا يَقْرَبُكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَدَقَكَ وَهُوَ كَذُوبٌ ذَاكَ شَيْطَانٌ

Dari Muhammad bin Sirin dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu, ia berkata; RasuluLlaah shallaLLaahu 'alaihi wasallam menugaskanku untuk menjaga harta zakat.

Lalu pada suatu hari ada yang menyusup hendak mengambil makanan, maka aku pun menyergapnya seraya berkata, "Aku benar-benar akan menyerahkanmu kepada RasuluLLaah shallaLLaahu 'alaihi wasallam.." 

Lalu ia bercerita dan berkata, "Jika kamu hendak beranjak ke tempat tidur maka bacalah ayat kursi, niscaya ALLaah akan senantiasa menjagamu dan syaitan tidak akan mendekatimu hingga pagi." 

Maka Nabi shallaLLaahu 'alaihi wasallam pun bersabda: "Ia telah berkata benar padamu, padahal ia adalah pendusta. Itu (yang menyusup) tadi sebenarnya adalah syaitan.

(HR. Bukhari - No: 4624)


Hanya saja berdasarkan hadits ini, masih banyak yang terpeleset keliru dengan menyimpulkan dengan kalimat:

  • Jin itu adalah pendusta secara mutlak, 
  • Karakter dasar jin itu adalah berdusta... 
  • Dan sebagainya kalimat yang mirip dengan itu.


Padahal yang jelas disebut "si pendusta" di dalam hadits itu kalimatnya adalah syaitan, bukan jin. 


Walaupun konteksnya adalah syaitan dari jenis jin, tetapi harus dibedakan bahwa tidak semua jin itu pastilah syaitan.


Syaitan itu adalah musuh. Jadi, harusnya fokusnya kepada si musuh yang memang punya sifat dasar pendusta dan bukan secara umum menyebutkan bahwa jin itu sifat dasarnya pendusta.

Ini persoalan sedikit, tetapi sebagai kesalahan menjadi cukup serius.

Sama seriusnya ketika misalnya menganggap sifat dasar jin itu adalah pasti jujur.

Sebagaimana manusia, jin itu ada yang baik dan tidak. Ada yang mukmin, ada yang kafir, ada juga yang munafik. Ada yang shalih ada yang fasiq. Ada yang sunni ada yang syiah, ada yang komunis, ada yang kristen, hindu, budha, dan seterusnya.

Adapun syaitan itu jelas kafirnya. Iblisnya sendiri sebagai pimpinan syaitan masuk dalam kelompok kafir.


وَاِذْ قُلْنَا لِلْمَلٰٓئِكَةِ اسْجُدُوْا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوْٓا اِلَّاۤ اِبْلِيْسَ ۗ  اَبٰى وَاسْتَكْبَرَ  ۖ   وَكَانَ مِنَ الْكٰفِرِيْنَ

"Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, Sujudlah kamu kepada Adam! Maka mereka pun sujud kecuali iblis. Ia menolak dan menyombongkan diri dan ia termasuk golongan yang kafir."
[QS. Al-Baqarah (2): 34]


اِلَّاۤ  اِبْلِيْسَ ۗ  اِسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكٰفِرِيْنَ

"kecuali iblis; ia menyombongkan diri dan ia termasuk golongan yang kafir."
[QS. Sad (38): 74]



 serta fasiq

وَاِذْ قُلْنَا لِلْمَلٰۤئِكَةِ اسْجُدُوْا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوْۤا اِلَّاۤ اِبْلِيْسَ ۗ  كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ اَمْرِ رَبِّهٖ ۗ  اَفَتَـتَّخِذُوْنَهٗ وَذُرِّيَّتَهٗۤ اَوْلِيَآءَ مِنْ دُوْنِيْ وَهُمْ لَـكُمْ عَدُوٌّ  ۗ  بِئْسَ لِلظّٰلِمِيْنَ بَدَلًا

"Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, Sujudlah kamu kepada Adam! Maka mereka pun sujud kecuali Iblis. Dia adalah dari (golongan) jin, maka dia mendurhakai perintah Tuhannya. Pantaskah kamu menjadikan dia dan keturunannya sebagai pemimpin selain Aku, padahal mereka adalah musuhmu? Sangat buruklah (Iblis itu) sebagai pengganti (Allah) bagi orang yang zalim."
[QS. Al-Kahf (18): 50]



Jin beriman

قُلْ اُوْحِيَ اِلَيَّ اَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِّنَ الْجِنِّ فَقَالُوْۤا اِنَّا سَمِعْنَا قُرْاٰنًاعَجَبًا

"Katakanlah (Muhammad), Telah diwahyukan kepadaku bahwa sekumpulan jin telah mendengarkan (bacaan), lalu mereka berkata, Kami telah mendengarkan bacaan yang menakjubkan (Al-Qur'an)," 
[QS. Al-Jinn (72): 1]


يَّهْدِيْۤ اِلَى الرُّشْدِ فَاٰمَنَّا بِهٖ  ۗ  وَلَنْ نُّشْرِكَ بِرَبِّنَاۤ اَحَدًا

"(yang) memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan menyekutukan sesuatu pun dengan Tuhan kami,"
[QS. Al-Jinn (72): 2]


وَّاَنَّا مِنَّا الصّٰلِحُوْنَ وَمِنَّا دُوْنَ ذٰلِكَ ۗ  كُنَّا طَرَآئِقَ قِدَدًا

"Dan sesungguhnya di antara kami (jin) ada yang saleh dan ada (pula) kebalikannya. Kami menempuh jalan yang berbeda-beda."
[QS. Al-Jinn (72): 11]


وَّاَنَّا مِنَّا  الْمُسْلِمُوْنَ وَمِنَّا الْقٰسِطُوْنَ ۗ  فَمَنْ اَسْلَمَ فَاُولٰٓئِكَ تَحَرَّوْا رَشَدًا

"Dan di antara kami ada yang Islam dan ada yang menyimpang dari kebenaran. Siapa yang Islam, maka mereka itu telah memilih jalan yang lurus."
[QS. Al-Jinn (72): 14]


وَاِذْ صَرَفْنَاۤ  اِلَيْكَ نَفَرًا مِّنَ الْجِنِّ يَسْتَمِعُوْنَ الْقُرْاٰنَ ۚ  فَلَمَّا حَضَرُوْهُ  قَالُوْۤا اَنْصِتُوْا ۚ  فَلَمَّا قُضِيَ وَلَّوْا اِلٰى قَوْمِهِمْ مُّنْذِرِيْنَ

"Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan kepadamu (Muhammad) serombongan jin yang mendengarkan (bacaan) Al-Qur'an, maka ketika mereka menghadiri (pembacaan)nya mereka berkata, Diamlah kamu! (untuk mendengarkannya). Maka ketika telah selesai, mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan."
[QS. Al-Ahqaf (46): 29]


قَالُوْا يٰقَوْمَنَاۤ اِنَّا سَمِعْنَا كِتٰبًا اُنْزِلَ مِنْۢ بَعْدِ مُوْسٰى مُصَدِّقًا  لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ يَهْدِيْۤ اِلَى الْحَقِّ وَاِلٰى طَرِيْقٍ مُّسْتَقِيْمٍ

"Mereka berkata, Wahai kaum kami! Sungguh, kami telah mendengarkan Kitab (Al-Qur'an) yang diturunkan setelah Musa, membenarkan (kitab-kitab) yang datang sebelumnya, membimbing kepada kebenaran, dan kepada jalan yang lurus."
[QS. Al-Ahqaf (46): 30]


يٰقَوْمَنَاۤ اَجِيْبُوْا دَاعِيَ اللّٰهِ وَاٰمِنُوْا بِهٖ يَغْفِرْ لَـكُمْ مِّنْ ذُنُوْبِكُمْ وَيُجِرْكُمْ مِّنْ عَذَابٍ اَ لِيْمٍ

"Wahai kaum kami! Terimalah (seruan) orang (Muhammad) yang menyeru kepada Allah. Dan berimanlah kepada-Nya, niscaya Dia akan mengampuni dosa-dosamu, dan melepaskan kamu dari azab yang pedih."
[QS. Al-Ahqaf (46): 31]


وَمَنْ لَّا يُجِبْ دَاعِيَ اللّٰهِ فَلَيْسَ بِمُعْجِزٍ فِى الْاَرْضِ وَلَيْسَ لَهٗ مِنْ دُوْنِهٖۤ اَوْلِيَآءُ   ۗ  اُولٰٓئِكَ فِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ

"Dan barang siapa tidak menerima (seruan) orang yang menyeru kepada Allah (Muhammad) maka dia tidak akan dapat melepaskan diri dari siksaan Allah di bumi, padahal tidak ada pelindung baginya selain Allah. Mereka berada dalam kesesatan yang nyata."
[QS. Al-Ahqaf (46): 32]
____________


Jin pengganggu itu levelnya berbeda-beda. Sebagaimana manusia, ada yang karena bodoh, ada yang karena butuh kerja/ekonomi, ada yang sebagai pengikut kesesatan secara turun temurun, ada yang terjebak dalam ikatan perjanjian.

Namun memang ada yang jelas-jelas sadar posisinya sebagai penyesat dan pengganggu yang tahu resiko di akhir hayatnya.

Ada yang mereka berilmu tapi memilih sesat dan menyesatkan.

Fasiq tingkat tinggi. Dan itulah levelnya syaitan.

Kepada mereka yang terakhir inilah sifat dasar itu melekat. Sehingga tidak heran, dalam hadits itu terjadilah "deal"  barter makanan dengan ilmu yang benar.

Semoga tidak mudah kepleset lagi...

Wallahua'lam bishowab


H. Riyadh Rosyadi





Baca juga:
Jin, Syaitan, dan Iblis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar