Sebaik-baik dari kalian adalah orang yang mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya (H.R. Bukhari)

Minggu

TERAPI QURAN ADALAH

BISMILLAAHIRRAHMANIRRAHIIM


TERAPI QURAN
Penamaan Terapi Qur'an diambil istilah Ath-Thibbul Qurani atau Al-'ilaj bil Qur'an atau Al-Istisyfaa-u bil Qur'an..
 الطب القرآني ، العلاج بالقرآن ، الإستشفاء بالقرآن.

Dan itu sudah umum juga dalam banyak literatur atau ungkapan yang dipakai oleh sebagian terapis di dunia pengobatan Islami.
Dalam bahasa Inggris disebut sebagai Quranic Healing. Sebagaimana Pengobatan Islami atau kedokteran Islam disebut dengan Islamic Healing atau Islamic Medicine.

Posisi Al-Quran sebagai Syifa`

QS. Yunus (10) : 57
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ قَدْ جَآءَتْكُم مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَآءٌ لِّمَا فِى ٱلصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.

QS. Fushilat (41) : 44
قُلۡ هُوَ لِلَّذِينَ ءَامَنُواْ هُدٗى وَشِفَآءٞۚ 
Katakanlah, “Al-Qur'an adalah petunjuk dan penyembuh bagi orang-orang yang beriman.

QS. Al-Isra (17) : 82
وَنُنَزِّلُ مِنَ ٱلْقُرْءَانِ مَا هُوَ شِفَآءٌ وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ ۙوَلَا يَزِيدُ ٱلظّٰلِمِينَ إِلَّا خَسَارًا
Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penyembuh dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.

Fungsi Syifa (healing) Al-Quran yang bisa memberi dampak sebagai rahmat bagi yang meyakininya manakala ditegakkan fungsi mau'izhah -  bimbingan (konseling) dan huda - arahan (supervisi).
Dan sebagai pelengkapnya dalam QS. An-Nahl (16) : 69 memberikan isyarat secara khusus tentang madu dan herbal-herbal lainnya yang secara umum bisa digunakan dalam proses syifa`.
Secara wahyu, hadits-hadits Nabi Muhammad ﷺ  juga menjelaskan terdapatnya syifa juga ada pada item-item lainnya.

Berdasarkan beberapa uraian di atas, kami mendefinisikan Terapi Quran itu adalah
Proses melibatkan Al-Quran beserta penjelasannya secara bacaan (membaca - mendengar) atau tulisan serta penerapan isinya untuk mempertahankan dan meningkatkan/menguatkan, serta memperbaiki dan mengembalikan kualitas hidup agar sesuai dengan fitrahnya.

Cara Mengaktifkannya,
Dengan memenuhi ke 2 syarat utamanya:
Niat dan Menghilangkan kezaliman (QS 17:82).

A. MeNIATkannya 

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى،
Setiap amal itu berdasarkan niatnya dan setiap orang akan mendapatkan (dampak amal itu) sesuai niatnya

Menyengajakan niat dengan tujuan tertentu ibaratnya mengaktifkan tombol mode fungsi tertentu itu.
Saat memulai atau selesai membaca al-Quran kita sertakan niat kita. Apakah untuk menambah pahala setiap hurufnya, apakah sebagai syifa, sebagai perlindungan, sebagai furqon, dst.  Itu boleh bahkan perlu.
Dan yang mempengaruhi kekuatan niat adalah PEMAHAMAN dan KEYAKINAN. Maka perlu terus menambah pemahaman dan menguatkan keyakinan kita terhadap fungsi-fungsi Al-Quran yang kita niatkan agar kita memperoleh efek manfaat dari fungsi-fungsinya itu.

B. Menghilangkan kezaliman serta memperbaiki kesalahan.

Bencana dan segala ketidaknyamanan hidup muncul - atas takdir ALLaah - karena kesalahan-kesalahan yang dilakukan.
Selain itu kebaikan yang diharapkan datang bisa terhalangi karena masih adanya kezaliman yang bertahan baik sengaja maupun tidak sengaja, disadari maupun tidak disadari.

وَلَا يَزِيدُ ٱلظّٰلِمِينَ إِلَّا خَسَارًا
dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. (akhir QS. 17:82)

وَمَآ أَصَٰبَكُم مِّن مُّصِيبَةٖ فَبِمَا كَسَبَتۡ أَيۡدِيكُمۡ وَيَعۡفُواْ عَن كَثِيرٖ
Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu).
(QS. Asy-Syura, Ayat 30)

أَوۡ يُوبِقۡهُنَّ بِمَا كَسَبُواْ وَيَعۡفُ عَن كَثِيرٖ
atau (Dia akan) menghancurkannya karena perbuatan mereka, dan Dia memaafkan banyak (dari mereka),
(QS. Asy-Syura, Ayat 34)

ظَهَرَ ٱلۡفَسَادُ فِي ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ بِمَا كَسَبَتۡ أَيۡدِي ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعۡضَ ٱلَّذِي عَمِلُواْ لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُونَ
Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
(QS. Ar-Rum, Ayat 41)

عَنْ ثَوْبَانَ قَالَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم َإِنَّ الرَّجُلَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِيبُهُ
Dari Tsauban dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda Sesungguhnya seseorang terhalangi rizkinya karena dosa yang dia lakukan." 
(HR. Ahmad: 21379, Ibnu Majah: 4012)

وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِخَطِيئَةٍ يَعْمَلُهَا
seorang terhalangi dari rizkinya karena kesalahan yang telah ia lakukan." (HR. Ibnu Majah: 87)

Jenis-jenis kezaliman dan kesalahan yang perlu dikoreksi

• Secara interaksi:
Baik personal dan sosial serta lingkungan secara umum (keluarga, masyarakat, berbangsa bernegara, lingkungan hidup, dst). Meliputi:
- Interaksi dengan Penciptanya.
- Terhadap dirinya sendiri. 
- Interaksi dengan pihak lain.
- Interaksi dengan lingkungan hidup (hewan, tumbuhan dan alam sekitar)

• Secara sektor : 
- keyakinan, spiritual, ritual, sosial, kesehatan, ekonomi, pendidikan, budaya, dst

Teknis pelaksanaan:

1- Lakukan evaluasi diri dengan cara menegakkan nilai-nilai Al-Quran (serta penjelasan-penjelasannya) dalam rangka mengambil pelajaran sebagai bimbingan dan arahan terhadap segala aspek kehidupan yang perlu diperbaiki (sebagai koreksi) dan yang perlu ditingkatkan kualitasnya.
2- Hentikan dan hilangkan serta revisi segala hal yang terkoreksi sesuai ruang lingkup dan sektornya.
3- Lakukan interaksi dengan Al-Quran secara bacaan ayat-ayat terkait atau ayat-ayat secara umum yang dijelaskan keutamaannya. Baik dengan membaca dan atau mendengarkannya. Disertai dengan niat atas dasar pemahaman dan keyakinan yang kuat bahwa Al-Qur'an adalah syifa`(penyembuh) serta solusi terhadap persoalannya.
4- Bisa juga dg melarutkan tulisannya, meniupkan bacaan itu di air dan minyak, meniupkan di herbal, dialat terapi (titik & cup hijamah, dsb)

* Dalam pengertian ini Ruqyah Syar’iyyah adalah salah satu tools yang dipakai dalam Terapi Quran.


Marilah kita intervensikan Terapi Quran ke dalam setiap sektor kehidupan..

BismiLLaah wa 'alaa barakatiLLaah

======================

H. Riyadh Rosyadi,
Ketua Umum
Forum Terapi Quran (FTQ).

K E P A H L A W A N A N

🇰‌ 🇪‌ 🇵‌ 🇦‌ 🇭‌ 🇱‌ 🇦‌ 🇼‌ 🇦‌ 🇳‌ 🇦‌ 🇳‌



K E P A H L A W A N A N

Pahlawan berasal dari bahasa Sansekerta “Phala-Wan”, artinya orang yang menghasilkan buah atau hasil karya (phala). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang disebut sebagai pahlawan adalah orang yang menonjol karena keberaniannya dan pengorbanannya dalam membela kebenaran, atau pejuang yang gagah berani. Sedangkan dalam Peraturan Presiden No. 33 tahun 1964, untuk disebut Pahlawan harus memenuhi kriteria tertentu dan yang bersangkutan telah wafat dan sebagai seorang pejuang.

Karya besar, penuh pengorbanan dan jelas manfaatnya bagi kehidupan manusia dan lingkungan adalah pekerjaan kepahlawanan. Apapun motif niatnya, manusia patut menghargainya.

Bagi kita yang memiliki kerja kepahlawanan itu tentu tidak cukup demi memperoleh penghargaan manusia. Justru bagi para perindu cinta Ilahi dan kampung surgawi bukan kerja kepahlawan semata yang ditekuninya tetapi dia juga mengawal dan memastikan motif niat dirinya dalam mengerjakan semua itu.

Para perindu itu ingat betul satu hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Ahmad, An Nasa-i, At Tirmidzi dan Ibn Hibban. Dalam Hadits itu sahabat Abu Hurairah radhiyaLLaahu 'anhu menyampaikan bahwa Nabi Muhammad shallaLLaahu 'alaihi wasallam menceritakan tentang tiga orang dengan karya besar amalnya selama di dunia, yaitu orang yang gugur berperang di jalan Allah, Ahli Ilmu dan Al Quran yang sering mengajarkan ilmunya dan membaca Al Quran dan seorang dermawan kaya yang rajin bersedekah. Setelah menghadap ALLaah swt di akhirat dan ditanya tentang bagaimana kehidupan hingga kematiannya, masing-masing menjawab tentang karya besarnya selama di dunia hingga akhir kematiannya. Tetapi ALLaah swt membantahnya dan tidak memberi penghargaan sedikitpun kepada ketiganya bahkan memerintahkan kepada para malaikat untuk menyerert ketiganya masuk ke neraka jahannam.

Kepada orang yang mengaku berjuang hingga gugur membela agama, ALLaah swt berkata kepadanya; “engkau berdusta. Bukankah engkau lakukan itu agar manusia menyebut dirimu sebagai pemberani?”

Kepada ahli ilmu dan Al Quran, ALLaah swt berkata; “engkau berdusta. Bukankah engkau lakukan itu supaya engkau disebut sebagai seorang alim (ahli ilmu) dan qori’ (ahli membaca Al Quran)?”

Sedangkan kepada orang kaya yang rajin bersedekah, ALLaah swt berkata; “engkau berdusta. Bukankah engkau lakukan semua itu agar engkau disebut sebagai dermawan?”

Para perindu kampung akhirat akan selalu ingat “cerita masa depan” yang dituturkan oleh lisan Nabi itu. Dan pitutur Nabi adalah wahyu ALLaah swt. Dirinya akan selalu waspada dengan segala lintasan niat. Dia akan bekerja keras mengawasi hatinya. Wajib baginya untuk menjadi lebih baik dari hari kemarin, menjadikan diri bermanfaat bagi sesama dan lingkungannya karena memang itulah kriteria pahlawan di dunia yang diingatnya dari pesan Nabi _“Khoirun Naas, anfa’uhum linnaas — sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain“_. Dirinya ingin agar kepahlawanannya di dunia tidak bernasib seperti ketiga orang yang diceritakan Nabi tadi. Itu sia-sia dan teramat merugikan.

Baginya kepahlawanan di dunia adalah penting. Itu tuntutan kehidupan sebagai pilihan hidup terbaik. Pergantian waktu demi waktu harus menjadi saksi bahwa dirinya juga semakin baik dan berarti. Dan pada saat yang sama dia ingin menjadi pahlawan sejati yang mendapatkan penghargaan tertinggi dari Allah swt Yang Maha Mengetahui setiap desiran hati. Ingin mendapatkan keridhoan-Nya.

فَمَن كَانَ يَرْجُوا لِقَآءَ رَبِّهِۦ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صٰلِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦٓ أَحَدًۢا

Faman kaana yarjuu liqoo-a Robbihi fal-ya’mal ‘amalan shooliha wa laa yusyrik bi ‘ibaadati Robbihii ahadaa

“Maka barangsiapa yang mengharap (dalam keadaan baik) berjumpa tuhannya hendaklah dia mengerjakan amal shalih serta tidak menyekutukan Allah dengan suatu apapun dalam beribadah kepadaNya.” (Al Kahfi: 110)


Magetan, 10 November
H. Riyadh Rosyadi

________________

Dari sahabat Abu Hurairah radhiyaLLaahu 'anhu, Nabi shallaLLaahu 'alaihiwasallam bersabda:

إِنَّ أَوَّلَ النَّاسِ يُقْضَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَيْهِ رَجُلٌ اسْتُشْهِدَ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ قَاتَلْتُ فِيكَ حَتَّى اسْتُشْهِدْتُ قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ قَاتَلْتَ لِأَنْ يُقَالَ جَرِيءٌ فَقَدْ قِيلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ وَعَلَّمَهُ وَقَرَأَ الْقُرْآنَ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ وَعَلَّمْتُهُ وَقَرَأْتُ فِيكَ الْقُرْآنَ قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ لِيُقَالَ عَالِمٌ وَقَرَأْتَ الْقُرْآنَ لِيُقَالَ هُوَ قَارِئٌ فَقَدْ قِيلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ وَرَجُلٌ وَسَّعَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَأَعْطَاهُ مِنْ أَصْنَافِ الْمَالِ كُلِّهِ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ مَا تَرَكْتُ مِنْ سَبِيلٍ تُحِبُّ أَنْ يُنْفَقَ فِيهَا إِلَّا أَنْفَقْتُ فِيهَا لَكَ قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ فَعَلْتَ لِيُقَالَ هُوَ جَوَادٌ فَقَدْ قِيلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ ثُمَّ أُلْقِيَ فِي النَّارِ

Sesungguhnya manusia yang pertama kali dihisab pada hari kiamat ialah seseorang yang mati syahid, lalu diperlihatkan kepadanya kenikmatan sehingga ia mengetahuinya dengan jelas, lantas Dia bertanya: 'Apa yang telah kamu lakukan di dunia wahai hamba-Ku? Dia menjawab: 'Saya berjuang dan berperang demi Engkau ya ALLaah sehingga saya mati syahid.' ALLaah berfirman: 'Dusta kamu, sebenarnya kamu berperang bukan karena untuk-Ku, melainkan agar kamu disebut sebagai orang yang berani. Kini kamu telah menyandang gelar tersebut.' Kemudian diperintahkan kepadanya supaya dicampakkan dan dilemparkan ke dalam neraka. Dan didatangkan pula seseorang yang belajar Al-Qur'an dan mengajarkannya, lalu diperlihatkan kepadanya kenikmatan sehingga ia mengetahuinya dengan jelas, ALLaah bertanya: 'Apa yang telah kamu perbuat? ' Dia menjawab, 'Saya telah belajar ilmu dan mengajarkannya, saya juga membaca Al Qur'an demi Engkau.' ALLaah berfirman: 'Kamu dusta, akan tetapi kamu belajar ilmu dan mengajarkannya serta membaca Al Qur'an agar dikatakan seorang yang mahir dalam membaca, dan kini kamu telah dikatakan seperti itu, kemudian diperintahkan kepadanya supaya dia dicampakkan dan dilemparkan ke dalam neraka. Dan seorang laki-laki yang di beri keluasan rizki oleh ALLaah, kemudian dia menginfakkan hartanya semua, lalu diperlihatkan kepadanya kenikmatan sehingga ia mengetahuinya dengan jelas.' ALLaah bertanya: 'Apa yang telah kamu perbuat dengannya? ' dia menjawab, 'Saya tidak meninggalkannya sedikit pun melainkan saya infakkan harta benda tersebut di jalan yang Engkau ridhai." ALLaah berfirman: 'Dusta kamu, akan tetapi kamu melakukan hal itu supaya kamu dikatakan seorang yang dermawan, dan kini kamu telah dikatakan seperti itu.' Kemudian diperintahkan kepadanya supaya dia dicampakkan dan dilemparkan ke dalam neraka.

*(HR. Muslim: 3527)*

===

Sabtu

Sakit dan Berobat adalah Takdir

Semua takdir ALLaah swt adalah kebaikan semata
( S A K I T  &  B E R O B A T  )


قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْعُودٍ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَمْ يُنْزِلْ دَاءً إِلَّا وَقَدْ أَنْزَلَ مَعَهُ دَوَاءً جَهِلَهُ مِنْكُمْ مَنْ جَهِلَهُ وَعَلِمَهُ مِنْكُمْ مَنْ عَلِمَهُ

AbduLLaah bin Mas'ud berkata; RasuluLLaah shallaLLaahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah ALLaah 'azza wajalla menurunkan penyakit melainkan Dia telah menurunkan bersama penyakit itu obatnya, tidak diketahui oleh orang yang jahil dari kalian dan diketahui oleh orang yang mengetahui hal itu dari kalian.
(HR. Ahmad: 4046)


Menghargai sakit sebagai salah satu takdir ALLaah adalah sikap terbaik kepadaNya yang telah menurunkan penyakit itu. Bersikap ramah-lah kepada penyakit.

Dan sakit adalah salah satu bentuk takdirNya yang makhluk dalam posisi menerima. Jadikanlah sikap penerimaan itu sebagai penerimaan (sambutan) yang terbaik.

عَنْ أُمِّ العَلاَءِ قَالَتْ عَادَنِيْ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا مَرِيْضَةً، فَقَالَ اَبْشِرِىْ يَا أُمِّ العَلاَءِ، فَإِنِّ مَرَضَ المُسْلِمِ يُذْ هِبُ اللَّهُ بِهِ خَطَايَاهُ كَمَا تُذْ هِبُ النَّارُ خَببَثَ الذَّهَبِ وَالفِضَّةِ

Dari Ummu Al-Ala', dia berkata : RasuluLLaah shallaLLaahu alaihi wasallam menjengukku tatkala aku sedang sakit, lalu beliau berkata. 'Gembirakanlah dirimu wahai Ummu Al-Ala'. Sesungguhnya (dengan) sakitnya seorang muslim itu ALLaah menghilangkan kesalahan-kesalahan, sebagaimana api yang menghilangkan kotoran emas dan perak.  (HR. Abu Dawud)


Diriwayatkan dari Jabir bin ‘AbdiLLaah radhiyaLLaahu ‘anhu, RasuluLLaah  shallallahu ‘alaihi wa sallam menjenguk Ummu As-Saaib atau Ummul Musayyib. RasuluLLaah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya,

مَا لَكِ يَا أُمَّ السَّائِبِ؟ (أَوْ يَا أُمَّ الْمُسَيِّبِ) تُزَفْزِفِينَ؟

_Ada apa denganmu wahai Ummu As-Saib? (atau Ummul Musayyib), koq badanmu gemetaran?._ 

Ummu As-Saib berkata,
الْحُمَّى، لَا بَارَكَ اللهُ فِيهَا

(Ini karena) demam, semoga ALLaah tidak memberikan berkah kepadanya.

Maka RasuluLLaah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَا تَسُبِّي الْحُمَّى، فَإِنَّهَا تُذْهِبُ خَطَايَا بَنِي آدَمَ، كَمَا يُذْهِبُ الْكِيرُ خَبَثَ الْحَدِيدِ

Janganlah engkau mencela demam karena hal itu dapat menghilangkan kesalahan-kesalahan (dosa) anak adam sebagaimana kiir (alat yang dipakai pandai besi) bisa menghilangkan karat besi. (HR. Muslim no. 2575)


Berobat juga bagian dari takdir ALLaah swt...
Menghargai upaya berobat berarti menghargai ALLaah swt yang telah menurunkannya bersama penyakit itu.
Dan berobat adalah jenis takdir yang makhluk bergerak aktif mengupayakan segala daya dengan cara yang dihalalkan. Itulah penghargaan terbaik terhadap berobat sebagai penghargaan kepada Zat Yang telah menurunkannya.

وعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : " نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم عَنِ الدَّوَاءِ الْخَبِيثِ.
رواه الترمذي ( ٢٠٤٥ ) ، وصحيح.

Dari abi Hurairah radhiyaLLaahu 'anhu dia berkata: RasuluLLaah shallaLLaahu 'alaihi wasallam melarang berobat dengan yang khobits (buruk/haram). (HR. At Turmudzi 2045, shahih)


وعَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ اللَّهَ أَنْزَلَ الدَّاءَ وَالدَّوَاءَ وَجَعَلَ لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءً ، فَتَدَاوَوْا وَلاَ تَدَاوَوْا بِحَرَامٍ .
رواه ابو داود ( ٣٨٧٤ ) وصحيح.

Dari Abi Darda` radhiyaLLaahu 'anhu dia berkata, bersabda RasuluLLaah shallaLLaahu 'alaihi wasallam: sesungguhnya ALLaah menurunkan penyakit dan obat. Dan menjadikan setiap penyakit itu ada obatnya, maka berobatlah tetapi janganlah berobat dengan yang haram. (HR. Abu Dawud 3874, shahih).


 عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ أَبِي خُزَامَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ رُقًى نَسْتَرْقِيهَا وَدَوَاءً نَتَدَاوَى بِهِ وَتُقَاةً نَتَّقِيهَا هَلْ تَرُدُّ مِنْ قَدَرِ اللَّهِ شَيْئًا قَالَ هِيَ مِنْ قَدَرِ اللَّهِ.
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ 

Dari Az Zuhri dari Abu Khuzamah dari bapaknya ia berkata; Aku bertanya kepada RasuluLLaah shallaLLaahu 'alaihi wasallam, "Wahai RasuluLLaah, bagaimana menurut baginda mengenai ruqyah yang sering kami gunakan, obat-obatan yang sering kami pakai untuk berobat serta pelindung yang seringa kami pakai untuk berlindung, apakah hal itu dapat menolak taqdir ALLaah?" Nabi shallaLLaahu 'alaihi wasallam menjawab: "Justeru itu semua termasuk dari taqdir ALLaah." Berkata Abu Isa: Ini merupakan hadits hasan shahih.
(HR. Tirmidzi: 1991)
Hadits sejenis juga diriwayatkan dalam Musnad Imam Ahmad: 14925, 14926, 14027 dan Sunan Ibnu Majah: 3428;

Dengan memahami hal di atas, maka mempelajari penyakit dan obatnya, kemudian menjelaskan dan menyebarluaskan serta mengkhidmatkannya kepada sesama makhluk.. maka itu semua adalah upaya lebih baik dari yang terbaik dalam menghargai takdir. Dan itu adalah sikap ihsan kepada ALLaah swt yang telah menurunkan keduanya.

BaarakaLLaahu fiikum.

______
R. Rosyadi