Sebaik-baik dari kalian adalah orang yang mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya (H.R. Bukhari)

Minggu

TERAPI QURAN ADALAH

BISMILLAAHIRRAHMANIRRAHIIM


TERAPI QURAN
Penamaan Terapi Qur'an diambil istilah Ath-Thibbul Qurani atau Al-'ilaj bil Qur'an atau Al-Istisyfaa-u bil Qur'an..
 الطب القرآني ، العلاج بالقرآن ، الإستشفاء بالقرآن.

Dan itu sudah umum juga dalam banyak literatur atau ungkapan yang dipakai oleh sebagian terapis di dunia pengobatan Islami.
Dalam bahasa Inggris disebut sebagai Quranic Healing. Sebagaimana Pengobatan Islami atau kedokteran Islam disebut dengan Islamic Healing atau Islamic Medicine.

Posisi Al-Quran sebagai Syifa`

QS. Yunus (10) : 57
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ قَدْ جَآءَتْكُم مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَآءٌ لِّمَا فِى ٱلصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.

QS. Fushilat (41) : 44
قُلۡ هُوَ لِلَّذِينَ ءَامَنُواْ هُدٗى وَشِفَآءٞۚ 
Katakanlah, “Al-Qur'an adalah petunjuk dan penyembuh bagi orang-orang yang beriman.

QS. Al-Isra (17) : 82
وَنُنَزِّلُ مِنَ ٱلْقُرْءَانِ مَا هُوَ شِفَآءٌ وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ ۙوَلَا يَزِيدُ ٱلظّٰلِمِينَ إِلَّا خَسَارًا
Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penyembuh dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.

Fungsi Syifa (healing) Al-Quran yang bisa memberi dampak sebagai rahmat bagi yang meyakininya manakala ditegakkan fungsi mau'izhah -  bimbingan (konseling) dan huda - arahan (supervisi).
Dan sebagai pelengkapnya dalam QS. An-Nahl (16) : 69 memberikan isyarat secara khusus tentang madu dan herbal-herbal lainnya yang secara umum bisa digunakan dalam proses syifa`.
Secara wahyu, hadits-hadits Nabi Muhammad ﷺ  juga menjelaskan terdapatnya syifa juga ada pada item-item lainnya.

Berdasarkan beberapa uraian di atas, kami mendefinisikan Terapi Quran itu adalah
Proses melibatkan Al-Quran beserta penjelasannya secara bacaan (membaca - mendengar) atau tulisan serta penerapan isinya untuk mempertahankan dan meningkatkan/menguatkan, serta memperbaiki dan mengembalikan kualitas hidup agar sesuai dengan fitrahnya.

Cara Mengaktifkannya,
Dengan memenuhi ke 2 syarat utamanya:
Niat dan Menghilangkan kezaliman (QS 17:82).

A. MeNIATkannya 

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى،
Setiap amal itu berdasarkan niatnya dan setiap orang akan mendapatkan (dampak amal itu) sesuai niatnya

Menyengajakan niat dengan tujuan tertentu ibaratnya mengaktifkan tombol mode fungsi tertentu itu.
Saat memulai atau selesai membaca al-Quran kita sertakan niat kita. Apakah untuk menambah pahala setiap hurufnya, apakah sebagai syifa, sebagai perlindungan, sebagai furqon, dst.  Itu boleh bahkan perlu.
Dan yang mempengaruhi kekuatan niat adalah PEMAHAMAN dan KEYAKINAN. Maka perlu terus menambah pemahaman dan menguatkan keyakinan kita terhadap fungsi-fungsi Al-Quran yang kita niatkan agar kita memperoleh efek manfaat dari fungsi-fungsinya itu.

B. Menghilangkan kezaliman serta memperbaiki kesalahan.

Bencana dan segala ketidaknyamanan hidup muncul - atas takdir ALLaah - karena kesalahan-kesalahan yang dilakukan.
Selain itu kebaikan yang diharapkan datang bisa terhalangi karena masih adanya kezaliman yang bertahan baik sengaja maupun tidak sengaja, disadari maupun tidak disadari.

وَلَا يَزِيدُ ٱلظّٰلِمِينَ إِلَّا خَسَارًا
dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. (akhir QS. 17:82)

وَمَآ أَصَٰبَكُم مِّن مُّصِيبَةٖ فَبِمَا كَسَبَتۡ أَيۡدِيكُمۡ وَيَعۡفُواْ عَن كَثِيرٖ
Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu).
(QS. Asy-Syura, Ayat 30)

أَوۡ يُوبِقۡهُنَّ بِمَا كَسَبُواْ وَيَعۡفُ عَن كَثِيرٖ
atau (Dia akan) menghancurkannya karena perbuatan mereka, dan Dia memaafkan banyak (dari mereka),
(QS. Asy-Syura, Ayat 34)

ظَهَرَ ٱلۡفَسَادُ فِي ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ بِمَا كَسَبَتۡ أَيۡدِي ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعۡضَ ٱلَّذِي عَمِلُواْ لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُونَ
Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
(QS. Ar-Rum, Ayat 41)

عَنْ ثَوْبَانَ قَالَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم َإِنَّ الرَّجُلَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِيبُهُ
Dari Tsauban dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda Sesungguhnya seseorang terhalangi rizkinya karena dosa yang dia lakukan." 
(HR. Ahmad: 21379, Ibnu Majah: 4012)

وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِخَطِيئَةٍ يَعْمَلُهَا
seorang terhalangi dari rizkinya karena kesalahan yang telah ia lakukan." (HR. Ibnu Majah: 87)

Jenis-jenis kezaliman dan kesalahan yang perlu dikoreksi

• Secara interaksi:
Baik personal dan sosial serta lingkungan secara umum (keluarga, masyarakat, berbangsa bernegara, lingkungan hidup, dst). Meliputi:
- Interaksi dengan Penciptanya.
- Terhadap dirinya sendiri. 
- Interaksi dengan pihak lain.
- Interaksi dengan lingkungan hidup (hewan, tumbuhan dan alam sekitar)

• Secara sektor : 
- keyakinan, spiritual, ritual, sosial, kesehatan, ekonomi, pendidikan, budaya, dst

Teknis pelaksanaan:

1- Lakukan evaluasi diri dengan cara menegakkan nilai-nilai Al-Quran (serta penjelasan-penjelasannya) dalam rangka mengambil pelajaran sebagai bimbingan dan arahan terhadap segala aspek kehidupan yang perlu diperbaiki (sebagai koreksi) dan yang perlu ditingkatkan kualitasnya.
2- Hentikan dan hilangkan serta revisi segala hal yang terkoreksi sesuai ruang lingkup dan sektornya.
3- Lakukan interaksi dengan Al-Quran secara bacaan ayat-ayat terkait atau ayat-ayat secara umum yang dijelaskan keutamaannya. Baik dengan membaca dan atau mendengarkannya. Disertai dengan niat atas dasar pemahaman dan keyakinan yang kuat bahwa Al-Qur'an adalah syifa`(penyembuh) serta solusi terhadap persoalannya.
4- Bisa juga dg melarutkan tulisannya, meniupkan bacaan itu di air dan minyak, meniupkan di herbal, dialat terapi (titik & cup hijamah, dsb)

* Dalam pengertian ini Ruqyah Syar’iyyah adalah salah satu tools yang dipakai dalam Terapi Quran.


Marilah kita intervensikan Terapi Quran ke dalam setiap sektor kehidupan..

BismiLLaah wa 'alaa barakatiLLaah

======================

H. Riyadh Rosyadi,
Ketua Umum
Forum Terapi Quran (FTQ).

K E P A H L A W A N A N

🇰‌ 🇪‌ 🇵‌ 🇦‌ 🇭‌ 🇱‌ 🇦‌ 🇼‌ 🇦‌ 🇳‌ 🇦‌ 🇳‌



K E P A H L A W A N A N

Pahlawan berasal dari bahasa Sansekerta “Phala-Wan”, artinya orang yang menghasilkan buah atau hasil karya (phala). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang disebut sebagai pahlawan adalah orang yang menonjol karena keberaniannya dan pengorbanannya dalam membela kebenaran, atau pejuang yang gagah berani. Sedangkan dalam Peraturan Presiden No. 33 tahun 1964, untuk disebut Pahlawan harus memenuhi kriteria tertentu dan yang bersangkutan telah wafat dan sebagai seorang pejuang.

Karya besar, penuh pengorbanan dan jelas manfaatnya bagi kehidupan manusia dan lingkungan adalah pekerjaan kepahlawanan. Apapun motif niatnya, manusia patut menghargainya.

Bagi kita yang memiliki kerja kepahlawanan itu tentu tidak cukup demi memperoleh penghargaan manusia. Justru bagi para perindu cinta Ilahi dan kampung surgawi bukan kerja kepahlawan semata yang ditekuninya tetapi dia juga mengawal dan memastikan motif niat dirinya dalam mengerjakan semua itu.

Para perindu itu ingat betul satu hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Ahmad, An Nasa-i, At Tirmidzi dan Ibn Hibban. Dalam Hadits itu sahabat Abu Hurairah radhiyaLLaahu 'anhu menyampaikan bahwa Nabi Muhammad shallaLLaahu 'alaihi wasallam menceritakan tentang tiga orang dengan karya besar amalnya selama di dunia, yaitu orang yang gugur berperang di jalan Allah, Ahli Ilmu dan Al Quran yang sering mengajarkan ilmunya dan membaca Al Quran dan seorang dermawan kaya yang rajin bersedekah. Setelah menghadap ALLaah swt di akhirat dan ditanya tentang bagaimana kehidupan hingga kematiannya, masing-masing menjawab tentang karya besarnya selama di dunia hingga akhir kematiannya. Tetapi ALLaah swt membantahnya dan tidak memberi penghargaan sedikitpun kepada ketiganya bahkan memerintahkan kepada para malaikat untuk menyerert ketiganya masuk ke neraka jahannam.

Kepada orang yang mengaku berjuang hingga gugur membela agama, ALLaah swt berkata kepadanya; “engkau berdusta. Bukankah engkau lakukan itu agar manusia menyebut dirimu sebagai pemberani?”

Kepada ahli ilmu dan Al Quran, ALLaah swt berkata; “engkau berdusta. Bukankah engkau lakukan itu supaya engkau disebut sebagai seorang alim (ahli ilmu) dan qori’ (ahli membaca Al Quran)?”

Sedangkan kepada orang kaya yang rajin bersedekah, ALLaah swt berkata; “engkau berdusta. Bukankah engkau lakukan semua itu agar engkau disebut sebagai dermawan?”

Para perindu kampung akhirat akan selalu ingat “cerita masa depan” yang dituturkan oleh lisan Nabi itu. Dan pitutur Nabi adalah wahyu ALLaah swt. Dirinya akan selalu waspada dengan segala lintasan niat. Dia akan bekerja keras mengawasi hatinya. Wajib baginya untuk menjadi lebih baik dari hari kemarin, menjadikan diri bermanfaat bagi sesama dan lingkungannya karena memang itulah kriteria pahlawan di dunia yang diingatnya dari pesan Nabi _“Khoirun Naas, anfa’uhum linnaas — sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain“_. Dirinya ingin agar kepahlawanannya di dunia tidak bernasib seperti ketiga orang yang diceritakan Nabi tadi. Itu sia-sia dan teramat merugikan.

Baginya kepahlawanan di dunia adalah penting. Itu tuntutan kehidupan sebagai pilihan hidup terbaik. Pergantian waktu demi waktu harus menjadi saksi bahwa dirinya juga semakin baik dan berarti. Dan pada saat yang sama dia ingin menjadi pahlawan sejati yang mendapatkan penghargaan tertinggi dari Allah swt Yang Maha Mengetahui setiap desiran hati. Ingin mendapatkan keridhoan-Nya.

فَمَن كَانَ يَرْجُوا لِقَآءَ رَبِّهِۦ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صٰلِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦٓ أَحَدًۢا

Faman kaana yarjuu liqoo-a Robbihi fal-ya’mal ‘amalan shooliha wa laa yusyrik bi ‘ibaadati Robbihii ahadaa

“Maka barangsiapa yang mengharap (dalam keadaan baik) berjumpa tuhannya hendaklah dia mengerjakan amal shalih serta tidak menyekutukan Allah dengan suatu apapun dalam beribadah kepadaNya.” (Al Kahfi: 110)


Magetan, 10 November
H. Riyadh Rosyadi

________________

Dari sahabat Abu Hurairah radhiyaLLaahu 'anhu, Nabi shallaLLaahu 'alaihiwasallam bersabda:

إِنَّ أَوَّلَ النَّاسِ يُقْضَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَيْهِ رَجُلٌ اسْتُشْهِدَ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ قَاتَلْتُ فِيكَ حَتَّى اسْتُشْهِدْتُ قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ قَاتَلْتَ لِأَنْ يُقَالَ جَرِيءٌ فَقَدْ قِيلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ وَعَلَّمَهُ وَقَرَأَ الْقُرْآنَ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ وَعَلَّمْتُهُ وَقَرَأْتُ فِيكَ الْقُرْآنَ قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ لِيُقَالَ عَالِمٌ وَقَرَأْتَ الْقُرْآنَ لِيُقَالَ هُوَ قَارِئٌ فَقَدْ قِيلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ وَرَجُلٌ وَسَّعَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَأَعْطَاهُ مِنْ أَصْنَافِ الْمَالِ كُلِّهِ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ مَا تَرَكْتُ مِنْ سَبِيلٍ تُحِبُّ أَنْ يُنْفَقَ فِيهَا إِلَّا أَنْفَقْتُ فِيهَا لَكَ قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ فَعَلْتَ لِيُقَالَ هُوَ جَوَادٌ فَقَدْ قِيلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ ثُمَّ أُلْقِيَ فِي النَّارِ

Sesungguhnya manusia yang pertama kali dihisab pada hari kiamat ialah seseorang yang mati syahid, lalu diperlihatkan kepadanya kenikmatan sehingga ia mengetahuinya dengan jelas, lantas Dia bertanya: 'Apa yang telah kamu lakukan di dunia wahai hamba-Ku? Dia menjawab: 'Saya berjuang dan berperang demi Engkau ya ALLaah sehingga saya mati syahid.' ALLaah berfirman: 'Dusta kamu, sebenarnya kamu berperang bukan karena untuk-Ku, melainkan agar kamu disebut sebagai orang yang berani. Kini kamu telah menyandang gelar tersebut.' Kemudian diperintahkan kepadanya supaya dicampakkan dan dilemparkan ke dalam neraka. Dan didatangkan pula seseorang yang belajar Al-Qur'an dan mengajarkannya, lalu diperlihatkan kepadanya kenikmatan sehingga ia mengetahuinya dengan jelas, ALLaah bertanya: 'Apa yang telah kamu perbuat? ' Dia menjawab, 'Saya telah belajar ilmu dan mengajarkannya, saya juga membaca Al Qur'an demi Engkau.' ALLaah berfirman: 'Kamu dusta, akan tetapi kamu belajar ilmu dan mengajarkannya serta membaca Al Qur'an agar dikatakan seorang yang mahir dalam membaca, dan kini kamu telah dikatakan seperti itu, kemudian diperintahkan kepadanya supaya dia dicampakkan dan dilemparkan ke dalam neraka. Dan seorang laki-laki yang di beri keluasan rizki oleh ALLaah, kemudian dia menginfakkan hartanya semua, lalu diperlihatkan kepadanya kenikmatan sehingga ia mengetahuinya dengan jelas.' ALLaah bertanya: 'Apa yang telah kamu perbuat dengannya? ' dia menjawab, 'Saya tidak meninggalkannya sedikit pun melainkan saya infakkan harta benda tersebut di jalan yang Engkau ridhai." ALLaah berfirman: 'Dusta kamu, akan tetapi kamu melakukan hal itu supaya kamu dikatakan seorang yang dermawan, dan kini kamu telah dikatakan seperti itu.' Kemudian diperintahkan kepadanya supaya dia dicampakkan dan dilemparkan ke dalam neraka.

*(HR. Muslim: 3527)*

===

Sabtu

Sakit dan Berobat adalah Takdir

Semua takdir ALLaah swt adalah kebaikan semata
( S A K I T  &  B E R O B A T  )


قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْعُودٍ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَمْ يُنْزِلْ دَاءً إِلَّا وَقَدْ أَنْزَلَ مَعَهُ دَوَاءً جَهِلَهُ مِنْكُمْ مَنْ جَهِلَهُ وَعَلِمَهُ مِنْكُمْ مَنْ عَلِمَهُ

AbduLLaah bin Mas'ud berkata; RasuluLLaah shallaLLaahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah ALLaah 'azza wajalla menurunkan penyakit melainkan Dia telah menurunkan bersama penyakit itu obatnya, tidak diketahui oleh orang yang jahil dari kalian dan diketahui oleh orang yang mengetahui hal itu dari kalian.
(HR. Ahmad: 4046)


Menghargai sakit sebagai salah satu takdir ALLaah adalah sikap terbaik kepadaNya yang telah menurunkan penyakit itu. Bersikap ramah-lah kepada penyakit.

Dan sakit adalah salah satu bentuk takdirNya yang makhluk dalam posisi menerima. Jadikanlah sikap penerimaan itu sebagai penerimaan (sambutan) yang terbaik.

عَنْ أُمِّ العَلاَءِ قَالَتْ عَادَنِيْ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا مَرِيْضَةً، فَقَالَ اَبْشِرِىْ يَا أُمِّ العَلاَءِ، فَإِنِّ مَرَضَ المُسْلِمِ يُذْ هِبُ اللَّهُ بِهِ خَطَايَاهُ كَمَا تُذْ هِبُ النَّارُ خَببَثَ الذَّهَبِ وَالفِضَّةِ

Dari Ummu Al-Ala', dia berkata : RasuluLLaah shallaLLaahu alaihi wasallam menjengukku tatkala aku sedang sakit, lalu beliau berkata. 'Gembirakanlah dirimu wahai Ummu Al-Ala'. Sesungguhnya (dengan) sakitnya seorang muslim itu ALLaah menghilangkan kesalahan-kesalahan, sebagaimana api yang menghilangkan kotoran emas dan perak.  (HR. Abu Dawud)


Diriwayatkan dari Jabir bin ‘AbdiLLaah radhiyaLLaahu ‘anhu, RasuluLLaah  shallallahu ‘alaihi wa sallam menjenguk Ummu As-Saaib atau Ummul Musayyib. RasuluLLaah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya,

مَا لَكِ يَا أُمَّ السَّائِبِ؟ (أَوْ يَا أُمَّ الْمُسَيِّبِ) تُزَفْزِفِينَ؟

_Ada apa denganmu wahai Ummu As-Saib? (atau Ummul Musayyib), koq badanmu gemetaran?._ 

Ummu As-Saib berkata,
الْحُمَّى، لَا بَارَكَ اللهُ فِيهَا

(Ini karena) demam, semoga ALLaah tidak memberikan berkah kepadanya.

Maka RasuluLLaah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَا تَسُبِّي الْحُمَّى، فَإِنَّهَا تُذْهِبُ خَطَايَا بَنِي آدَمَ، كَمَا يُذْهِبُ الْكِيرُ خَبَثَ الْحَدِيدِ

Janganlah engkau mencela demam karena hal itu dapat menghilangkan kesalahan-kesalahan (dosa) anak adam sebagaimana kiir (alat yang dipakai pandai besi) bisa menghilangkan karat besi. (HR. Muslim no. 2575)


Berobat juga bagian dari takdir ALLaah swt...
Menghargai upaya berobat berarti menghargai ALLaah swt yang telah menurunkannya bersama penyakit itu.
Dan berobat adalah jenis takdir yang makhluk bergerak aktif mengupayakan segala daya dengan cara yang dihalalkan. Itulah penghargaan terbaik terhadap berobat sebagai penghargaan kepada Zat Yang telah menurunkannya.

وعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : " نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم عَنِ الدَّوَاءِ الْخَبِيثِ.
رواه الترمذي ( ٢٠٤٥ ) ، وصحيح.

Dari abi Hurairah radhiyaLLaahu 'anhu dia berkata: RasuluLLaah shallaLLaahu 'alaihi wasallam melarang berobat dengan yang khobits (buruk/haram). (HR. At Turmudzi 2045, shahih)


وعَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ اللَّهَ أَنْزَلَ الدَّاءَ وَالدَّوَاءَ وَجَعَلَ لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءً ، فَتَدَاوَوْا وَلاَ تَدَاوَوْا بِحَرَامٍ .
رواه ابو داود ( ٣٨٧٤ ) وصحيح.

Dari Abi Darda` radhiyaLLaahu 'anhu dia berkata, bersabda RasuluLLaah shallaLLaahu 'alaihi wasallam: sesungguhnya ALLaah menurunkan penyakit dan obat. Dan menjadikan setiap penyakit itu ada obatnya, maka berobatlah tetapi janganlah berobat dengan yang haram. (HR. Abu Dawud 3874, shahih).


 عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ أَبِي خُزَامَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ رُقًى نَسْتَرْقِيهَا وَدَوَاءً نَتَدَاوَى بِهِ وَتُقَاةً نَتَّقِيهَا هَلْ تَرُدُّ مِنْ قَدَرِ اللَّهِ شَيْئًا قَالَ هِيَ مِنْ قَدَرِ اللَّهِ.
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ 

Dari Az Zuhri dari Abu Khuzamah dari bapaknya ia berkata; Aku bertanya kepada RasuluLLaah shallaLLaahu 'alaihi wasallam, "Wahai RasuluLLaah, bagaimana menurut baginda mengenai ruqyah yang sering kami gunakan, obat-obatan yang sering kami pakai untuk berobat serta pelindung yang seringa kami pakai untuk berlindung, apakah hal itu dapat menolak taqdir ALLaah?" Nabi shallaLLaahu 'alaihi wasallam menjawab: "Justeru itu semua termasuk dari taqdir ALLaah." Berkata Abu Isa: Ini merupakan hadits hasan shahih.
(HR. Tirmidzi: 1991)
Hadits sejenis juga diriwayatkan dalam Musnad Imam Ahmad: 14925, 14926, 14027 dan Sunan Ibnu Majah: 3428;

Dengan memahami hal di atas, maka mempelajari penyakit dan obatnya, kemudian menjelaskan dan menyebarluaskan serta mengkhidmatkannya kepada sesama makhluk.. maka itu semua adalah upaya lebih baik dari yang terbaik dalam menghargai takdir. Dan itu adalah sikap ihsan kepada ALLaah swt yang telah menurunkan keduanya.

BaarakaLLaahu fiikum.

______
R. Rosyadi


Kamis

Kisah Cicit Iblis

*Bismillaahir rahmaanir rahiim*

Ini ada berita, semoga bermanfaat bagi siapapun yg membuka hatinya..


*من كتاب *كنز العمال

عن عمر قال: "بينما نحن قعود مع النبي صلى الله عليه وسلم على جبال من جبال تهامة إذ أقبل شيخ بيده عصا فسلم على النبي صلى الله عليه وسلم فرد عليه السلام، ثم قال: نغمة جن وغنتهم من أنت؟ قال: أنا هامة بن الهيم بن لاقيس بن إبليس، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: فما بينك وبين إبليس إلا أبوان؟ قال: نعم. قال: ـ فكم أتى عليك من الدهر قال: قد أفنيت الدنيا عمرها إلا قليلا، قال: ما علم ذلك، قال: ليالي قتل قابيل هابيل كنت غلاما ابن أعوام أفهم الكلام وأمر بالآكام ، وآمر بإفساد الطعام وقطيعة الأرحام، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: بئس عمل الشيطان المتوسم والشاب المتلوم. قال: ذرني من الترداد إني تائب إلى الله عز وجل، إني كنت مع نوح في مسجده مع من آمن به من قومه، فلم أزل أعاتبه على دعوته على قومه حتى بكى عليهم وأبكاني، وقال لا جرم إني على ذلك من النادمين، وأعوذ بالله أن أكون من الجاهلين، قلت يا نوح إني ممن أشرك في دم السعيد هابيل بن آدم فهل تجد لي عند ربك توبة؟ قال: يا هام هم بالخير وافعله قبل الحسرة والندامة إني قرأت في ما أنزل الله عز وجل علي أنه ليس من عبد تاب إلى الله عز وجل بالغا ذنبه ما بلغ إلا تاب الله عليه، قم فتوضأ واسجد لله سجدتين، ففعلت من ساعتي ما أمرني به، فناداني ارفع رأسك فقد نزلت توبتك من السماء فخررت لله ساجدا حولا، وكنت مع هود في مسجده مع من آمن من قومه، فلم أزل أعاتبه على دعوته على قومه حتى بكى عليهم وأبكاني فقال: لا جرم إني على ذلك من النادمين، وأعوذ بالله أن أكون من الجاهلين، وكنت مع صالح في مسجده مع من آمن به من قومه فلم أزل أعاتبه على قومه حتى بكى عليهم وأبكاني وكنت زوارا ليعقوب، وكنت من يوسف بالمكان المكين، وكنت آلف إلياس في الأودية وأنا ألقاه الآن، وإني لقيت موسى بن عمران فعلمني من التوراة وقال: إن لقيت عيسى ابن مريم فأقرئه مني السلام، وإني لقيت عيسى ابن مريم فأقرأته من موسى السلام، وإن عيسى قال لي: إن لقيت محمدا فأقرئه مني السلام فأرسل رسول الله صلى الله صلى الله عليه وسلم عينيه فبكى، ثم قال: وعلى عيسى السلام ما دامت الدنيا وعليك يا هامة بأدائك الأمانة قال: يا رسول الله افعل بي ما فعل موسى بن عمران فإنه علمني من التوراة فعلمه رسول الله صلى الله عليه وسلم 
{إِذَا وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُ} 
و {وَالْمُرْسَلاتِ}
 و {عَمَّ يَتَسَاءَلُونَ} 
و {إِذَا الشَّمْسُ كُوِّرَتْ} 
و {المعوذتين} 
و {قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ} 
وقال: ارفع إلينا حاجتك يا هامة ولا تدع زيارتنا، قال عمر بن الخطاب رضي الله عنه: فقبض رسول الله صلى الله عليه وسلم ولم ينعه إلينا فلسنا ندري أحي أم ميت". "عق وأبو العباس اليشكري في اليشكريات وأبو نعيم ق معا في الدلائل والمستغفري في الصحابة وإسحاق بن إبراهيم المنجنيقي من طرق وطريق ق أقواها وطريق عق أوهاها وأورده ابن الجوزي في الموضوعات من طريق عق فلم يصب وله شواهد من حديث أنس وابن عباس وغيرهما تأتي في محالها وقد بسطت الكلام عليه في اللآلي المصنوعة"..


Dalam kitab Kanzul-Ummal,
Dari Umar radhiyaLLaahu 'anhu, “Suatu hari kami duduk bersama Nabi shallaLLaahu 'alaihi wa sallam di gunung Tihamah. Tiba-tiba seorang kekek tua bertongkat, datang. Salam dia dijawab oleh Nabi shallaLLaahu 'alaihi wa sallam.
Nabi bersabda ‘ini naghomah (suara kawanan lebah) dan suara jin. Siapa kau?’.
Dia menjawab ‘saya *Hammah bin Al-Haim bin Laaqis bin Iblis*’.
Nabi bertanya ‘berarti antara kau dan Iblis, (terpaut) dua generasi?’.
Dia menjawab ‘betul’.
Nabi shallaLLaahu 'alaihi wa sallam bertanya ‘berarti berapa umurmu?’.
Dia menjawab ‘saya hidup hampir selama dunia dihuni oleh manusia’.
Nabi bertanya ‘maksudnya bagaimana?’.
Dia menjawab ‘di malam Qobil membunuh Habil; saya masih kanak-kanak, umur beberapa tahun. Saat itu saya sudah bisa memahami pembicaraan, dan bermain di sejumlah perbukitan. Saya perintah agar makanan dirusak dan memutus ikatan rahim’.
Nabi bersabda ‘sejelek-jelek kelakuan syaitan yang menjelma orang tua, dan menjelma pemuda yang suka dicela’.
Dia (Haammah) berkata’ biarkanlah saya, janganlah sebut-sebut lagi hal itu karena aku sudah bertaubat kepada ALLaah 'azza wajalla.

Saya dulu pernah bersama Nabi Nuh 'alaihis salaam di dalam masjidnya, bersama kaumnya yang beriman. Dan saya mengeritiknya karena dia telah mendoakan jelek atas kaumnya. Hingga dia dan saya menangis. Dia berkata ‘saya telah menyesal. Saya berlidung pada Allah agar tidak tergolong kaum bodoh’.
Saya berkata:
Wahai Nuh, aku dulu terlibat dalam menumpahkan darah (membunuh) Habil bin Adam. Apakah tobat saya bisa diterima oleh Robb-mu?’.
Nuh 'alaihis salaam berkata ‘hai Hammah, tekadkanlah berbuat kebaikan sebelum nestapa dan menyesal. Saya telah membaca Wahyu yang diturunkan oleh ALLaah 'azza wajalla pada saya:
Tiada hamba yang dosanya sampai puncak, bertobat pada Allah, kecuali ALLaah menerima tobatnya. Berdirilah untuk wudhu dan sholatlah dua rakaat!’.
Maka saya melaksanakan perintahnya. ALLaah menyeru kepadaku:
‘Angkatlah kepalamu! Taubatmu dari langit telah diterima!’
Maka saya merebah untuk bersujud, selama setahun.

Saya juga pernah bersama Hud 'alaihis salaam di masjidnya, bersama kaumnya yang beriman. Saya mengeritiknya terus-menerus, karena pernah mendoakan jelek atas kaumnya. Hingga dia dan saya menangis. Dia berkata, ‘saya telah menyesali perbuatan itu. Dan berlindung pada Allah agar tidak tergolong kaum bodoh’.
Saya juga pernah bersama Sholih 'alaihis salaam, di masjidnya, bersama kaumnya yang beriman. Saya mengeritiknya terus, karena pernah mendoakan jelek atas kaumnya. Hingga dia dan saya menangis.

Saya juga pernah berkunjung pada Yaqub 'alaihis salaam. Juga pernah mendampingi hingga diberi kedudukan penting oleh Yusuf 'alaihis salaam. Juga sering menemani Ilyas 'alaihis salaam di beberapa lembah.

Saya juga pernah bertemu Musa bin 'Imraan 'alaihis salaam dan diajarkan sebagaian kitab Taurat olehnya . Dan dipesan ‘jika kau bertemu Isa bin Maryam 'alaihis salaam, sampaikan salam saya padanya!’.
Setelah bertemu, saya menyampaikan salam Musa padanya (Isa) 'alaihis salaam. Dia berpesan ‘kalau kau bertemu Muhammad, sampaikan salam saya padanya!’.
Dua mata RasuluLLaah shallaLLaahu 'alaihi wa sallam berlinang airmatanya, dan menangis. Lalu bersabda ‘semoga salam atas Isa 'alaihis salaam, begitu pula pada kau Hammah, yang telah menyampaikan titipan salamnya pada saya’.

Dia berkata ‘ya RasulaLLaah, perlakukan saya seperti Musa 'alaihis salaam memperlakukan saya. Dia telah mengajarkan sebagaian kitab Taurat pada saya’.
Nabi shallaLLaahu 'alaihi wa sallam mengajarkan padanya:
1.     Surat Al-Mursalat.
2.     Surat Annaba.
3.     Surat Attakwir.
4.     Al-Falaq.
5.     Annas.
6.     Al-Ikhlash.

Lalu beliau bersabda "sampaikanlah keperluanmu kepada kami wahai Haammah dan janganlah sungkan mengunjungi kami.”

Umar bin Al-Khatthab radhiyaLLaahu 'anhu berkata, “RasuluLLaah shallaLLaahu 'alaihi wa sallam telah wafat, namun belum pernah ‘memberitakan kematian’ Hammah, pada kami. Kami tidak tahu dia masih hidup, atau telah wafat.”

———————————

*BismiLLahir rahmaanir rahiim..*

_Haammah dan keturunannya yg mukmin, jika ALLaah swt taqdirkan dirimu masih hidup, kemarilah... ini banyak yg satu keturunan dgmu perlu mendapatkan kabar baik darimu... Semoga melaluimu mereka turut beriman kpd ALLaah 'Azza wajalla_

———————————————————

Menyembelih Jin Saat Meruqyah

Saran dan pendapat saya:

JANGAN MEMBIASAKAN DAN MEMUDAH-MUDAHKAN MENYEMBELIH JIN. (saat ruqyahan).

Jika saat ruqyahan terjadi reaksi aktif dimana jin berinteraksi melalui orang yang diruqyah, maka itu ibaratnya terjadi OTT operasi tangkap tangan. Di sinilah tindakan lanjutan diperlukan.

Kita perlu membedakan antara hukum peperangan dengan tindakan terhadap pelaku kejahatan yang tertangkap. Hukum bunuh membunuh di kedua kasus itu berbeda.

Jika dalam peperangan saja perlu kejelasan dan keyakinan dalam mengambil tindakan eksekusi (kasus teguran RasuluLLaah shallaLLaahu 'alaihi wasallam terhadap Usamah bin Zaid radhiyaLLaahu 'anhu yang tetap mengeksekusi bunuh orang yang sudah bersyahadat lantaran Usamah menganggap orang tsb bersyahadat hanya dalam rangka menyelamatkan diri), maka perlakuan terhadap tawanan yang tertangkap harus lebih hati-hati dan lebih bijak.

Tidak ada eksekusi sembelih/pancung terhadap mereka yang tertangkap selain hukuman qishosh. Dan qishosh sebelumnya harus melalui proses peradilan. Kesepadanan tindakan eksekusi dengan kesalahannya adalah bentuk keadilan.

Jangan sampai ketergesaan kita dlm mengeksekusi menjadikan kita melakukan salah satu dari amal yang disukai syaitan: AL-ISTI'JAL, tergesa-gesa.

RasuluLLaah shallaLLaahu ’alaihi wa sallam bersabda,

التَّأَنِّى مِنَ اللَّهِ وَالْعَجَلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ

Sikap pelan-pelan itu dari Allah, dan sikap tergesa-gesa itu dari syetan.
(HR. Al-Baihaqi dari Anas bin Malik radhiyaLLaahu ’anhu, Ash-Shahihah: 1795. Dihasankan oleh Al-Albani)

RasuluLLaah shallaLLaahu ’alaihi wa sallam bersabda kepada Al-Asyaj,

إنَّ فيكَ لَخَصْلَتَيْن يُحِبُّهُمَا اللهُ، الْحِلْمُ وَالأنَاةُ

Sesungguhnya pada dirimu ada dua akhlak yang dicintai ALLaah, yakni al-hilm (menahan diri ketika marah, tidak tergesa-gesa menyikapi suatu masalah) dan al-anaah (berhati-hati dalam menghadapi suatu masalah, menahan diri dan tidak terburu-buru).
(HR. Muslim dari Ibnu Abbas radhiyaLLaahu ’anhuma)

Adapun al-'ajalah (tergesa-gesa) yang terpuji itu sebagaimana yang disampaikan oleh Al-Imam Hatim Al-Ashom rahimahuLLaah,

كان يقال العجلة من الشيطان إلا في خمس إطعام الطعام إذا حضر الضيف وتجهيز الميت إذا مات وتزويج البكر إذا أدركت وقضاء الدين إذا وجب والتوبة من الذنب إذا أذنب

Disebutkan bahwa terburu-buru itu dari (bisikan) setan, kecuali dalam lima hal:
1) Menghidangkan jamuan bila tamu telah datang,
2) Menyegerakan pengurusan mayyit bila ia telah meninggal,
3) Menikahkan anak gadis bila telah baligh (jika telah ada laki-laki shalih yang meminangnya dan ia pun menyukainya),
4) Melunasi hutang bila telah jatuh tempo,
5) Bertaubat dari dosa bila berbuat dosa.

(Hilyatul Aulia, Abu Nu’aim Al-Ashbahani, 8/78)

Dakwahilah dengan sekemampuan. 
Termasuk juga orang yang diterapinya.

ALLaah swt berfirman,

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan dan berkata, “Sungguh, aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri)?”

وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ۚ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ

Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Balaslah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, sehingga jika (semula) ada permusuhan antara kamu dan dia maka akan menjadi seperti teman yang setia.

وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ

Dan (sifat-sifat yang baik itu) tidak akan dianugerahkan kecuali kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan kecuali kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar.

(QS. Fushilat 41, Ayat 33-35).


R. Rosyadi.

Melihat jin dalam keadaan terjaga

Melihat jin dalam keadaan terjaga

Pembahasan ini dikecualikan terhadap para Nabi dan para Rasul sholawatuLLaah wa salaamuhu 'alaihim.

ALLaah swt berfirman,

يَا بَنِي آدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُمْ مِنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْآتِهِمَا ۗ إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْ ۗ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ لِلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ

Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat *yang kamu tidak bisa melihat mereka*. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf, Ayat 27)


Berkata Imam Asy-Syafi'i rahimahuLLaah,

من زعم أنه يرى الجن رددنا شهادته إلا أن يكون نبياً

Barangsiapa yang mengaku dirinya bisa melihat jin (dalam bentuk asli/ghaibnya), maka kami tolak kesaksiannya kecuali dia seorang nabi.
(Kitab Fathul Bari: 4/ 489).


A• Jika,
1. Yang melihat jin itu ada banyak (3 org atau lebih), sebagaimana peristiwa
- Iblis di Darun Nadwah sebagai sosok Syaikh dari Nejd (ada perselisihan riwayat).
- Iblis di perang badr sbg sosok Suroqoh bin Malik

2. Yg bercerita adalah org yg betul2 bisa dipercaya spt:
- Abu Hurairah radhiyaLLaahu 'anhu saat menangkap / memergoki syaitan yg mencuri harta zakat
- Ubay bin Ka'ab radhiyaLLaahu 'anhu saat menangkap / memergoki jin yg mencuri kurma
- Abu Ayyub Al-Anshori radhiyaLLaahu 'anhu menangkap / memergoki jin yg mencuri kurma

➡ Maka Kemungkinan jin yang terlihat itu adalah jin yg tasyakul (merubah bentuk) dlm wujud fisik di alam manusia.


B• Jika, yg mengaku melihat dlm keadaan terjaga hanya 1 org yg hidup di zaman ini, maka kemungkinan besar di dalam diri orang tersebut terdapat jin-nya yang didapatnya melalui salah satu atau kombinasi di berikut ini:
1. Jalur nasab leluhurnya
2. Jalur kasab ilmu yg dipelajari
3. Sihir

Jin yang dilihat manusia itu tidak tasyakul dlm bentuk fisik di alam manusia. Tetapi manusia itu "bisa melihat" jin di alamnya (di alam jin) baik dalam wujud aslinya maupun wujud tasyakulnya (tasyakul ghaibnya).

* "bisa melihat" di sini bisa dalam bentuk lain: merasakan, mendengar, mencium aroma.

Keadaan manusia yang demikan biasanya bisa diketahui dengan menelusuri riwayat hidupnya dan memeriksa tanda2 lainnya.
(Bisa pakai Cek List).


WaLLaahu a'lam

Ruqyah Syari'yyah dengan Tulisan yang dilarutkan

MERUQYAH DENGAN TULISAN YANG DILARUTKAN

Agar kita semua tidak perlu merasa aneh/asing dengan apa yang pernah dilakukan oleh salafush shalih terdahulu dan pendapat para ulama yang menerapkan dalam kehidupan mereka, maka uraian tentang meruqyah dengan tulisan yang dilarutkan ini penting sekali untuk kita pahami.

Harapannya kita semua bersyukur dengan kemudahan syariat dan juga semoga kita tidak gamang menerapkannya hanya karena "khawatir" dianggap mirip dengan amalan para dukun atau yang sejenisnya.


، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ ” فِي الْمَرْأَةِ يَعْسُرُ عَلَيْهَا وَلَدُهَا، قَالَ: يُكْتَبُ فِي قِرْطَاسٍ ثُمَّ تُسْقَى: بِسْمِ اللَّهِ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَكِيمُ الْكَرِيمُ، سُبْحَانَ اللَّهِ تَعَالَى رَبِّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ، الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَ مَا يُوعَدُونَ لَمْ يَلْبَثُوا إِلا سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ بَلاغٌ فَهَلْ يُهْلَكُ إِلا الْقَوْمُ الْفَاسِقُونَ، كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَهَا لَمْ يَلْبَثُوا إِلا عَشِيَّةً أَوْ ضُحَاهَا

Hafsh bin ‘Abdirrahman menceritakan kepada kami, Muhammad bin ‘Abdirrahman bin Abi Lailaa menceritakan kepada kami, Al-Hakam bin ‘Utaibah menceritakan kepada kami, dari Sa’iid bin Jubair, dari Ibnu ‘Abbaas radhiyaLLaahu 'anhumaa, mengenai seorang wanita yang kesusahan saat melahirkan. Ibnu ‘Abbaas berkata, “Tulislah pada selembar kertas kemudian beri ia minum dengannya: BismiLLaahil-ladziy laa ilaaha illaa Huwal Hakiimul Kariim, subhaanallaahi Ta’aala Rabbil ‘arsyil ‘azhiim, alhamdulillaahi Rabbil ‘aalamiin, kemudian QS Al-Ahqaaf ayat 35 dan QS An-Naazi’aat ayat 76.”
(Ad-Da’awaat Al-Kabiir no. 468),

Hafsh bin ‘Abdirrahman bin ‘Umar Al-Balkhiy, Abu ‘Umar Al-Faqiih An-Naisaabuuriy, Al-Haafizh berkata ia shaduuq dan ahli ibadah.
(Taqriib At-Tahdziib no. 1410).


Pendapat 4 Madzhab


1. Madzhab Hanafiyyah

Al-‘Allaamah Muhammad Aamiin bin ‘Aabidiin Ad-Dimasyqiy Al-Hanafiy rahimahullah berkata:

اختلف في الاستشفاء بالقرآن بأن يقرأ على المريض أو الملدوغ الفاتحة، أو يكتب في ورق ويعلق عليه أو في طست ويغسل ويسقى، و على الجواز عمل الناس اليوم

Ada perbedaan pendapat dalam hal pengobatan dengan Al-Qur’an yaitu dengan membacakan Al-Faatihah kepada orang yang sakit atau tersengat binatang, atau menulis (ayat-ayatnya) di kertas lalu digantungkan, atau (menulis) pada sebuah baskom kemudian dibasuh (dengan air) dan airnya diminumkan, dan orang-orang pun beramal dengannya pada masa-masa sekarang karena kebolehan perbuatan tersebut.
(Haasyiyyah Ibni ‘Aabidiin 3/364)


2. Madzhab Maalikiyyah

Al-Imam Abu ‘Abdillaah Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Al-Faasiy, atau yang lebih kita kenal dengan nama Ibnul Haaj Al-Maalikiy rahimahullah, ia berkata :

وما زال الأشياخ من الأكابر رحمة الله عليهم يكتبون الآيات من القرآن والأدعية فيسقونها لمرضاهم ويجدون العافية عليها

Para syaikh dari kalangan tua -semoga rahmat Allah tercurah atas mereka- senantiasa menuliskan ayat-ayat Al-Qur’an dan do’a-do’a, lantas mereka memberi minum dengannya kepada orang-orang yang sakit dan mereka pun mendapatkan kesembuhan padanya.
(Al-Madkhal 4/121)


3. Madzhab Syaafi’iyyah

Al-Imam Muhyiddiin Abu Zakariyaa Yahyaa bin Syarf An-Nawawiy Asy-Syaafi’iy rahimahullah berkata :

ولو كتب القرآن في إناء ثم غسله وسقاه المريض فقال الحسن البصري ومجاهد وأبو قلابة والأوزاعي : لا بأس به وكرهه النخعي ؛ ومقتضى مذهبنا أنه لا بأس به

Seandainya menulis Al-Qur’an pada sebuah bejana, kemudian membasuhnya (dengan air) dan meminumkannya kepada orang yang sakit, maka Al-Hasan Al-Bashriy, Mujaahid, Abu Qilaabah dan Al-Auzaa’iy telah berkata : tak mengapa dengan yang demikian, sementara An-Nakha’iy memakruhkannya. Maka yang menjadi pilihan madzhab kami adalah bahwa perbuatan tersebut tak mengapa.
(Al-Majmuu’ Syarh Al-Muhadzdzab 2/171)

Al-Imam Taajuddiin Abu Nashr ‘Abdul Wahhaab bin ‘Aliy bin ‘Abdil Kaafiy As-Subkiy Asy-Syaafi’iy rahimahullah berkata :

وَرَأَيْت كثيرا من الْمَشَايِخ يَكْتُبُونَ هَذِه الْآيَات للْمَرِيض ويسقاها فِي الْإِنَاء طلبا للعافية

Dan aku melihat banyak para masyaikh menulis ayat-ayat Al-Qur’an ini di dalam sebuah bejana kepada orang yang sakit dan memberinya minum demi mencari kesembuhan.
(Thabaqaat Asy-Syaafi’iyyah Al-Kubraa 5/159)


4. Madzhab Hanaabilah.

Ternukil dari Imam Ahmad, riwayat-riwayat yang banyak.

قَالَ الخلال: حَدَّثَنِي عبد الله بن أحمد: قَالَ رَأَيْتُ أَبِي يَكْتُبُ لِلْمَرْأَةِ إِذَا عَسُرَ عَلَيْهَا وِلَادَتُهَا فِي جَامٍ أَبْيَضَ، أَوْ شَيْءٍ نَظِيفٍ، يَكْتُبُ حَدِيثَ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ

Al-Khalaal berkata, ‘AbduLLaah bin Ahmad menceritakan kepadaku, ia berkata, “Aku melihat ayahku menulis sesuatu di dalam gelas putih atau suatu wadah yang bersih, untuk seorang wanita yang mengalami kesusahan ketika melahirkan, ia menulis hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallaahu ‘anhu (yakni hadits Ibnu ‘Abbas diatas).

قَالَ الخلال: أَنْبَأَنَا أبو بكر المروذي، أَنَّ أبا عبد الله جَاءَهُ رَجُلٌ فَقَالَ: يَا أبا عبد الله! تَكْتُبُ لِامْرَأَةٍ قَدْ عَسُرَ عَلَيْهَا وَلَدُهَا مُنْذُ يَوْمَيْنِ؟ فَقَالَ: قُلْ لَهُ: يَجِيءُ بِجَامٍ وَاسِعٍ، وَزَعْفَرَانٍ

Al-Khalaal berkata, Abu Bakr Al-Marruudziy memberitahu kami, bahwa seorang laki-laki datang kepada Abu ‘AbdiLLaah (Imam Ahmad), ia berkata, “Wahai Abu ‘AbdiLLaah! Maukah engkau tuliskan untuk seorang wanita yang telah mengalami kesusahan melahirkan sejak 2 hari lalu?” Imam Ahmad berkata, “Katakan kepada si laki-laki : Bawakan kemari gelas yang lebar dan za’faran (aku akan tuliskan beberapa ayat Al-Qur’an).
(Zaadul Ma’aad 4/328).

قال أبو داود في مسائل الإمام أحمد لأبي داود (٢٦٠): سمعت أحمد سئل عن الرجل يكتب القرآن في شيء ثم يغسله ويشربه ؟ قال :أرجوا أن لا يكون به بأسا

Imam Abu Daawud berkata dalam Masaa’il Al-Imam Ahmad riwayat Abu Daawud hal. 260, “Aku mendengar Ahmad ditanya mengenai seorang lelaki yang menulis ayat Al-Qur’an pada sebuah wadah, kemudian ia membasuhnya serta meminumnya? Ahmad menjawab, “Aku berharap tidak mengapa dengan perbuatan yang demikian.

_________

Pendapat ulama sesudahnya

Syaikhul Islam Taqiyuddiin Abul ‘Abbaas Ibnu Taimiyyah rahimahuLLaah menyatakan,

وَيَجُوزُ أَنْ يَكْتُبَ لِلْمُصَابِ وَغَيْرِهِ مِنْ الْمَرْضَى شَيْئًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ وَذِكْرُهُ بِالْمِدَادِ الْمُبَاحِ وَيُغْسَلُ وَيُسْقَى كَمَا نَصَّ عَلَى ذَلِكَ أَحْمَد وَغَيْرُهُ

Dibolehkan bagi orang yang terkena penyakit dan selainnya untuk dituliskan sesuatu dari kitab ALLaah dan DzikruLLaah dengan memakai tinta yang diperbolehkan, lalu dibasuh dan airnya diminumkan kepada orang yang sakit, sebagaimana telah di-nashkan akan hal tersebut oleh Imam Ahmad dan selain beliau.
(Majmuu’ Al-Fataawaa 19/64)


Fatwa Lajnah Daimah, Majelis Ulama Saudi Arabia.

وجاء في “فتاوى اللجنة الدائمة” (1/97) : ” وقراءة القرآن أو السنة على المريض مباشرة بالنفث عليه ثابتة بالسنة المطهرة من رقية الرسول صلى الله عليه وسلم لنفسه ولبعض أصحابه ، أما كتابة الآيات بماء الورد والزعفران ونحو ذلك ثم غمرها في الماء وشربها ، أو القراءة على العسل واللبن ونحوها ودهن الجسم بالمسك وماء الورد المقروء عليه آيات قرآنية- فلا بأس به ، وعليه عمل السلف الصالح ” انتهى

Tertera dalam Fatwa Lajnah Da’imah (1/97) : “Pembacaan Al-Qur’an atau (do’a-do’a) As-Sunnah atas orang yang sakit langsung dengan "nafts" meniupkan dengan sedikit percikan ludah pada bagian tubuh yang sakit, telah tetap berasal dari tatacara ruqyah Rasul ShalaLLaahu ‘alaihi wasallam didalam Sunnah Muthaharah, baik itu yang beliau lakukan kepada dirinya sendiri maupun kepada beberapa orang sahabatnya. Adapun penulisan beberapa ayat dengan air mawar, za’faran atau yang sejenis dengannya kemudian dicelup ke dalam air dan airnya diminum, atau membacakan Al-Qur’an pada segelas madu, susu dan yang sejenis dengannya, atau memakaikan minyak misik dan air mawar yang telah dibacakan ayat-ayat Al-Qur’an padanya ke bagian-bagian tubuh tertentu, maka tidak mengapa dengannya, baginya amalan para salafush shalih. Selesai.

_____ RR

Jumat

Meruqyah dengan Ludah dan Tanah

Meruqyah dengan Ludah dan Tanah

أن رسول الله ﷺ كان إذا اشتكى الإنسان الشيء منه ، أو كانت به قرحة أو جرح . قال النبي ﷺ بإصبعه هكذا . ووضع سفيان سبابته بالأرض ثم رفعها 
بِسْمِ اللهِ تُرْبَةُ أَرْضِنَا بِرِيْقَةِ بَعْضِنَا لِيُشْفىَ بِهِ سَقِيْمُنَا بِإِذْنِ رَبِّنَا 
قال ابن أبي شيبة " يشفى " وقال زهير " ليشفى سقيمنا " .
الراوي: عائشة 
المحدث: مسلم
المصدر: صحيح مسلم - الصفحة أو الرقم: ٢١٩٤

Bahwa RasuluLLaah shallaLLaahu 'alaihi wasallam jika ada seorang mengeluhkan sesuatu apakah itu sakit atau terluka, beliau berkata dg posisi jari beliau seperti ini -  Sufyan meletakkan telunjuknya ke tanah kemudian mengangkatnya - (mengucap) BismiLLaahi turbatu ardhinaa, bi riiqoti ba'dhinaa liyusyfaa bihii saqiimunaa bi idzni Robbinaa.
Ibnu Abi Syaibah mengatakan yusyfaa, sementara Zuhair mengatakan liyusyfaa saqiimunaa.
(HR. Muslim 2194, dari ibunda A'isyah radhiyaLLaahu 'anhaa).

Teknis,
1. Telunjuk dibasahi ludahnya sendiri,
2. Campurkan dg tanah yg bersih (yg ada di manapun atau secara khusus tanah yg berasal dari kota madinah munawarah) lalu:

A- jari itu diletakkan/dioleskan di bagian yg terluka atau sejenisnya (bisa dicoba utk bengkak) sambil meruqyah: BismiLLaahi turbatu ardhinaa, bi riiqoti ba'dhinaa liyusyfaa bihii saqiimunaa bi idzni Robbinaa.

Dg nama ALLaah, tanah bumi kami dengan liur diantara kami, agar disembuhkanlah dengannya org sakit kami dg seizin robb kami

Atau

B- angkat menunjuk ke langit sambil mengucapkan bacaan di atas, lalu tempelkan/oleskan ke tempat yg luka/sakit.


* Tentang ludah tersebut dalam Fathul Bari, disebutkan,

أما الريق فهو يختص بالتحليل والإنضاج وابراء الجرح والورم لا سيما من الصائم الجائع 

Air liur memiliki kekhususan dalam mengatasi proses pembersihan dan penyembuhan luka dan memar, apalagi air liurnya orang yg berpuasa (dlm keadaan lapar).
(Fathul Bari 10/208).

WaLLaahu a'lam.
R. Rosyadi - FTQ

Selasa

Formula Ruqyah Syar'iyyah

Formula Ruqyah Syar'iyyah

Ruqyah Syar'iyyah sebagai salah satu jenis pengobatan yang dibolehkan bisa menjadi terapi utk segala macam gangguan. Baik fisik maupun non fisik. Baik utk manusia maupun lingkungannya. Seperti utk luka, keracunan, sulit melahirkan, rumah/tempat usaha, dampak 'ain, dan gangguan jin/sihir...dsb.

Jika terindikasi krn gangguan jin apakah melalui sihir atau tidak, maka tidak ada larangan dan celaan jika menelaah dan mendalaminya melalui analisa dan tajrubah (percobaan/praktek berulang). Mengkaji lebih dalam asal sumber, jenis dan karakter gangguan lalu menyusun formula bacaan ruqyahnya selama caranya tdk melanggar kaidah syariat maka boleh. Adapun hasilnya/kesimpulannya, bisa akurat dan bisa tidak. Tabiat ilmu tajrubah mmg spt itu. Yang berulang akuratnya diistilahkan mujarrab. 

Dlm ilmu pengobatan lainnya, jika mendapatkan suatu gejala sakit yg disebabkan adanya intervensi makhluk lain (misal: Virus atau parasit), menjadi suatu hal yg umum jika diteliti dan didalami detail2 gejala tsb. Lalu fokus kpd sebab dari makhluk (virus atau parasit) yg terkait dg gejala tsb. Jenisnya, variannya, karakternya.. kekuatan dan kelemahannya. Intinya dibuatkan perlakuan yg tepat utk melemahkan atau mengeluarkannya dr dalam tubuh.

Demikian juga ketika diketahui suatu daerah terjangkit DBD atau malaria. Maka perlu dilakukan upaya utk menyingkirkan virus atau parasit yg dibawa oleh nyamuk tsb. Apakah istilahnya membasmi, memberantas, menghilangkan, memusnahkan, membunuhi (hgg jentik2nya), dst. Intinya bersih dari gangguan. Itu boleh saja.

Yg harus diketahui juga, ternyata ada kalanya nyamuk tsb resisten (kebal) dg insektisida tertentu yg biasa dipakai di suatu tempat. Maka diperlukan penelitian dan pendalaman jenis nyamuk, tabiat2nya, kelemahannya dst... Itu bisa akurat bisa juga tidak. Perlu tajrubah. Akhirnya dibuatlah racikan formula dan strategi yg sesuai dg nyamuk yg dihadapi.

Saat ini ada bbrp jenis nyamuk Demam Berdarah Dengeu (nyamuk Aedes Aegepti) yg sdh mutasi dari gen awalnya. Nyamuk Mutan. Entah itu (konon) dibuat oleh owner pabrik insektisida (untuk jualan obat baru) ataukah mmg berubah secara 'alamiah', yg jelas sdh ada. Demikian juga nyamuk Anopeles yang membawa parasit Plasmodium penyebab malaria ternyata juga ada berbagai jenis yang masing2 ada karakternya.

Menyingkirkan/menghilangkan makhluk pengganggu dg istilah memerangi, menyakiti, membuat kapok, memusnahkan... maka itu boleh2 saja. 
Dan jika suatu saat ditemukan cara lain dengan tanpa memusnahkan/memeranginya yaitu dengan "menundukkan atau membuat damai" para makhluk pengganggu itu lalu mereka pergi dengan baik2 maka itupun boleh2 saja.
Teori (dan aplikasi) Probiotik Siklus atau Probiotik Lengkap bekerja dengan cara menundukkan dan membuat damai bakteri2 hingga virus yang semula cenderung destruktif berubah menjadi damai dan akomodatif kompromis.

Formula bacaan Ruqyah Syar'iyyah yang berefek menyakiti, serasa membakar hgg membuatnya jera/kapok lalu pergi.. maka itu boleh saja. Itu cara represif.
Dan formula bacaan yang memberi solusi kebutuhan hidup kepada para makhluk yang semula mengganggu lalu akhirnya mau dengan kesadarannya mereka pergi meninggalkan pihak yang diganggunya, itu juga boleh. Itu cara persuasif.

Dengan pertimbangan bhw jin itu juga makhluk berakal, berperasaan, bersyahwat dan mendapatkan taklif menjalankan syariat beribadah kpd ALLaah swt, maka berikhtiar menyadarkannya (mendakwahinya) juga tidak dilarang alias boleh. Harapannya setelah bertaubat-berIslam selanjutnya keluar dg sukarela bahkan bisa mengajak jin-jin lainnya jika masih ada yg di dlm tubuh orang yg diruqyah itu.

Dalam seni dakwah, tidak ada larangan mendalami tabiat masing2 obyek dakwahnya sbg ikhtiar jalan kemudahan penyampaian dakwah itu sendiri. Demikian juga tidak ada celaan mengklasifikasikan jin-jin (yg dianggap pengganggu) tsb dengan istilah-istilah yang muncul belakangan dan sebelumnya tidak ada dalam literatur klasik. Misalnya, jin nasab (dari perjanjian leluhur), jin kasab (dari amalan2 atau perbuatan yang dilakukan oleh orang yang terganggu), sihir tafriq, sihir malas, sihir buhul tanah kubur, dst...

Termasuk jika ada tajribah membuat formula bacaan/tulisan yg diharapkan mudah utk mendakwahi, maka itu boleh saja, tdk dilarang.

Kesimpulannya, jika ada yg tidak membutuhkan detail2 utk mengklasifikasi obyek makhluk yg dihadapi maka itu adalah pilihannya, sebagaimana jika ada yg ingin mendetailkan lalu mengklasifikasikannya maka juga itu pilihan. Masing2 tdk ada larangan, dibolehkan dlm ruang lingkup tajrubah yg tdk mengandung unsur yg dilarang.

Demikian juga jika ingin mengkombinasikan semua tajrubah itu, maka itu tdk ada larangan.

WaLLaahu a'lam.
R. Rosyadi.



Berikut contoh penjelasan beberapa masyayikh yang terkait dengan pengkhususan ayat-ayat tertentu untuk persoalan tertentu dengan kaidah yang tidak dilarang secara syariat.

1. Fatwa Syaikh AbduLLaah Al-Jibrin tentang pengulangan bacaan pada ayat-ayat tertentu di dalam Al-Quran untuk keperluan Ruqyah Syar'iyyah.

https://islamqa.info/ar/120218

Q: Apakah pengulangan bacaan ruqyah hingga 100× adalah sesuatu yang bid'ah?

A: 
أرى أنه لا مانع من التكرار سواء بعدد أو بدون إحصاء ؛ وذلك لأن القرآن شفاء لما في الصدور ، وهدى ورحمة للمؤمنين ، ولا يزيد الظالمين إلا خساراً ، فعليه استعمال القراءة بكتاب الله ، أو الدعاء بالأدعية النبوية ، ويكون ذلك علاجاً نافعاً بإذن الله ، مع إخلاص القارئ ، ومع استقامة المريض ، ومع استحضار معاني الآيات والأدعية التي يقرؤها ، ومع صلاح كلٍّ من الراقي والمرقي ، والله الشافي ، وصلى الله على محمد وآله وصحبه وسلم 

Saya memandangnya tidak mengapa mengulangi bacaan itu baik dengan bilangan tertentu maupun tanpa hitungan; demikian itu karena Al-Qur'an adalah syifa` yg ada di dalam dada, petunjuk dan rahmat bagi mukminin...dst....

2.  https://m.youtube.com/watch?v=lFjcVROj32E

Hukum pengkhususan bbrp ayat Al-Quran utk Ruqyah Syar'iyyah - menurut syaikh Salman Audah.

Intinya, 
selama ada keterkaitan makna ayat yg dibaca dg persoalan yg dihadapi, maka tidak mengapa.


3. https://m.youtube.com/watch?v=RhziLLVu2yg

Pengkhususan ayat tertentu utk ruqyah sihir, 'ain dan gangguan jin.

Syaikh Ubaid Al-Jaabiriy hafizhahuLLaah
Tidak ada secara dalil AQ maupun sunnah, tapi tidak mengapa, melalui jalan tajrubah.

4. https://m.youtube.com/watch?v=fzStBP6md78

Penjelasan ttg cara yang keliru saat mempraktekkan bacaan Al-Quran untuk meruqyah.

Mengulang2i bacaan AQ dg cara yg aneh yg menyalahi kaidah membaca yg justeru bisa melecehkan kalam ALLaah.

H. Riyadh Rosyadi


Ruqyah Syar'iyyah termasuk Pengobatan

Ruqyah Syar'iyyah termasuk dlm Pengobatan

Kalau masuk dlm dunia pengobatan, maka mengetahui jenis penyakit, jenis virus, jenis lukanya (luka dalam/melebar), basah/kering, racun atau bukan...  maka itu adalah suatu yg wajar bahkan justeru kebutuhan utk kemudahan mengatasi persoalan yg ada.

Tanpa harus disebut dg "berperang dengan, menyerang, membunuhi" para virus atau hama yg mewabah, kita tetap perlu tahu jenis dan tabiat para pengganggu itu agar makhluk pengganggu itu mudah disingkirkan.

Caranya mengetahui jenis dan tabiat para makhluk itu bisa melalui literatur yg sdh ada sblmnya atau melakukan tambahan penelitian/penggalian sendiri melalui tajrubah (uji coba berulang kali) yg bisa diambil kesimpulan dan manfaatnya.

Kegamangan dan kekhawatiran Ruqyah Syar'iyyah disamakan dg dunia supranatural, dukun putih atau ilmu bela diri bukan terletak kpd istilah, penamaan, atau teknis yg digunakannya. Jika ada dalam praktek ada emiripan istilah atau penamaan hingga teknis dan sarana yang digunakan maka itu bukan merupakan pokok persoalan selama substansi (konten isi, hakikatnya) tdk melanggar syariat.

Disandingkannya kata Syar'iyyah pada kata Ruqyah itu mempertegas kontennya (isinya). Dalam dalil Al-Quran dan Sunnah, Ruqyah banyak disebut dg Ruqyah saja tanpa kata Syar'iyyah.
Hanya ada satu dalil dari hadits yg menyandingkannya dg kata Haq dan Batil (Ruqyah Haq dan Ruqyah Batil). Itu menunjukkan bhw mmg secara tujuan dan teknis akan banyak kesamaan2nya. Penggunaan kata2, tulisan, air, herbal, tiupan, usapan, olesan, dsb..... itu semua adalah teknis bukan substansif (konten).

Para sahabat sblm berIslam bnyk yg pandai meruqyah. Mrk mengenal jenis gangguan dan jenis mantera atau teknis yg diperlukan utk terapi. Sebagiannya bahkan tetap diizinkan dipakai setelah masa Islam.

Para pengobat tentunya bekerja sesuai dg kaidah2 pengobatan yg wajar. Bahwa ada yg berpraktek sebatas teknis praktis saja, atau ada yg mau mendalaminya lagi shg mengetahui jenis penyakit dan bagian yg diserangnya hingga meneliti bagian2 selnya hgg tingkat atomik, genetik.. maka itu dipersilakan. Masing2 bekerja sesuai dg kesanggupan dan kesempatan yg ALLaah swt berikan.
Jika hasil pengalaman masing2nya memberi manfaat bagi bnyk orang utk memudahkan proses penanganan kasus2 sejenis, maka itu bagian dari anugerah ALLaah swt kepada para makhlukNya.

Jika terkait dg jin.. adalah suatu karunia jika sdh tersebutkan dlm banyak literatur ttg jenis, tipe, sifat2 dan kebiasaan dst ttg keadaan mereka, maka itu juga memudahkan. Selain itu tdk ada larangan atau keharusan mengabaikan hal2 yg didapat di lapangan sbg suatu tajrubah berharga.

Contoh ttg "jin nasab" itu sulit ditemukan referensi dlm literatur klasik maupun baru. Kmdian terkait dg perjanjian dan cara memutusnya... tabiat yg berbeda antara jin nasab dg kasab atau sihir, dst.... Itu semua didapat dari pengalaman berulang kali yg kemudian menjadi suatu rumusan pola yg bermanfaat bagai siapapun yg mau menerapkannya. Adapun tingkat akurasinya bisa kuat atau lemah, krn hal tsb adalah wilayah tajrubah. Tergantung tingkat ketelitian, ketekunan, uji coba yg panjang dari mrk yg menekuninya.

Jadi, membatasi diri dari sesuatu yg tdk ditutup pintunya oleh syariat adalah suatu yg berlebihan. Jika memahami bahwa Ruqyah Syar'iyyah adalah bagian dari pengobatan maka justeru mempersilakan menggunakan kaidah2 pengobatan yg ada pada umumnya asalkan tidak keluar dari batasan2 syariat yg dibolehkan.

Jika kita ikuti perkembangan bacaan para masyayikh yg bisa menjadi rujukan, maka kita akan temukan bacaan terkait dg sihir yg buhulnya di lautan, di tanah kuburan, di pegunungan, yg terkait dg darah, bangkai hewan, dsb... Ruqyah khusus terkait dg belajar, penghalang pernikahan, pekerjaan, dsb..

Adakah literatur klasik yg membahas itu semua?
Jawabnya tidak ada. Itu semua didapat dari ketekunan praktek di lapangan yg diikuti dg pengamatan, penelitian, lalu membuat kaidah2 baru yg bermanfaat. Lalu diajarkan dan dipraktekkan oleh banyak pihak dg efek yg kurang lebih sama.

Tdk dipungkiri bhw alam jin dan alam nafs termasuk dimensi ghaib menurut ukuran inderawi manusia. Tetapi dari fakta berulang kali yg dijumpai serta pengalaman2 yg didapat saat menangani persoalannya kita semua bisa mendapatkan informasi berharga yg bermanfaat. Sebagaimana di dunia barat mrk menggunakan berbagai sarana teknologi utk riset ttg makhluk yg tdk terinderawi ini baik jin maupun ruh/nafs.

Jin terutama yg dari kelompok syaitan terus menggali apa2 yg terkait dg manusia utk memudahkan mrk melancarkan upaya2 merusaknya. Jika dg perkenan ALLaah swt kita mengetahui ttg "rahasia2 mrk" tentu ini sangat menyusahkan dan membahayakan mrk. Mereka sangat takut jika kita mengetahui lbh bnyk lagi hal2 yg bisa membahayakan mrk.

Maka janganlah dicegah segala upaya (bagi yg mau dan berkesempatan) meneliti, mengamati, mencermati dg cara yg tdk melanggar syariat utk diambil manfaatnya sebagai upaya pencegahan, terapi gangguan dan perawatan yg berkelanjutan. Bahkan perlu didorong dengan bimbingan yg benar, siapapun yg cenderung dan mendapatkan kesempatan utk melakukan hal tsb yang membawa kemanfaatan kpd banyak saudaranya.

 مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يَنْفَعَ أَخَاهُ فَلْيَفْعَلْ

Barangsiapa diantara kalian yang sanggup memberi manfaat kepada saudaranya meka hendaklah ia lakukan.
(HR. Muslim).


WaLLaahu a'lam.
R. Rosyadi

Selasa

Sakit, Gejala Sakit dan Kesembuhan


Yang disebut penyakit dalam kehidupan manusia sehari-hari itu sebetulnya adalah gejala sakitnya (simtoma). Jika berlangsung lama maka terjadi penumpukan di bagian sakitnya itu dan atau menyebar ke area/sektor lainnya.

Adapun sakit yang sesungguhnya adalah akar dari segala penyebabnya itu.
Ada penyebab utama, ada pula penyebab ikutan (tambahan).

Ketelitian dan ketekunan membedakan dan memilah, memposisikan masing-masing sebab serta upaya memperbaikinya itu menjadi "seni" dalam proses terapi.
Adapun kesembuhan, itu adalah wilayah mutlak ALLaah swt.

Kesembuhan itu bukan milik makhluk.
Bagi makhluk, kesembuhan itu hanya sampai pada batas harapan bersamaan saat awal dilakukannya proses terapi, pada saat proses itu dijalankan dan di saat akhir prosesnya.

Sebab utama sakit dan kerusakan lainnya itu adalah jiwa buruk-jahat (nafs syarr) dan kesalahan dari perbuatan demi perbuatan (amal suu`). Baik secara sepihak berasal dari dirinya sendiri, atau murni berasal orang lain atau secara bersamaan dari andil keduanya.
Yang jelas, nafs syarr dan 'amal suu` itu pilar dari segala penyebabnya.

Nabi shallaLLaahu 'alaihi wasallam bersabda,

وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا

Kami berlindung kepada ALLaah dari kejahatan jiwa kami dan dari kesalahan perbuatan kami.
(HR. An-Nasaa-i 1387, Ibnu Majah 1882. Shahih)


Sebab-sebab ikutan adalah segala sebab yang merupakan rangkaian proses setelah kedua hal di atas, termasuk jin pengganggu, virus, bakteri patogen, racun, benturan, luka, buly, cacian, ancaman, pujian berlebih, dan sebagainya.

• Memperbaiki dasar penyebabnya adalah fondasi dari terapi.
• Menghilangkan sebab-sebab ikutannya menjadi pelengkap proses terapi.
• Menyempurnakannya adalah dengan menyertakan harapan sembuh di awal, di saat dan di akhir setiap proses terapi kepada Zat Pemilik Kesembuhan, ALLaah swt.

Jika sembuh itu diberikan di dunia maka hendaklah bersyukur dengan sebenarnya syukur. Bersemangat menuliskan sejarah hidup di sisa waktu dengan sebaik-baiknya tulisan berupa niat dan amal. Jadilah dirinya semakin taat dan dekat dengan Khaliqnya dan jadilah dirinya semakin bermanfaat bagi para makhlukNya.

Jika sembuh itu ditunda pemberiannya di dunia setelah penantian panjang dalam proses terapi dan berharap, maka hendaknya dia berbahagia karena penyerahan kumpulan dari sekian kali proses dan harapan itu akan diserahkan dalam dua jenis penyerahan:

1• dalam bentuk penghindar dan pencegah keburukan demi keburukan di masa depannya yang semula keburukan itu sudah ditakdirkan terjadi atas dirinya selama hidup di dunia.

2• dalam bentuk pahala besar dari sekian upaya dan harapannya yang semua itu akan diterimanya di akhirat atas kesabarannya tidak isti'jal.
* isti'jal: tergesa ingin dapatkan segera, dan saat tdk mendapatkannya dia kecewa.


عَنْ أَبِي سَعِيدٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلَا قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلَّا أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلَاثٍ إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ وَإِمَّا أَنْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنْ السُّوءِ مِثْلَهَا”، قَالُوا: إِذًا نُكْثِرُ قَالَ: “اللَّهُ أَكْثَرُ”
(رواه أحمد ١٠٧٠٩).

Dari Abu Sa’id berkata; Nabi ﷺ  bersabda:​
​“Tidak ada seorang muslimpun yang berdoa dengan suatu doa yang tidak mengandung dosa atau pemutusan tali silaturrahim, kecuali ALLaah akan memberinya salah satu dari tiga kemungkinan;​
​- disegerakan pengabulan doanya (di dunia ini), atau​
​- disimpan/ditabung sebagai pahalanya untuknya untuk (diberikan) di akhirat,​
​- atau ia dijauhkan dari keburukan yang setara nilainya (dengan doa itu)”.​

Para sahabat berkata: “Jika demikian kita perbanyak (berdoa yang banyak) saja”, beliau bersabda: “ALLah memiliki yang lebih banyak (sebagai balasan dan pengkabulan)”​
(HR. Ahmad  10709).


قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ ۚ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۗ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ ۗ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

Katakanlah (Muhammad), “Wahai hamba-hamba-Ku yang beriman! Bertakwalah kepada Tuhanmu.” Bagi orang-orang yang berbuat baik di dunia ini akan memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu luas. Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas.

[Surat Az-Zumar (39): 10]


___R. Rosyadi

Senin

Gangguan Jin dan Penguasaan Syaitan

Gangguan Jin dan Penguasaan Syaitan
(Kepada orang sholih maupun tholih)

Kita tengok dulu kisah nyata berikut ini,

عَن عَطَاءُ بْنُ أَبِى رَبَاحٍ قَالَ قَالَ لِى ابْنُ عَبَّاسٍ أَلاَ أُرِيكَ امْرَأَةً مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ قُلْتُ بَلَى . قَالَ هَذِهِ الْمَرْأَةُ السَّوْدَاءُ أَتَتِ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – فَقَالَتْ إِنِّى أُصْرَعُ ، وَإِنِّى أَتَكَشَّفُ فَادْعُ اللَّهَ لِى . قَالَ إِنْ شِئْتِ صَبَرْتِ وَلَكِ الْجَنَّةُ وَإِنْ شِئْتِ دَعَوْتُ اللَّهَ أَنْ يُعَافِيَكِ . فَقَالَتْ أَصْبِرُ . فَقَالَتْ إِنِّى أَتَكَشَّفُ فَادْعُ اللَّهَ أَنْ لاَ أَتَكَشَّفَ ، فَدَعَا لَهَا

Dari ‘Atho’ bin Abi Robaah, ia berkata bahwa Ibnu ‘Abbas berkata padanya, “Maukah kutunjukkan wanita yang termasuk penduduk surga?” ‘Atho menjawab, “Iya mau.” Ibnu ‘Abbas berkata, “Wanita yang berkulit hitam ini (umum Zufar radhiyaLLaahu 'anhaa), ia pernah mendatangi Nabi shallaLLaahu ‘alaihi wa sallam, lantas ia pun berkata, “Aku menderita penyakit shoro' dan auratku sering terbuka karenanya. Berdo’alah pada ALLaah untukku.” Nabi shallaLLaahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Jika mau sabar, bagimu surga. Dan jika engkau mau, aku akan berdo’a pada ALLaah supaya menyembuhkanmu.” Wanita itu pun berkata, “Aku memilih bersabar.” Lalu ia berkata pula, “Auratku biasa tersingkap (kala aku terkena shoro'). Berdo’alah pada ALLaah supaya auratku tidak terbuka.” Nabi –shallaLLaahu ‘alaihi wa sallam– pun berdo’a pada ALLaah untuk wanita tersebut.
(HR. Bukhari no. 5652 dan Muslim no. 2576).
_______



Siapapun bisa terkena gangguan jin pengganggu. Apakah itu orang sholih maupun orang tholih.
Tetapi penguasaan syaitan hanya kepada mereka yang tholih saja.


1. Orang shalih bisa mendapatkan gangguan dari jin pengganggu sebagai bagian ujian kehidupan yang bisa jadi karena kesalahan-kesalahan yang tidak sampai ke derajat rusak imannya. Hal ini sebagaimana sangat mungkinnya dia terkena virus demam berdarah karena kecerobohan/kelalaiannya menjaga kebersihan lingkungan dan keseimbangan stamina dirinya. Selama yang bersangkutan tidak terganggu sedikitpun ketaatan dan loyalitasnya kepada ALLaah swt, maka dia tidak bisa disebut dikuasai syaitan.

2. Orang tholih terganggu dengan gangguan jin secara nyata yang orang kebanyakan jelas bisa menilainya: seperti kesurupan, kelainan jiwa, sakit yang peralatan medis tidak menemukannya, dan sebagainya.. dan sekaligus dominan kehidupannya dikuasai syaitan seperti tidak sholat, senang berjudi, minum kamar, berekonomi ribawi, buruk akhlak dan sebagainya..

3. Orang tholih yang tampak menurut orang lain hidup sehat, keluarga sukses, ekonomi lancar, sosialnya dermawan dan dihormati...dan seterusnya dengan keadaan yang tidak beriman, memusuhi agama ALLaah swt,..dan seterusnya yang ketholihannya jelas-jelas sudah menjadi bagian dari sekutu syaitan.


*Tholih = antonim (lawan kata) dari sholih.
_____

Perlu kita bedakan antara gangguan jin pengganggu dengan penguasaan syaitan.

_____


QS. Az-Zukhruf (43): 36

وَمَنْ يَعْشُ عَنْ ذِكْرِ الرَّحْمَٰنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ

Dan barangsiapa berpaling dari pengajaran ALLaah Yang Maha Pengasih (Al-Qur'an), Kami biarkan setan (menyesatkannya) dan menjadi teman karibnya.


____________

Kaitannya dengan QS. An-Nahl (16): 99-100 dan QS. Al-Isra' (17) :65


إِنَّهُ لَيْسَ لَهُ سُلْطَانٌ عَلَى الَّذِينَ آمَنُوا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

Sungguh, setan itu tidak akan berpengaruh terhadap orang yang beriman dan bertawakal kepada Tuhan.

(Arabic Ibn Kathir Tafseer)

وقوله "إنه ليس له سلطان على الذين آمنوا وعلى ربهم يتوكلون" قال الثوري ليس له عليهم سلطان أن يوقعهم في ذنب لا يتوبون منه وقال آخرون معناه لا حجة له عليهم وقال آخرون كقوله "إلا عبادك منهم المخلصين".

Imam Ats-Tsauri mengatakan bahwa syaitan itu tidak memiliki kekuasaan atas mereka (orang yang beriman dan bertawakkal kepada Rabbnya) untuk menjatuhkan mereka ke dalam dosa yang mereka tidak bisa bertaubat darinya. Sedangkan yang lainnya mengatakan, artinya, tidak ada hujjah bagi syaitan atas mereka. Yang lain lagi mengatakan, yang demikian itu sama seperti firman-Nya: “Kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlish di antara mereka.”
[QS. Al-Hijr (15): 40]


إِنَّمَا سُلْطَانُهُ عَلَى الَّذِينَ يَتَوَلَّوْنَهُ وَالَّذِينَ هُمْ بِهِ مُشْرِكُونَ

Pengaruhnya hanyalah terhadap orang yang menjadikannya pemimpin dan terhadap orang yang mempersekutukannya dengan ALLaah.

(Arabic Ibn Kathir Tafseer)

"إنما سلطانه على الذين يتولونه" قال مجاهد يطيعونه وقال آخرون اتخذوه وليا من دون الله.

"وهم به مشركون" أي أشركوا في عبادة الله ويحتمل أن تكون الباء سببية أي صاروا بسبب طاعتهم للشيطان مشركين بالله تعالى

وقال آخرون معناه أنه شركهم في الأموال والأولاد.

Mujahid mengatakan: “Yakni, mentaatinya [syaitan].” Ulama lainnya mengatakan: “Mereka menjadikannya sebagai pelindung selain ALLaah".

walladziina Hum biHii musyrikuun (“Dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan ALLaah.”) Maksudnya, mereka menyekutukan syaitan dalam beribadah kepada Allah Ta’ala.
Huruf ba’ bisa jadi sebagai ba’ sababiyyah, artinya, karena ketaatan mereka kepada syaitan, mereka menjadi musyrik kepada ALLaah Ta’ala.

Ulama lainnya mengatakan bahwa artinya, syaitan itu bersekutu dengan mereka dalam harta benda dan anak-anak.

[Surat An-Nahl (16): 99-100]



إِنَّ عِبَادِي لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ ۚ وَكَفَىٰ بِرَبِّكَ وَكِيلًا

“Sesungguhnya (terhadap) hamba-hamba-Ku, engkau (Iblis) tidaklah dapat berkuasa atas mereka. Dan cukuplah Tuhanmu sebagai penjaga.”


(Arabic Ibn Kathir Tafseer)

وقوله تعالى "إن عبادي ليس لك عليهم سلطان" إخبار بتأييده تعالى عباده المؤمنين وحفظه إياهم وحراسته لهم من الشيطان الرجيم ولهذا قال تعالى "وكفى بربك وكيلا" أي حافظا ومؤيدا ونصيرا وقال الإمام أحمد حدثنا قتيبة حدثنا ابن لهيعة عن موسى بن وردان عن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال "إن المؤمن لينض شياطينه كما ينض أحدكم بعيره في السفر" ينض أي يأخذ بناصيته ويقهره.

Firman-Nya: (“Sesungguhnya hamba-hamba-Ku, kamu tidak dapat berkuasa atas mereka.”) Yang demikian itu merupakan pemberitahuan ALLaah Ta’ala tentang dukungan yang diberikan-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang beriman dan pemeliharaan yang Dia berikan kepada mereka dan dijaganya dari syaitan yang terkutuk. Oleh karena itu, ALLaah Ta’ala berfirman: wa kafaa birabbika wakiilan (“Dan cukuplah Rabmu sebagai Penjaga.”) Yakni, penjaga, pendukung dan penolong.

[Surat Al-Isra' (17): 65]

_______


1. Sulthoon Syaitan سُلْطَان  yang dimaksud adalah penguasaan penuh oleh syaitan yang menjadikannya dita'ati, dipatuhi, berlarut dalam kesalahan dan menjadi enggan bertaubat, dan sebagainya.
Gangguan di sini lebih kepada keimanan dan kualitas beragama (aqidah, ibadah dan akhlak). Sulthan syaitan yang menguasai sehinggajiwa kita menjadi rusak dan tenggelam dalam kefujuran.
Sulthan syaitan yang seperti inilah yang tidak bisa menguasai hamba-hambaNya yang dimaksud dalam ayat-ayat tersebut di atas.

2. Sedangkan gangguan di sektor sarana prasarana hidup (kesehatan, harta, keluarga, status sosial, interaksi sosial, dan sebagainya), itu bisa menimpa siapapun. Baik sholih maupun tholih.
________


R. Rosyadi

Seri Pengalaman TQ: Pengaruh Tokoh Kartun Itu Akhirnya Hilang

[Pengalaman Praktek Harian Terapi Quran]


Jagoan kecil kami senang sekali mengikuti cerita kartun Boboiboy. Tidak bosan dia melihatnya berulang-ulang melalui hp atau tv. Tak heran jika dia mampu menirukan semua gerakannya, bahkan menghafal dialog yang dilakoni tokoh kesukaannya itu.
Hal tersebut berlanjut dengan koleksi mainan dan baju-bajunya yang bergambar tokoh tersebut.
Awalnya saya pikir itu hal biasa, yang lumrah dilakukan anak-anak. Tapi setelah mengikuti Ta'lim Terapi Quran yang lalu, baru saya ketahui kalau hal tersebut akan mempengaruhi jiwanya karena ditunggangi setan dibalik tokoh tersebut.

Saya pun tersadar, mengapa selama ini jagoan kami kerap bercanda dengan gerakan beladiri ala "Boboiboy", bahkan tidak jarang melukai kakaknya dengan gerakan-gerakan tersebut.

Kuputuskan untuk membersihkan semua barang di rumah dari tokoh kartun tersebut, sambil memberi pengertian kepada si kecil agar tidak lagi menyimpan benda-benda tersebut.

Saya pun mulai melakukan RID (Ruqyah Indzar Da'awy) mandiri dengan tujuan membersihkan anak-anakku dari pengaruh tokoh kartun yang mereka sukai.

AlhamduliLLaah... biidzniLLaah, saat ini si kecil sudah tidak lagi mengikuti gerakan tokoh yang dia sukai, lebih mudah menerima pemahaman untuk beribadah, melakukan amalan-amalan rutin seperti ke Masjid setiap waktu sholat, dan membaca Al-Quran.

Minggu

Seri Pengalaman TQ: Alhamdulillah, Yang Selama Ini Mencintaiku Akhirnya Pergi Meninggalkanku

[Pengalaman Harian Praktek Terapi Quran]


Berawal dari Ta'lim rutin yang kami lakukan setiap Jum'at pagi.
Saat itu, ustadzah sedikit membahas tentang Terapi Qur'an.
Belumlah sampai pada pokok bahasan, tiba-tiba saja aku tidak bisa mengendalikan diri untuk berteriak.

"panas... panaas... udah jangan diterusin ustadzah..."

Itu kata-kata yang keluar dari mulut saya.
Teman-teman ta'lim spontan kaget bercampur takut melihat saya.

Ustadzah meminta kami untuk berwudlu dan mulai proses Ruqyah secara jamaah.
Kepala saya terasa sakit sekali sampai ruqyah selesai, saya pun muntah-muntah.

Setelahnya, aku semakin intens belajar meruqyah diri sendiri. Tidak jarang, setiap kali ada percakapan tentang ruqyah, seperti ada penolakan dalam diri saya dan merasa tidak nyaman.

Beberapa hari lalu, saya kembali mengikuti proses ruqyah bersama beberapa orang lainnya. Begitu membaca ayat-ayat pemutus, kembali saya berteriak, dan ternyata baru didapati ada jin yang cinta pada saya, dan selalu mengikuti saya entah sudah berapa lama.

AlhamduliLLaah, jin tersebut mendapatkan hidayah ALLaah dan bersyahadat lalu meninggalkan tubuh saya.

MasyaALLaah... Setelah ruqyah tersebut, saya rasakan perbedaan yang signifikan pada malam harinya.
Saya bisa tidur dengan nyenyak, padahal sebelumnya saya selalu resah dan kepala sakit.

Terima kasih Ya ALLaah, dengan ijinMu kau bebaskan diriku dari gangguan jin yang selama ini mencintaiku.


Seri Pengalaman TQ: Rasa Takut Saat Mendengar Cerita Terapi, Sekalipun Sedih Akhirnya Diapun Pamit Pergi

[Pengalaman Harian Praktek Terapi Quran]



Tidak jauh berbeda dengan pengalaman teman saya kemarin, kami menjalani Terapi Qur'an untuk pertama kali ketika waktu Ta'lim Bahasa Arab rutin.

Jika teman saya mulai bereaksi saat memulai perbincangan tentang Terapi Qur'an, sementara saya merasakan ketakutan yang amat sangat, kaki tangan terasa dingin penuh rasa khawatir.

Saat itu, ustadzah mencoba menenangkan dan meyakinkan kami bahwa kita memiliki kendali penuh atas diri ini. Jangan biarkan mahluk lain mengendalikan kita apalagi sampai mengganggu aktifitas dan ibadah.

Ketika ayat-ayat pemutus dibacakan, saya seakan tidak terkendali dan berteriak, saya merasa sedih sekali dan menangis. Padahal saya sendiri tidak sadar apa yang sebenarnya terjadi pada diri saya.

AlhamduliLLaah, setelah proses Terapi Qur'an selesai, si sedih yang ada dalam diri saya ikut menyatakan syahadat dan keluar dari tubuh saya.
Pandangan mata terasa lebih terang, bahupun ringan.

Sejak itulah saya mulai tertarik mendalami ilmu Terapi Qur'an dan menjalankannya dalam kehidupan sehari-hari, karena sadar sekali diri ini masih banyak yang membelenggu dan berupaya agar jauh dari ALLaah.


Seri Pengalaman TQ: Syukur PadaMu Yaa Robb, Suamiku Berubah

[Pengalaman harian Praktek Terapi Quran]


Setelah merasakan beberapa perbaikan pasca terapi quran pertama yang lalu, saya terfikir tentang keadaan rumah tangga saya.
Saya yang tengah berusaha berhijrah, ingin mengamalkan semua tuntunan agama secara kaffah tapi terasa belum bisa berjalan seiring dengan suami.

Lalu teringat ketika saat ta'lim disampaikan, bahwa RID (Ruqyah Indzar Da'awy) bisa digunakan untuk membantu orang lain meskipun dari kejauhan tanpa sepengetahuannya, sayapun mencoba mengamalkannya dengan niat ingin membantu suami agar terlepas dari belenggu-belenggu yang membuatnya malas dan berat melakukan ibadah.

Setelah beberapa hari saya rutinkan membaca RID tersebut, AlhamduliLLaah... ALLaahu Akbar... kami melihat sendiri begitu banyak perubahan dalam ibadah pada suami saya.

Jika azan berkumandang, dia yang lebih dahulu mengingatkan kami untuk sholat di awal waktu kemudian dia bergegas ke masjid.

 MasyaALLaah... Hidayah dan taufiq adalah milik ALLaah, dan rupanya ALLaah berikan kepada suami melalui ikhtiar Terapi Qur'an ini.

Saya semakin yakin, mendoakan dan membantu orang lain dengan ikhlas, tanpa sepengetahuannya akan berbalas 'imbalan' tidak terduga dari ALLaah.

Alhamdulillahilladzi bini'matihii tatimmus shoolihaat.

......
*catatan:
RID adalah Ruqyah Indzar Da'awi, meruqyah dengan memberi peringatan kedakwahan.

Seri Pengalaman TQ: Doa dan Ikhtiar Seorang Ibu Tak Tertolak

[Pengalaman praktek Terapi Quran]


Peristiwa dialami oleh seorang ibu di Cirebon.

Kisah ini terjadi pada salah seorang sahabat saya yang saat itu tengah dilanda masalah dengan anak laki-lakinya.

Sahabat saya tengah mencurahkan isi hatinya, tentang kesedihan dan kekhawatiran seorang ibu tentang anak laki-lakinya yang sudah 2x pergi meninggalkan rumah. Kali ini si anak pergi karena marah orangtuanya tidak menuruti permintaannya agar dibelikan motor.

Tidak terbayang bagaimana sedihnya hati seorang ibu, manakala buah hatinya pergi meninggalkan rumah, tanpa kata tanpa pamit dan tanpa kabar sampai hari kelima.

Singkat cerita, saya anjurkan sahabat saya agar melakukan RID (Ruqyah Indzaar Da'awy) khusus untuk anaknya.
Ditujukan pada mahluk yang membuat hati anak tersebut keras tidak mau mendengar nasihat orangtuanya.

Setelah beberapa hari, sahabat saya mengirim pesan mengatakan bahwa anaknya tengah berada di Jakarta. Si anak bercerita bahwa dia tersesat, dan ditemani seorang laki-laki yang mengantarnya sampai ke sebuah warnet.

Setelah si anak dijemput dan bertemu dengan kedua orangtuanya, Ibunya masih terus melanjutkan RID setiap malam untuk anaknya.

Beberapa minggu tidak berkabar, saya coba menghubungi sahabat saya dan menanyakan kabar perkembangan anaknya.

 AlhamduliLLaah... Kabar baik yang saya dengar. Dia bercerita kalau saat ini anaknya sudah mulai kembali sholat ke masjid, mau mendengarkan setiap perkataan orangtuanya dan tidak lagi berkata kasar/membantah orangtuanya.

MasyaALLaah... begitulah usaha seorang ibu. Dengan doa-doanya, ikhtiarnya melakukan RID untuk buah hatinya mengetuk pintu langit dan membuka hati anak tersebut kembali kepada jalan yang benar.


*catt: _RID adalah Ruqyah Indzar Da'awi, meruqyah dg memberi peringatan kedakwahan_

_______

Seri Pengalaman TQ: Dokter Itupun Semakin Yakin

[Pengalaman harian Praktek Terapi Quran]

Diceritakan oleh seorang dokter, di Tangerang Selatan.

Sepekan setelah saya mengikuti Ta'lim Terapi Qur'an yang diadakan di Tangerang, saya mendapat panggilan visit salah seorang pasien tumor paru.

Menurut keluarganya malam itu dia merasa sesak, dadanya sakit dan terasa panas.
Saat saya tiba di rumahnya, nafas tengah tersengal-sengal dalam keadaan jongkok karena sudah tidak mampu berdiri tegak atau duduk.

Saya yang sebagai dokter umum, merasa tidak memiliki kekuatan apapun untuk menolongnya, dalam kacamata kami, pasien ini perlu segera dibawa ke RS dan ditangani dokter spesialis penyakit dalam. Dia memerlukan oksigen sebagai bantuan pernafasan pertamanya.

Namun karena kondisi saat itu tidak memungkinkan, saya mohon ijin keluarga untuk mendoakannya.

Teringat ta'lim Terapi Qur'an yang lalu, saya bacakan beberapa surat Al-Quran dan ditiupkan pada telapak tangan saya lalu diusapkan ke dada pasien, sambil terus menerus saya ulang dan memohon pertolongan ALLaah.

 MasyaALLaah... Allahu Akbar...
pasien tersebut berkata "Adem bu dokter... dada saya terasa lebih nyaman dan bisa bernafas.."

Maha besar ALLaah, yang memberikan pertolonganNya melalui ayat-ayat Al-Quran yang dibacakan.
Setelahnya, saya tetap menyarankan pasien tersebut agar mendapatkan pertolongan ke RS terdekat.

Seri Pengalaman TQ: Gangguan Hilang, Jiwapun Tenang

[Pengalaman Harian Praktek Terapi Quran]


 Kisah seorang ibu rumah tangga di Tangerang Selatan.

Beberapa tahun lalu, ketika menyetir mobil, saya mengalami kantuk luar biasa dan tertidur. saya terbangun setelah menabrak mobil yang ada di depan, dan ternyata menyebabkan kerusakan yang cukup parah. Bahkan  mobil yang tertabrak baru saja keluar dari dealer yang dibeli secara cash tanpa asuransi.

Tidak terbayang berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk memperbaiki kedua mobil itu. Saya terpaksa merelakan menunda impian untuk berkunjung ke BaituLLaah dan mengambil semua tabungan bahkan terpaksa berhutang untuk menutupi semua biaya kerusakan.

Tahun itu saya memang sedang menjalani proses Terapi Quran secara mandiri atau dibantu beberapa rekan karena terindikasi mengalami gangguan sihir akibat hasad seseorang.

Terapi Quran, bagi saya tidak hanya mendekatkan pada kesembuhan, tetapi juga menguatkan jiwa dan spiritualitas saya sampai saat ini.

Dengan ayat-ayat yang saya baca, semakin membuat saya mencoba ikhlas menjalani taqdir yang ALLaah tetapkan.

 MasyaAllah... Allahu Akbar... Beberapa bulan setelah kecelakaan yang saya alami itu, ALLaah memberikan kemudahanNya, membuka pintu-pintu rejekiNya dari berbagai penjuru dan impian saya mengunjungi Haromain terwujud dengan cara yang tidak terduga, hutangpun terlunasi diluar kalkulasi saya sebagai manusia.

Semakin yakin diri ini dengan ayat-ayatNya, dibaca, ditadabburi dan diamalkan sungguh merupakan terapi yang sesungguhnya bagi setiap jiwa.

 (وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ ۚ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا)

dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada ALLaah, niscaya ALLaah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya ALLaah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, ALLaah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.
[Surat At-Talaq 3]


Seri Pengalaman TQ: Membantu Orang Lain, Diri Sendiri Terobati


[Pengalaman Harian Praktek Terapi Quran]


Dikisahkan oleh seorang Terapis Qur'an di daerah Tangerang Selatan.

Beberapa hari lalu, seorang ibu muda datang ke rumah saya dengan maksud berkonsultasi tentang permasalahannya dan melakukan Terapi Qur'an.
Terlihat wajahnya begitu hitam legam, menanggung beban berat yang selama ini menjadi masalah hidupnya.

Selama proses Terapi Quran, terjadi beberapa reaksi aktif dan dialog dengan mahluk pengganggunya, diakhiri syahadat dan muntah-muntah.

Kami lanjut melaksanakan sholat Maghrib berjamaah. Sebelum bergegas pulang, si ibu melihat wajahnya di cermin dan mengatakan "kok wajah saya berubah ya bu? Sekarang lebih cerah?".

MasyaAllah. Sebenarnya itupun yang saya lihat perbedaan jelas pada wajah, sebelum dan setelah melakukan Terapi.

Lain lagi dengan diri saya, beberapa hari sebelumnya tengah merasakan sakit kepala dan sariawan yang tak kunjung menghilang, sehingga mempengaruhi selera makan dan sulit berbicara.

 Allahu Akbar... Setelah menterapi ibu tersebut, semua keluhan itupun hilang seketika. Sakit kepala mendadak hilang, sariawan masih tetap tapi tidak lagi terasa panas dan perih.

 AlhamduliLLaahilladzi bini'matihii tatimmush shoolihaat.

Semakin yakin dengan hadits nabi, yang mengatakan:
Barangsiapa melepaskan satu kesusahan dunia dari seorang mukmin, Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan di hari kiamat. Barangsiapa memudahkan orang yang kesulitan, Allah akan memudahkannya di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi aib seorang muslim, Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat, dan Allah akan senantiasa menolong seorang hamba, selama hamba tersebut menolong saudaranya. (HR. Muslim).

Seri Pengalaman TQ: Huruf-huruf Surat Al-Kahfi Mengecil Berhimpit... Akhirnya Kembali Jelas Terbaca

[Pengalaman Harian Praktek Terapi Quran]


Dalam ta'lim kami selalu diingatkan, bahwa hizbus syaithon tidak akan pernah lelah dan berhenti menggoda kita dalam beribadah. Sebagaimana sifatnya, yang ingin menjauhkan manusia dari ALLaah.

Pada suatu malam Jumat, ketika hendak  membaca surat Al-Kahfi, saya merasakan berat sekali membacanya. Huruf-huruf dalam Al-Quran terlihat begitu kecil dan menempel satu sama lain. Padahal Al-Quran yang saya pakai sama dengan yang bisa dipakai setiap hari.

Kembali teringat bahasan kami tentang Terapi Qur'an dan anjuran guru kami, saya coba membaca Al-Fatihah dan 3 Qul (Al-ikhlas, Al-Falaq dan An-Naas) lalu ditiupkan ke telapak tangan dan kuusapkan ke kedua mata saya.

MasyaAllah...
ALLaah mengembalikan penglihatan saya seperti semula dan terasa terang. Huruf-huruf dalam Al-Quran tersebut kembali menjadi jelas sehingga saya mampu menyelesaikan bacaan Al-Kahfi pada malam itu.

 AlhamduliLLaah...biidzniLLaah

________

Jumat

Seri Pengalaman TQ: Heran, Sakit Telapak Kaki Sembuh - Dengan Izin ALLaah

[Pengalaman Harian Praktek Terapi Quran]


Ada percakapan ringan dalam sebuah grup Majelis Ta'lim tempat kami belajar pagi ini. Seorang ibu mengeluhkan sakit di telapak kakinya yang sudah 2 hari belum juga sembuh, lalu bertanya ayat apa yang sebaiknya dibaca?
Kujawab, bacakan saja ayat-ayat biasa yang sudah dipelajari dengan penuh keyakinan bahwa ALLaah yang akan menyembuhkan melalui Ayat-ayat tersebut.

Menjelang ta'lim, saya datang sedikit terlambat karena harus berteduh menunggu hujan deras pagi ini. Beberapa jama'ah sudah berkumpul menunggu, tiba-tiba ibu tersebut menghampiri dan berkata "ustadzah, alhamduliLLaah kaki saya sudah sembuh. Kok bisa yaa...?"

" Kok ibu ragu? Bukankah ALLaah yang Maha Penyembuh?"
Saya balik bertanya...
Terlihat ibu itu masih terbengong, bahkan sampai ta'lim berakhir masih terheran-heran dengan mu'jizat Alqur'an yang baru saja dirasakannya.

Sabtu

Pemutus (hubungan/perjanjian) Masuk dalam Ungkapan Baro-ah


Sebagaimana penegasan NabiyuLLaah Ibrahim dan para Mukminin yang membersamai beliau..

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ

إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّىٰ تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ

إِلَّا قَوْلَ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ لَأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ وَمَا أَمْلِكُ لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ ۖ رَبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ

Sungguh, telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengannya, ketika mereka berkata kepada kaumnya,

Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain ALLaah, kami mengingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu ada permusuhan dan kebencian untuk selama-lamanya sampai kamu beriman kepada ALLaah saja,”

kecuali perkataan Ibrahim kepada ayahnya, ”Sungguh, aku akan memohonkan ampunan bagimu, namun aku sama sekali tidak dapat menolak (siksaan) ALLaah terhadapmu.” (Ibrahim berkata), “Ya Robb kami, hanya kepada Engkau kami bertawakal dan hanya kepada Engkau kami bertobat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali,
[QS. Al-Mumtahanah (60): 4]

Bisa dengan membacakan ayat-ayat terkait dengan baro-ah.
Bisa dengan redaksi yang disusun sendiri, apakah itu bahasa arab atau selainnya yang bisa dipahami.
(Keduanya juga masuk dalam kaidah Ruqyah Syar'iyyah).

Jadi tidak perlu merasa lebih baik menggunakan yang ini kerena sudah terbukti.. Dan tidak perlu menggunakan yang itu karena merasa ribet atau aneh..

Gunakan saja semuanya yang benar, baik dan bermanfaat.
Karena tidak setiap situasi itu sama perlakuannya. Dan tidak semua perlakuan itu harus sesuai situasinya. Mohonlah selalu kemudahan kepada ALLaah swt..
____________________


Tentang kisah sahabat mulia Sawaad bin Qoorib radhiyaLLaahu 'anhu...

perlu dicermati lagi cara pandangnya..

1. Ada riwayat yang menyebutkan sahabat Sawaad bin Qoorib  سواد بن قارب  itu dari Yaman dan ada yang menyebut sebelumnya tinggal di India (yang diriwayatkan dalam tafsir Ibnu Katsir). Yang benar adalah dari Yaman.

2. Pertanyaan Umar bin Khattab kepada Sawaad bin Qoorib (radhiyaLLaahu 'anhumaa) itu terjadi setelah Umar sebagai Amirul Mukminin, artinya setelah lebih dari 2 tahun setelah Islamnya Sawaad. Dan dari riwayat Imam al-Bayhaqi sebagaimana yang tercantum dalam tafsir Ibnu Katsir, kalimatnya sebagai berikut:

هل يأتيك رئيك الآن؟ فقال "منذ قرأت القرآن لم يأتني ونعم العوض كتاب الله عز وجل من الجن"

"Apakah 'prewanganmu' itu masih juga datang kepadamu?" Sawad menjawab, "Sejak aku membaca Al-Qur'an, dia tidak pernah lagi datang kepadaku. Dan sebaik-baik pengganti dari jin adalah Kitabullah."


Yang ingin membaca kisah lengkapnya di:

http://fatwa.islamweb.net/fatwa/index.php?page=showfatwa&Option=FatwaId&Id=324700

Atau di sini,

http://kisahmuslim.com/2701-jin-yang-shalih-mengamalkan-ketaatan.html

====================


Mencermati dengan cermat kisah Islamnya sahabat Sawaad bin Qoorib radhiyaLLaahu 'anhu..

Mengingat banyaknya postingan terkait dengan kisah sahabat Sawaad bin Qoorib radhiyaLLaahu 'anhu seorang mantan dukun yang beriman dan dikaitkan dengan pelepasan jin khodam/prewangan, maka perlu disampaikan penjelasan berikut..

Apakah betul secara fakta bahwa melepas jin khodam (baik dari sumber nasab maupun kasab/amalan perbuatan) dengan cara ruqyah (dan pemutusan ikrar) itu dikesankan sebagai suatu cara yang bukan lebih sederhana dan lebih mudah?

Betul, bahwa berinteraksi dengan Al-Quran adalah kebaikan luar biasa besar dalam membentuk jiwa. Sebagai suatu tazkiyyah yang dibutuhkan dari segala jenis kotoran baik yang lama ataupun yang baru.

Namun mendasari kisah sahabat Sawaad bin Qoorib radhiyaLLaahu 'anhu seorang mantan dukun terkenal yang kemudian berIslam, lalu menyimpulkan bahwa "ruqyah dan ikrar pemutus" dikesankan sebagai suatu yang kurang sederhana dan kurang menenangkan hati dibandingkan dengan mengisi hati dan diri dengan Al-Quran serta menjadikannya sebagai "sahabat" dalam keseharian - kemudian disebutkan bahwa khodam/prewangan dari bangsa jin akan pergi dengan sendirinya, maka perlu Mencermati kisah itu dengan lebih cermat lagi.
_________________


Kisah Dukun yang berIslam di hadapan Nabi: Sawaad bin Qoorib سواد بن قارب  radhiyaLLaahu 'anhu

1. Sawaad bin Qoorib dulunya adalah seorang dukun besar, selain itu juga dikenal sebagai penyair.

2. Jin prewangan sahabat Sawaad bin Qoorib itu sudah Islam terlebih dulu daripada Sawaad.

3. Beberapa kali jin itu mendorong Sawaad untuk menemui Nabi dan agar Sawaad beriman (jin itu yang mendakwahi Sawaad dengan caranya - bersyair)

4. Dialog Sawaad dengan Umar bin Khatthab tersebut terjadi setelah Umar menjadi Amirul Mukminin. Artinya itu sudah lebih dari 2 tahun semenjak keislamannya.
___________


Detail membaca informasi sangat diperlukan dalam melengkapi berbagai variabel yang mempengaruhi terjadinya suatu peristiwa. Variabel-variabel penting itu nantinya dibuuhkan untuk membuat analisa atau kesimpulan yang lebih akurat.

1. Dengan berIslam-nya lebih dulu jin prewangan Sawaad (radhiyaLLaahu 'anhu), menjadikan semua ikatan-ikatan batil antara mereka terputus. Setidaknya dari pihak jin-nya.

2. Dengan berIslamnya Sawaad, menyempurnakan terlepasnya ikatan itu dari pihak dirinya.

3. Totalitasnya melepas masa lalunya (perhatikan dialognya dengan sahabat Umar bin Khaththab radhiyaLLaahu 'anhu) mengelupas dan menghapus segala jejak masa lalunya yang pekat (sebagai dukun besar yang terkenal) yang akrab dengan jin perewangannya itu.

4. Sawaad yang dulunya selain dukun adalah juga seorang penyair. Interaksi Sawaad dengan Al-Quran yang kuat dan penuh nikmat itu tidak lepas dari dua latar belakang itu. Kekuatan Al-Quran dari dua aspek yang menjadi latar belakang kehidupan Sawaad bin Qoorib dirasakan oleh Sawaad menjadikannya cukup, tidak membutuhkan sumber kekuatan dari manapun lagi. Apalagi jin prewangannya sudah berIslam terlebih dahulu.
______________


Pelajaran 1

Sudahkah orang-orang yang selama ini memiliki ikatan kerjasama dengan jin kafir/fasiq mengalami yang dialami oleh sahabat Sawwad bin Qoorib...? (jin prewangannya Islam lebih dulu, bahkan kemudian mendakwahinya untuk berIslam).
Bukan hanya statusnya yang sama punya prewangan.

Kata kunci: Jin khadamnya Sawaad sdh Islam lebih dulu dan mendakwahinya, terlepas hubungan batilnya.
Dan inilah yang juga membuat Umar bin Khattab takjub dengan kisah keislamannya Sawaad.


Fakta,
Orang-orang yang sudah lama aktif dalam kajian keislaman dan dakwah, juga aktif membaca Al-Quran dan mengajarkannya, tidak sedikit yang masih melekat jin penyertanya (disadari/tidak oleh dirinya) baik dari jalur leluhur maupun amalan-amalan batil masa lalu..

Itu yang terjadi, berulang dan banyak dialami oleh para aktivis dakwah. Termasuk kepada para terapis Ruqyah yang juga aktivis dakwah. Pengulangan dalam jumlah yang banyak adalah POLA.


Pelajaran 2
Manakah cara yang lebih sederhana bagi orang-orang yang ingin segera bersih dari masa lalunya yang mempunyai ikatan-ikatan batil seperti itu, sementara mereka awam, tidak terbiasa berinteraksi dengan Al-Quran; (pilih)

A. Diruqyah secara intensif dengan berbagai cara yang sudah dikenal selama ini, kemudian juga dibimbing agar dekat dan nikmat dengan Al-Quran
Ataukah,

B. Cukup hanya disuruh banyak membaca Al-Quran, mempelajarinya, dan seterusnya... padahal yang bersangkutan tidak bisa membaca Al-Quran dan tidak terbiasa dengan itu. Dan untuk bisa seperti itu perlu proses yang panjang..



Jika dijumpai banyak sekali aktivis dakwah yang masih "nyangkut" jin-nya yang dulu terikat dengan perjanjian masa lalunya (baik nasab maupun kasab-nya). Maka bagaimanakah keadaannya dengan mereka yang awam dengan Al-Quran? Manakah yang lebih sederhana? (pilih)

A. Meruqyahnya dulu dan kemudian mengajaknya belajar dan mengkaji Al-Quran ataukah
B. Dengan mengajaknya dulu mempelajari Al-Quran hingga lancar, akrab dan hingga merasakan seperti yang sahabat Sawaad rasakan...?

==========


Diantara faktor yang memudahkan lepasnya ikatan-ikatan itu dengan cara yang sederhana dan cepat, bi idzniLLaah adalah;

1. Kesadaran dan pengakuan bahwa adanya ikatan-ikatan itu (nasab dan kasab) pada dirinya,
2. Keinginan kuat untuk bersih dari hal tersebut (perbaikan diri)
3. Memutus ikatan tersebut dan mendakwahi jin-nya. -- jin Sawaad sudah Islam terlebih dahulu
4. Selalu mentazkiyyah diri dengan amalan islami.

Adapun faktor yang menjadikan tidak sederhana dan sulit adalah:
Inginnya bersih, tapi tidak mau menyadari apalagi mengakui (bisa karena kejahilan atau pengabaian)
Persoalan jiwa yang harus diperbaiki lebih dulu (kesombongan, dendam, tidak mau memaafkan)


*Dalam kisah tersebut bukan jin tidak lagi mampu mengaksesnya, tetapi memang jin-nya prewangannya sudah berIslam lebih dulu daripada manusianya (sahabat Sawaad bin Qoorib radhiyaLLaahu 'anhu).


R. Rosyad
WaLLaahu a'lam.