Sebaik-baik dari kalian adalah orang yang mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya (H.R. Bukhari)

Sabtu

Pemutus (hubungan/perjanjian) Masuk dalam Ungkapan Baro-ah


Sebagaimana penegasan NabiyuLLaah Ibrahim dan para Mukminin yang membersamai beliau..

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ

إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّىٰ تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ

إِلَّا قَوْلَ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ لَأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ وَمَا أَمْلِكُ لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ ۖ رَبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ

Sungguh, telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengannya, ketika mereka berkata kepada kaumnya,

Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain ALLaah, kami mengingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu ada permusuhan dan kebencian untuk selama-lamanya sampai kamu beriman kepada ALLaah saja,”

kecuali perkataan Ibrahim kepada ayahnya, ”Sungguh, aku akan memohonkan ampunan bagimu, namun aku sama sekali tidak dapat menolak (siksaan) ALLaah terhadapmu.” (Ibrahim berkata), “Ya Robb kami, hanya kepada Engkau kami bertawakal dan hanya kepada Engkau kami bertobat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali,
[QS. Al-Mumtahanah (60): 4]

Bisa dengan membacakan ayat-ayat terkait dengan baro-ah.
Bisa dengan redaksi yang disusun sendiri, apakah itu bahasa arab atau selainnya yang bisa dipahami.
(Keduanya juga masuk dalam kaidah Ruqyah Syar'iyyah).

Jadi tidak perlu merasa lebih baik menggunakan yang ini kerena sudah terbukti.. Dan tidak perlu menggunakan yang itu karena merasa ribet atau aneh..

Gunakan saja semuanya yang benar, baik dan bermanfaat.
Karena tidak setiap situasi itu sama perlakuannya. Dan tidak semua perlakuan itu harus sesuai situasinya. Mohonlah selalu kemudahan kepada ALLaah swt..
____________________


Tentang kisah sahabat mulia Sawaad bin Qoorib radhiyaLLaahu 'anhu...

perlu dicermati lagi cara pandangnya..

1. Ada riwayat yang menyebutkan sahabat Sawaad bin Qoorib  سواد بن قارب  itu dari Yaman dan ada yang menyebut sebelumnya tinggal di India (yang diriwayatkan dalam tafsir Ibnu Katsir). Yang benar adalah dari Yaman.

2. Pertanyaan Umar bin Khattab kepada Sawaad bin Qoorib (radhiyaLLaahu 'anhumaa) itu terjadi setelah Umar sebagai Amirul Mukminin, artinya setelah lebih dari 2 tahun setelah Islamnya Sawaad. Dan dari riwayat Imam al-Bayhaqi sebagaimana yang tercantum dalam tafsir Ibnu Katsir, kalimatnya sebagai berikut:

هل يأتيك رئيك الآن؟ فقال "منذ قرأت القرآن لم يأتني ونعم العوض كتاب الله عز وجل من الجن"

"Apakah 'prewanganmu' itu masih juga datang kepadamu?" Sawad menjawab, "Sejak aku membaca Al-Qur'an, dia tidak pernah lagi datang kepadaku. Dan sebaik-baik pengganti dari jin adalah Kitabullah."


Yang ingin membaca kisah lengkapnya di:

http://fatwa.islamweb.net/fatwa/index.php?page=showfatwa&Option=FatwaId&Id=324700

Atau di sini,

http://kisahmuslim.com/2701-jin-yang-shalih-mengamalkan-ketaatan.html

====================


Mencermati dengan cermat kisah Islamnya sahabat Sawaad bin Qoorib radhiyaLLaahu 'anhu..

Mengingat banyaknya postingan terkait dengan kisah sahabat Sawaad bin Qoorib radhiyaLLaahu 'anhu seorang mantan dukun yang beriman dan dikaitkan dengan pelepasan jin khodam/prewangan, maka perlu disampaikan penjelasan berikut..

Apakah betul secara fakta bahwa melepas jin khodam (baik dari sumber nasab maupun kasab/amalan perbuatan) dengan cara ruqyah (dan pemutusan ikrar) itu dikesankan sebagai suatu cara yang bukan lebih sederhana dan lebih mudah?

Betul, bahwa berinteraksi dengan Al-Quran adalah kebaikan luar biasa besar dalam membentuk jiwa. Sebagai suatu tazkiyyah yang dibutuhkan dari segala jenis kotoran baik yang lama ataupun yang baru.

Namun mendasari kisah sahabat Sawaad bin Qoorib radhiyaLLaahu 'anhu seorang mantan dukun terkenal yang kemudian berIslam, lalu menyimpulkan bahwa "ruqyah dan ikrar pemutus" dikesankan sebagai suatu yang kurang sederhana dan kurang menenangkan hati dibandingkan dengan mengisi hati dan diri dengan Al-Quran serta menjadikannya sebagai "sahabat" dalam keseharian - kemudian disebutkan bahwa khodam/prewangan dari bangsa jin akan pergi dengan sendirinya, maka perlu Mencermati kisah itu dengan lebih cermat lagi.
_________________


Kisah Dukun yang berIslam di hadapan Nabi: Sawaad bin Qoorib سواد بن قارب  radhiyaLLaahu 'anhu

1. Sawaad bin Qoorib dulunya adalah seorang dukun besar, selain itu juga dikenal sebagai penyair.

2. Jin prewangan sahabat Sawaad bin Qoorib itu sudah Islam terlebih dulu daripada Sawaad.

3. Beberapa kali jin itu mendorong Sawaad untuk menemui Nabi dan agar Sawaad beriman (jin itu yang mendakwahi Sawaad dengan caranya - bersyair)

4. Dialog Sawaad dengan Umar bin Khatthab tersebut terjadi setelah Umar menjadi Amirul Mukminin. Artinya itu sudah lebih dari 2 tahun semenjak keislamannya.
___________


Detail membaca informasi sangat diperlukan dalam melengkapi berbagai variabel yang mempengaruhi terjadinya suatu peristiwa. Variabel-variabel penting itu nantinya dibuuhkan untuk membuat analisa atau kesimpulan yang lebih akurat.

1. Dengan berIslam-nya lebih dulu jin prewangan Sawaad (radhiyaLLaahu 'anhu), menjadikan semua ikatan-ikatan batil antara mereka terputus. Setidaknya dari pihak jin-nya.

2. Dengan berIslamnya Sawaad, menyempurnakan terlepasnya ikatan itu dari pihak dirinya.

3. Totalitasnya melepas masa lalunya (perhatikan dialognya dengan sahabat Umar bin Khaththab radhiyaLLaahu 'anhu) mengelupas dan menghapus segala jejak masa lalunya yang pekat (sebagai dukun besar yang terkenal) yang akrab dengan jin perewangannya itu.

4. Sawaad yang dulunya selain dukun adalah juga seorang penyair. Interaksi Sawaad dengan Al-Quran yang kuat dan penuh nikmat itu tidak lepas dari dua latar belakang itu. Kekuatan Al-Quran dari dua aspek yang menjadi latar belakang kehidupan Sawaad bin Qoorib dirasakan oleh Sawaad menjadikannya cukup, tidak membutuhkan sumber kekuatan dari manapun lagi. Apalagi jin prewangannya sudah berIslam terlebih dahulu.
______________


Pelajaran 1

Sudahkah orang-orang yang selama ini memiliki ikatan kerjasama dengan jin kafir/fasiq mengalami yang dialami oleh sahabat Sawwad bin Qoorib...? (jin prewangannya Islam lebih dulu, bahkan kemudian mendakwahinya untuk berIslam).
Bukan hanya statusnya yang sama punya prewangan.

Kata kunci: Jin khadamnya Sawaad sdh Islam lebih dulu dan mendakwahinya, terlepas hubungan batilnya.
Dan inilah yang juga membuat Umar bin Khattab takjub dengan kisah keislamannya Sawaad.


Fakta,
Orang-orang yang sudah lama aktif dalam kajian keislaman dan dakwah, juga aktif membaca Al-Quran dan mengajarkannya, tidak sedikit yang masih melekat jin penyertanya (disadari/tidak oleh dirinya) baik dari jalur leluhur maupun amalan-amalan batil masa lalu..

Itu yang terjadi, berulang dan banyak dialami oleh para aktivis dakwah. Termasuk kepada para terapis Ruqyah yang juga aktivis dakwah. Pengulangan dalam jumlah yang banyak adalah POLA.


Pelajaran 2
Manakah cara yang lebih sederhana bagi orang-orang yang ingin segera bersih dari masa lalunya yang mempunyai ikatan-ikatan batil seperti itu, sementara mereka awam, tidak terbiasa berinteraksi dengan Al-Quran; (pilih)

A. Diruqyah secara intensif dengan berbagai cara yang sudah dikenal selama ini, kemudian juga dibimbing agar dekat dan nikmat dengan Al-Quran
Ataukah,

B. Cukup hanya disuruh banyak membaca Al-Quran, mempelajarinya, dan seterusnya... padahal yang bersangkutan tidak bisa membaca Al-Quran dan tidak terbiasa dengan itu. Dan untuk bisa seperti itu perlu proses yang panjang..



Jika dijumpai banyak sekali aktivis dakwah yang masih "nyangkut" jin-nya yang dulu terikat dengan perjanjian masa lalunya (baik nasab maupun kasab-nya). Maka bagaimanakah keadaannya dengan mereka yang awam dengan Al-Quran? Manakah yang lebih sederhana? (pilih)

A. Meruqyahnya dulu dan kemudian mengajaknya belajar dan mengkaji Al-Quran ataukah
B. Dengan mengajaknya dulu mempelajari Al-Quran hingga lancar, akrab dan hingga merasakan seperti yang sahabat Sawaad rasakan...?

==========


Diantara faktor yang memudahkan lepasnya ikatan-ikatan itu dengan cara yang sederhana dan cepat, bi idzniLLaah adalah;

1. Kesadaran dan pengakuan bahwa adanya ikatan-ikatan itu (nasab dan kasab) pada dirinya,
2. Keinginan kuat untuk bersih dari hal tersebut (perbaikan diri)
3. Memutus ikatan tersebut dan mendakwahi jin-nya. -- jin Sawaad sudah Islam terlebih dahulu
4. Selalu mentazkiyyah diri dengan amalan islami.

Adapun faktor yang menjadikan tidak sederhana dan sulit adalah:
Inginnya bersih, tapi tidak mau menyadari apalagi mengakui (bisa karena kejahilan atau pengabaian)
Persoalan jiwa yang harus diperbaiki lebih dulu (kesombongan, dendam, tidak mau memaafkan)


*Dalam kisah tersebut bukan jin tidak lagi mampu mengaksesnya, tetapi memang jin-nya prewangannya sudah berIslam lebih dulu daripada manusianya (sahabat Sawaad bin Qoorib radhiyaLLaahu 'anhu).


R. Rosyad
WaLLaahu a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar