Sebaik-baik dari kalian adalah orang yang mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya (H.R. Bukhari)

Selasa

RUMUS PENTING - Goncangan Jiwa dan Efek Gangguan

Goncangan Jiwa dan Efek Gangguan

Efektifnya gangguan eksternal secara umum dipengaruhi kondisi lemah-kuatnya stabilitas jiwa.


RUMUS PENTING

Goncangan jiwa yg terjadi akan melemahkan dan membuka pintu2 serangan mudah masuk.


Goncangan jiwa itu bisa dlm berbagai bentuk: ketakutan, kecemasan, kekhawatiran, kesedihan, dan sejenis itu. Juga dlm bentuk marah, dendam, dan sejenis itu. Bahkan juga dlm bentuk kesenangan.

*Goncangan itu bisa sebagai bentuk peristiwa "natural" yang tidak direncanakan makhluk maupun yang melibatkan "rekayasa" makhluk. 

Jika berbagai keadaan di atas sampai pada stadium yg cukup, maka gangguan luar semacam sihir akan menjadi efektif. 

Stadium yg cukup itu mksdnya volume (kadar/bobotnya) guncangan itu.

Volume bisa dicapai dg sekali peristiwa atau perlu bbrp peristiwa sejenis/mirip yg berulang-ulang sampai kadar volumenya tercapai. Dan berhasil masuk penuh atau tidak, itu juga tergantung bobot gangguan eksternal yg datang. 


Kalau angka perkalian antara guncangan jiwa dan bobot gangguan sdh tercapai, maka itu sudah cukup syarat utk bisa masuk.


Contoh:

Utk jenis gangguan jenis A, agar bisa efektif bekerja diperlukan tercapai cukup di angka 50. 

Lebih dari itu akan tampak terlalu mencolok di permukaan walaupun akibatnya mmg bisa lbh fatal.


Jika:

- Volume guncangan jiwa = 10

- Maka dibutuhkan bobot gangguan eksternal = 5


- Kalau volume guncangan = 25

- Bobot gangguan eksternal cukup = 2


- Kalau volume guncangan = 50 (maksimal)

- Maka bobot gangguan cukup = 1. 


- Kalau volume guncangan = 1

- Dibutuhkan bobot gangguan maksimal = 50


- Kalau volume guncangan = 0. (apakah ada?)

- Maka tdk ada gangguan yg sama sekali bisa efektif.


*catatan tambahan:

- Volume guncangan itu bisa juga dipengaruhi oleh melekatnya jin khadamnya baik dari jalur nasab ataupun kasabnya.

Krn peristiwa2 yg terjadi, jin khadam bisa bereaksi muncul ke permukaan merespon peristiwa itu (ancaman, musibah, ejekan, dsb).


RR

Gangguan dalam Sarana Hidup dan Sistem Hidup

Gangguan dalam Sarana Hidup dan Sistem Hidup


Sudah menjadi takdir ketentuan ALLaah subhaanahu wa ta’aalaa bahwa syaitan merealisasikan permusuhannya melalui berbagai rencana dan cara baik secara langsung maupun tidak langsung yang bisa menimbulkan gangguan dalam hidup manusia.


Gangguan hidup manusia itu untuk merusak aspek sarana prasarana hidup (kesehatan, ekonomi, sosial, keamanan-kenyamanan, dll) maupun sistem hidup (konsep dan aturan hidup serta aqidah, ibadah, akhlaq).

Suatu serangan yang menimbulkan gangguan pada seseorang itu ada yang bisa merasakannya dan ada yang tidak merasakannya..

Biasanya jenis gangguan sektor sarana prasarana hidup lebih mudah dirasakan oleh seseorang dibandingkan gangguan pada sistem hidup. Padahal gangguan pada sistem hidup itu justeru jauh lebih berbahaya serta merugikan dibandingkan dengan gangguan pada sarana prasarana hidup.


Syaitan terus berusaha merusak kedua aspek itu dari kehidupan manusia. Tujuan besarnya adalah untuk menggagalkan (merusak/menghambat) dua hal juga, yaitu

1. Tercapainya tujuan hidup beribadah kepada ALLaah subhaanahu wata'aalaa dan

2. Terwujudnya tugas hidup sebagai khalifah fil ardhi (dalam konteks sebagai pemimpin dan pengelola kehidupan di muka bumi). 

- Saat konsep aturan hidup yang berdasarkan aqidah-ibadah-akhlaqnya sudah berhasil dirusak, maka saat manusia itu sebagai pemimpin-pengelola kehidupan pasti akan mengakibatkan hidup yang penuh kerusakan. 

- Jika konsep aturan hidup yang berdasarkan aqidah-ibadah-akhlaq manusia itu terjaga baik, maka syaitan akan tetap berusaha menghambat proses mewujudkan konsep aturan hidup dalam kehidupan manusia tersebut dengan upaya merusak sarana prasarananya (segala sumber daya untuk memimpin/mengelola).

Kita tidak ingin salah satunya mengalami gangguan apalagi sampai tahap kerusakan parah. Akan tetapi syaitan tetap terus mengupayakan agar itu terjadi. Dan jika akhirnya terjadi maka itulah ketetapan ALLaah subhaanahuu wata'aalaa yang disebut dengan fitnah dan bala`. Dan bila dibandingkan, maka bagi syaitan rusaknya sistem hidup lebih diprioritaskan daripada rusaknya sarana-prasarana hidup, karena dengan rusaknya sistem hidup akan tercapai target terbesarnya yaitu bisa menyeret para hamba ALLaah kepada kesengsaraan abadi bersamanya (bersama syaithan) di akhirat kelak.


Caranya,

Jika seseorang belum bisa langsung dirusak sistem hidupnya maka orang itu akan:

1- Ditawarkan oleh syaitan dukungan mencapai kebutuhan sarana prasarana hidupnya tentu dengan syarat-syarat tertentu sesuai kemauan syaitan. Lalu setelah orang itu meraih sarana prasarana hidupnya, dia akan dijadikannya sebagai model/duta orang yang berhasil mengikuti sistem hidup syaitaniyah-nya.

Bagi yang dominan kuat syahwat dunianya maka pintu penawaran syaitan ini akan mudah disambut.

2- Dihambat dan dirusak berbagai sarana prasarana hidupnya terus menerus sampai pada batas dirinya berputus asa lalu menyerah dan beralih ke berbagai alternatif sistem hidup yang ditawarkan syaitan itu. Selanjutnya orang itu dijanjikan dengan pola poin 1 (pertama) di atas.


Pada akhirnya setelah habis masa berlakunya pola poin 1 dan 2 (pertama dan kedua) di atas, syaitan akan menarik dukungannya dalam urusan sarana prasarana hidup tersebut lalu dia akan kembali terjatuh dan mengalami kerusakan pada sarana prasarana kehidupannya. Dan jika saat itu orang itu tidak bertaubat kembali ke sistem hidup yang benar maka kerugian besar akan dialaminya baik kerugian di dunia dan yang sudah pasti kerugian di akhirat.

____

Banyak yang tidak merasakan bahwa beberapa contoh sulukiyah-akhlaqiyah berikut ini adalah keadaan yang sangat disukai syaitan yang menjadi pintu masuk sekaligus menjadi tempat nyaman bersemayamnya syaitan dalam diri manusia.

ananiyah (egois), kibr (sombong) - adamut tawashu' (tidak tawashu'), intiqhosiyah (mudah merendahkan pihak lain), ‘uzlah minal jamaah - infirodiyah (memisahkan diri dari jamaah – beramal sendiri/tdk berjamaah), tafriqah (perpecahan), isti'jal (tergesa-gesa), infi'aliyah (emosional), ghadbaan (mudah tersinggung, pemarah), hasad, su-uzh zhan (buruk sangka), thuulul amal (panjang angan2), hubbud dun-ya (cinta dunia), i'jab bin nafs (kagum dengan diri sendiri), hubbuzh zhuhur (senang tampil), dst.. hal-hal yang sifatnya sulukiyah akhlaqiyah..


R. Rosyadi