Sebaik-baik dari kalian adalah orang yang mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya (H.R. Bukhari)

Selasa

Sakit, Gejala Sakit dan Kesembuhan


Yang disebut penyakit dalam kehidupan manusia sehari-hari itu sebetulnya adalah gejala sakitnya (simtoma). Jika berlangsung lama maka terjadi penumpukan di bagian sakitnya itu dan atau menyebar ke area/sektor lainnya.

Adapun sakit yang sesungguhnya adalah akar dari segala penyebabnya itu.
Ada penyebab utama, ada pula penyebab ikutan (tambahan).

Ketelitian dan ketekunan membedakan dan memilah, memposisikan masing-masing sebab serta upaya memperbaikinya itu menjadi "seni" dalam proses terapi.
Adapun kesembuhan, itu adalah wilayah mutlak ALLaah swt.

Kesembuhan itu bukan milik makhluk.
Bagi makhluk, kesembuhan itu hanya sampai pada batas harapan bersamaan saat awal dilakukannya proses terapi, pada saat proses itu dijalankan dan di saat akhir prosesnya.

Sebab utama sakit dan kerusakan lainnya itu adalah jiwa buruk-jahat (nafs syarr) dan kesalahan dari perbuatan demi perbuatan (amal suu`). Baik secara sepihak berasal dari dirinya sendiri, atau murni berasal orang lain atau secara bersamaan dari andil keduanya.
Yang jelas, nafs syarr dan 'amal suu` itu pilar dari segala penyebabnya.

Nabi shallaLLaahu 'alaihi wasallam bersabda,

وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا

Kami berlindung kepada ALLaah dari kejahatan jiwa kami dan dari kesalahan perbuatan kami.
(HR. An-Nasaa-i 1387, Ibnu Majah 1882. Shahih)


Sebab-sebab ikutan adalah segala sebab yang merupakan rangkaian proses setelah kedua hal di atas, termasuk jin pengganggu, virus, bakteri patogen, racun, benturan, luka, buly, cacian, ancaman, pujian berlebih, dan sebagainya.

• Memperbaiki dasar penyebabnya adalah fondasi dari terapi.
• Menghilangkan sebab-sebab ikutannya menjadi pelengkap proses terapi.
• Menyempurnakannya adalah dengan menyertakan harapan sembuh di awal, di saat dan di akhir setiap proses terapi kepada Zat Pemilik Kesembuhan, ALLaah swt.

Jika sembuh itu diberikan di dunia maka hendaklah bersyukur dengan sebenarnya syukur. Bersemangat menuliskan sejarah hidup di sisa waktu dengan sebaik-baiknya tulisan berupa niat dan amal. Jadilah dirinya semakin taat dan dekat dengan Khaliqnya dan jadilah dirinya semakin bermanfaat bagi para makhlukNya.

Jika sembuh itu ditunda pemberiannya di dunia setelah penantian panjang dalam proses terapi dan berharap, maka hendaknya dia berbahagia karena penyerahan kumpulan dari sekian kali proses dan harapan itu akan diserahkan dalam dua jenis penyerahan:

1• dalam bentuk penghindar dan pencegah keburukan demi keburukan di masa depannya yang semula keburukan itu sudah ditakdirkan terjadi atas dirinya selama hidup di dunia.

2• dalam bentuk pahala besar dari sekian upaya dan harapannya yang semua itu akan diterimanya di akhirat atas kesabarannya tidak isti'jal.
* isti'jal: tergesa ingin dapatkan segera, dan saat tdk mendapatkannya dia kecewa.


عَنْ أَبِي سَعِيدٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلَا قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلَّا أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلَاثٍ إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ وَإِمَّا أَنْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنْ السُّوءِ مِثْلَهَا”، قَالُوا: إِذًا نُكْثِرُ قَالَ: “اللَّهُ أَكْثَرُ”
(رواه أحمد ١٠٧٠٩).

Dari Abu Sa’id berkata; Nabi ﷺ  bersabda:​
​“Tidak ada seorang muslimpun yang berdoa dengan suatu doa yang tidak mengandung dosa atau pemutusan tali silaturrahim, kecuali ALLaah akan memberinya salah satu dari tiga kemungkinan;​
​- disegerakan pengabulan doanya (di dunia ini), atau​
​- disimpan/ditabung sebagai pahalanya untuknya untuk (diberikan) di akhirat,​
​- atau ia dijauhkan dari keburukan yang setara nilainya (dengan doa itu)”.​

Para sahabat berkata: “Jika demikian kita perbanyak (berdoa yang banyak) saja”, beliau bersabda: “ALLah memiliki yang lebih banyak (sebagai balasan dan pengkabulan)”​
(HR. Ahmad  10709).


قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ ۚ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۗ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ ۗ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

Katakanlah (Muhammad), “Wahai hamba-hamba-Ku yang beriman! Bertakwalah kepada Tuhanmu.” Bagi orang-orang yang berbuat baik di dunia ini akan memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu luas. Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas.

[Surat Az-Zumar (39): 10]


___R. Rosyadi

Senin

Gangguan Jin dan Penguasaan Syaitan

Gangguan Jin dan Penguasaan Syaitan
(Kepada orang sholih maupun tholih)

Kita tengok dulu kisah nyata berikut ini,

عَن عَطَاءُ بْنُ أَبِى رَبَاحٍ قَالَ قَالَ لِى ابْنُ عَبَّاسٍ أَلاَ أُرِيكَ امْرَأَةً مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ قُلْتُ بَلَى . قَالَ هَذِهِ الْمَرْأَةُ السَّوْدَاءُ أَتَتِ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – فَقَالَتْ إِنِّى أُصْرَعُ ، وَإِنِّى أَتَكَشَّفُ فَادْعُ اللَّهَ لِى . قَالَ إِنْ شِئْتِ صَبَرْتِ وَلَكِ الْجَنَّةُ وَإِنْ شِئْتِ دَعَوْتُ اللَّهَ أَنْ يُعَافِيَكِ . فَقَالَتْ أَصْبِرُ . فَقَالَتْ إِنِّى أَتَكَشَّفُ فَادْعُ اللَّهَ أَنْ لاَ أَتَكَشَّفَ ، فَدَعَا لَهَا

Dari ‘Atho’ bin Abi Robaah, ia berkata bahwa Ibnu ‘Abbas berkata padanya, “Maukah kutunjukkan wanita yang termasuk penduduk surga?” ‘Atho menjawab, “Iya mau.” Ibnu ‘Abbas berkata, “Wanita yang berkulit hitam ini (umum Zufar radhiyaLLaahu 'anhaa), ia pernah mendatangi Nabi shallaLLaahu ‘alaihi wa sallam, lantas ia pun berkata, “Aku menderita penyakit shoro' dan auratku sering terbuka karenanya. Berdo’alah pada ALLaah untukku.” Nabi shallaLLaahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Jika mau sabar, bagimu surga. Dan jika engkau mau, aku akan berdo’a pada ALLaah supaya menyembuhkanmu.” Wanita itu pun berkata, “Aku memilih bersabar.” Lalu ia berkata pula, “Auratku biasa tersingkap (kala aku terkena shoro'). Berdo’alah pada ALLaah supaya auratku tidak terbuka.” Nabi –shallaLLaahu ‘alaihi wa sallam– pun berdo’a pada ALLaah untuk wanita tersebut.
(HR. Bukhari no. 5652 dan Muslim no. 2576).
_______



Siapapun bisa terkena gangguan jin pengganggu. Apakah itu orang sholih maupun orang tholih.
Tetapi penguasaan syaitan hanya kepada mereka yang tholih saja.


1. Orang shalih bisa mendapatkan gangguan dari jin pengganggu sebagai bagian ujian kehidupan yang bisa jadi karena kesalahan-kesalahan yang tidak sampai ke derajat rusak imannya. Hal ini sebagaimana sangat mungkinnya dia terkena virus demam berdarah karena kecerobohan/kelalaiannya menjaga kebersihan lingkungan dan keseimbangan stamina dirinya. Selama yang bersangkutan tidak terganggu sedikitpun ketaatan dan loyalitasnya kepada ALLaah swt, maka dia tidak bisa disebut dikuasai syaitan.

2. Orang tholih terganggu dengan gangguan jin secara nyata yang orang kebanyakan jelas bisa menilainya: seperti kesurupan, kelainan jiwa, sakit yang peralatan medis tidak menemukannya, dan sebagainya.. dan sekaligus dominan kehidupannya dikuasai syaitan seperti tidak sholat, senang berjudi, minum kamar, berekonomi ribawi, buruk akhlak dan sebagainya..

3. Orang tholih yang tampak menurut orang lain hidup sehat, keluarga sukses, ekonomi lancar, sosialnya dermawan dan dihormati...dan seterusnya dengan keadaan yang tidak beriman, memusuhi agama ALLaah swt,..dan seterusnya yang ketholihannya jelas-jelas sudah menjadi bagian dari sekutu syaitan.


*Tholih = antonim (lawan kata) dari sholih.
_____

Perlu kita bedakan antara gangguan jin pengganggu dengan penguasaan syaitan.

_____


QS. Az-Zukhruf (43): 36

وَمَنْ يَعْشُ عَنْ ذِكْرِ الرَّحْمَٰنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ

Dan barangsiapa berpaling dari pengajaran ALLaah Yang Maha Pengasih (Al-Qur'an), Kami biarkan setan (menyesatkannya) dan menjadi teman karibnya.


____________

Kaitannya dengan QS. An-Nahl (16): 99-100 dan QS. Al-Isra' (17) :65


إِنَّهُ لَيْسَ لَهُ سُلْطَانٌ عَلَى الَّذِينَ آمَنُوا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

Sungguh, setan itu tidak akan berpengaruh terhadap orang yang beriman dan bertawakal kepada Tuhan.

(Arabic Ibn Kathir Tafseer)

وقوله "إنه ليس له سلطان على الذين آمنوا وعلى ربهم يتوكلون" قال الثوري ليس له عليهم سلطان أن يوقعهم في ذنب لا يتوبون منه وقال آخرون معناه لا حجة له عليهم وقال آخرون كقوله "إلا عبادك منهم المخلصين".

Imam Ats-Tsauri mengatakan bahwa syaitan itu tidak memiliki kekuasaan atas mereka (orang yang beriman dan bertawakkal kepada Rabbnya) untuk menjatuhkan mereka ke dalam dosa yang mereka tidak bisa bertaubat darinya. Sedangkan yang lainnya mengatakan, artinya, tidak ada hujjah bagi syaitan atas mereka. Yang lain lagi mengatakan, yang demikian itu sama seperti firman-Nya: “Kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlish di antara mereka.”
[QS. Al-Hijr (15): 40]


إِنَّمَا سُلْطَانُهُ عَلَى الَّذِينَ يَتَوَلَّوْنَهُ وَالَّذِينَ هُمْ بِهِ مُشْرِكُونَ

Pengaruhnya hanyalah terhadap orang yang menjadikannya pemimpin dan terhadap orang yang mempersekutukannya dengan ALLaah.

(Arabic Ibn Kathir Tafseer)

"إنما سلطانه على الذين يتولونه" قال مجاهد يطيعونه وقال آخرون اتخذوه وليا من دون الله.

"وهم به مشركون" أي أشركوا في عبادة الله ويحتمل أن تكون الباء سببية أي صاروا بسبب طاعتهم للشيطان مشركين بالله تعالى

وقال آخرون معناه أنه شركهم في الأموال والأولاد.

Mujahid mengatakan: “Yakni, mentaatinya [syaitan].” Ulama lainnya mengatakan: “Mereka menjadikannya sebagai pelindung selain ALLaah".

walladziina Hum biHii musyrikuun (“Dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan ALLaah.”) Maksudnya, mereka menyekutukan syaitan dalam beribadah kepada Allah Ta’ala.
Huruf ba’ bisa jadi sebagai ba’ sababiyyah, artinya, karena ketaatan mereka kepada syaitan, mereka menjadi musyrik kepada ALLaah Ta’ala.

Ulama lainnya mengatakan bahwa artinya, syaitan itu bersekutu dengan mereka dalam harta benda dan anak-anak.

[Surat An-Nahl (16): 99-100]



إِنَّ عِبَادِي لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ ۚ وَكَفَىٰ بِرَبِّكَ وَكِيلًا

“Sesungguhnya (terhadap) hamba-hamba-Ku, engkau (Iblis) tidaklah dapat berkuasa atas mereka. Dan cukuplah Tuhanmu sebagai penjaga.”


(Arabic Ibn Kathir Tafseer)

وقوله تعالى "إن عبادي ليس لك عليهم سلطان" إخبار بتأييده تعالى عباده المؤمنين وحفظه إياهم وحراسته لهم من الشيطان الرجيم ولهذا قال تعالى "وكفى بربك وكيلا" أي حافظا ومؤيدا ونصيرا وقال الإمام أحمد حدثنا قتيبة حدثنا ابن لهيعة عن موسى بن وردان عن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال "إن المؤمن لينض شياطينه كما ينض أحدكم بعيره في السفر" ينض أي يأخذ بناصيته ويقهره.

Firman-Nya: (“Sesungguhnya hamba-hamba-Ku, kamu tidak dapat berkuasa atas mereka.”) Yang demikian itu merupakan pemberitahuan ALLaah Ta’ala tentang dukungan yang diberikan-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang beriman dan pemeliharaan yang Dia berikan kepada mereka dan dijaganya dari syaitan yang terkutuk. Oleh karena itu, ALLaah Ta’ala berfirman: wa kafaa birabbika wakiilan (“Dan cukuplah Rabmu sebagai Penjaga.”) Yakni, penjaga, pendukung dan penolong.

[Surat Al-Isra' (17): 65]

_______


1. Sulthoon Syaitan سُلْطَان  yang dimaksud adalah penguasaan penuh oleh syaitan yang menjadikannya dita'ati, dipatuhi, berlarut dalam kesalahan dan menjadi enggan bertaubat, dan sebagainya.
Gangguan di sini lebih kepada keimanan dan kualitas beragama (aqidah, ibadah dan akhlak). Sulthan syaitan yang menguasai sehinggajiwa kita menjadi rusak dan tenggelam dalam kefujuran.
Sulthan syaitan yang seperti inilah yang tidak bisa menguasai hamba-hambaNya yang dimaksud dalam ayat-ayat tersebut di atas.

2. Sedangkan gangguan di sektor sarana prasarana hidup (kesehatan, harta, keluarga, status sosial, interaksi sosial, dan sebagainya), itu bisa menimpa siapapun. Baik sholih maupun tholih.
________


R. Rosyadi