Sebaik-baik dari kalian adalah orang yang mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya (H.R. Bukhari)

Minggu

Terapi Al-Quran Untuk Penyembuhan Berbagai Macam Penyakit




Manusia dalam mempertahankan hidupnya (survive) atau dalam persaingannya membutuhkan jaminan dan dukungan keamanan, kekuatan, perlindungan, jaminan rejeki (baca : ekonomi), kesehatan, kepandaian, kewibawaan/daya pengaruh dsb. Segala cara dan upaya dilakukan untuk memperoleh hal itu. Terlebih jika sedang membutuhkan solusi ‘mendesak’, maka apapun dapat dilakukannya demi mempertahankan dan memenangkan persaingannya tersebut.

Diantara cara yang ditempuh oleh manusia untuk memperoleh jaminan dan dukungan itu adalah dengan mengandalkan ‘jalan gaib’ baik dalam bentuk sesuatu yang dibaca (kan), dituliskan (kan), berupa benda yang dibawa/dipakai/disimpan, laku ritual tertentu, yang dimakan/diminum, olah nafas/gerak tertentu dsb. Semua itu terkait erat dengan bentuk-bentuk pengembangan berikutnya dari aktivitas yang berhubungan dengan RUQYAH.

Ruqyah atau mantera (jawa : suwuk, jopa-japu) sudah ada sejak sebelum RosuluLLah saw diutus. Keberadaannya dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Hanya saja Islam melarang setiap hal yang mendatangkan kerugian dan kesesatan, sekalipun hal itu ‘dibutuhkan’. Islam menggantikan setiap kebutuhan yang dilarang itu dengan sesuatu yang halal yang lebih baik dan menjamin kebahagiaan hidup selamanya. Mantera-mantera (Ruqyah) untuk perlindungan atau penyembuhan – baik yang jelas ke-syirik-annya maupun yang samar-samar – adalah suatu yang dilarang, sekalipun ‘seolah-olah’ mendatangkan hasil.  Dalam sebuah riwayat shohih diberitakan,

عَنْ عَوْفٍ بْنِ مَالِكٍ رضي الله عنه قـال : كُنَّا نَرْقِي فِى الْجَـاهِلِيَّةِ، فَقُلْنـَا يـَا رَسُوْلَ اللهِ كَيْفَ تَرَى بِذلِكَ ؟  فَقَالَ : أَعْرِضُوْا عَلَيَّ رُقَاكُمْ لاَ بَـأْسَ بِالرُّقْيَةِ مَالَمْ تَكُنْ شِرْكـاً (رواه مسلم)

Dari sahabat ‘Auf bin Malik ra dia berkata : Kami dahulu meruqyah di masa Jahiliyyah, maka kami bertanya : “Ya RosuluLLah, bagaimana menurut pendapatmu ?” Beliau menjawab : “Tunjukkan padaku Ruqyah (mantera) kalian itu. Tidak mengapa mantera itu selama tidak mengandung kesyirikan” (HR. Muslim).


Meruqyah dengan cara yang sesuai dengan kaidah syari’at الرُّقْيَةُ الشَّرْعِِيَّة)tidak hanya dikhususkan terhadap permasalahan yang berhubungan dengan Jin atau Sihir saja. Terbukti dari beberapa do’a Ruqyah yang diajarkan Nabi saw banyak yang berhubungan dengan penyakit-penyakit pada umumnya termasuk luka-luka, ‘keracunan’ dsb. ALLAH swt menurunkan Al-Quran yang diantara fungsinya adalah sebagai SYIFAA’ (obat/penyembuh) terhadap penyakit serta gangguan secara umum.

Praktek ruqyah dapat dilakukan baik secara individul atau secara massal yang disetarakan dengan pengobatan massal. Beberapa ulama dalam kitab-kitab hadits mereka (seperti Imam Al-Bukhori, At Tirmidzi dan Abu Dawud) memberi penjelasan tentang Ruqyah dalam Bab At Thibb (Pengobatan). Dalam praktek Ruqyah Syar’iyyah (individual atau secara massal) inilah nilai-nilai dakwah dengan menanamkan kebersihan Aqidah, kekebenaran beribadah dan akhlaq karimah  secara hikmah dapat kita sampaikan dan mau’izhoh hasanah secara efektif bisa kita ungkapkanالرُّقْيَةُ الدَّعَوِيَّة) )

Meruqyah juga tidak dikhususkan hanya bisa dilakukan oleh orang-orang tertentu. Bagaimanapun juga Ruqyah adalah salah satu warisan RosuluLLah SAW kepada semua umatnya sebagaimana ajaran-ajaran beliau yang lain. 

Selama syarat--syarat sebagai muslim yang ‘baik’ secara minimal dapat kita penuhi, insya ALLAH kita semua dapat meruqyah. Syarat-syarat (minimal) tersebut adalah Bersih Aqidah kita dan Benar Ibadah kita sesuai yang diajarkan oleh RasuluLLah saw, disamping perbaikan yang terus-menerus terhadap pemahaman serta akhlak ke-Islam-an kita.

Semoga semakin banyaklah kaum muslimin yang bisa melakukan peruqyahan syar’iyyah, paling tidak untuk diri sendiri dan keluarganya. Dengan demikian semakin banyak pula masyarakat kita yang terselamatkan dan mau meninggalkan ruqyah-ruqyah syirkiyyah (terapi yang mengandung kesyirikan) dengan beralih kepada Ruqyah Syar’iyyah – Da’awiyyah. Dan semoga kita dapat merasakan hidup berkah yang sebenarnya setelah terlepas dari berbagai kekeliruan. Amin.

WaLLahu a’lam bis Showwab.
Magetan, 1426 H

H. Riyadh Rosyadi



A. GANGGUAN YANG UMUMNYA DIKELUHKAN
Derita/gangguan (termasuk sakit) yang dialami oleh seorang mukmin adalah pemberian ALLAH swt sebagai ujian sekaligus kaffaroh (penutup/penghapus) dosa yang ada padanya. Kita diwajibkan untuk memohon pertolongan ALLAH swt – berobat – sesuai cara yang dibenarkan oleh Islam dengan penuh kesabaran dan SHOLAT.

Wahai orang-orang beriman, mohonlah pertolongan (kepada ALLAH) dengan sabar dan sholat, sesungguhnya ALLAH beserta orang-orang yang sabar (2:153).




CHECK LIST TERAPI RUQYAH – 1





JENIS2 / TANDA2 GANGGUAN : LINGKARI atau beri tanda jika ada pada diri dan keluarga kita
1.     FISIK :  Ketika sudah dicoba melakukan pengobatan medis (kedokteran), gangguan berikut ini masih terasa/ada :
a.     Pusing2 sebagian atau keseluruhan, leher berat atau kaku
b.     Nyeri, panas atau terasa berat pada bagian2 persendian tertentu
c.     Dada sesak atau panas
d.     Sakit pada perut atau uluhati
e.     Gangguan sekitar rahim, prostat
f.      Sulit mendapatkan keturunan
g.     Gangguan sekitar ginjal
h.     Pandangan mata kabur
i.      Mendengkur keras ketika tidur atau suara gigi bergesekkan (kreot-kreot)
j.      Memiliki kekuatan fisik yang di luar kemampuan umumnya rata-rata manusia
k.     Dsb........................................................................................ (?)
2.     PIKIRAN/JIWA :
a.     Mudah dan sering marah / tersinggung
b.     Bingung, sulit konsenterasi
c.     Sering bermimpi yang menakutkan atau yang tidak menyenangkan
d.     Ketika tidur sering terasa ditindih sesuatu yang berat (jawa : kelindihen)
e.     Sering bermimpi bertemu dengan orang yang sama dengan dirinya.
f.      Takut, resah, gelisah,  sedih, minder.
g.     Sulit tidur atau banyak tidur
h.     Malas beraktivitas dalam kebaikan
i.      Sering berperasangka buruk, was-was
j.      Sering ‘merendahkan’ orang lain baik dalam sikap maupun bicara
k.     Merasa ada bisikan2 di hati atau di telinga
l.      Pernah atau sering mendengar suara letusan di atap atau sekitar rumah, khususnya di malam hari.
m.    Sering bisa “menebak” peristiwa yang pernah / akan terjadi
n.     Bisa melihat “sesuatu” (makhluk atau benda) yang umumnya tidak terlihat oleh orang lain
o.     Resah atau takut dengan pembicaraan seputar Ruqyah
p.     Dsb........................................................................................ (?)
3.     IBADAH :
a.     Sering lupa jumlah rokaat sholat yang dilakukan
b.     Terasa berat/mengantuk setiap berdzikir atau membaca/mendengar Al Quran atau ketika hadir dalam majelis pengajian
c.     Sering sulit bangun pagi/shubuh
d.     Sering batal ketika berwudhu’
e.     Sering tidak yakin ketika berwudhu’, mandi janabah atau was-was ketika sholat
f.      Sering terasa berat / sulit / sakit ketika menjalankan ibadah Ramadhan
g.     Dsb........................................................................................ (?)
4.     AKTIVITAS LAINNYA :
a.     “Terhalangi” rejekinya, sering gagal dalam usaha mencari nafkahnya
b.     “Terhalangi” jodohnya
c.     Dijauhi/dibenci rekan-rekannya
d.     Dsb........................................................................................ (?)
5.     PENGARUH TERHADAP BARANG/BENDA/RUMAH :
a.     Rusak mesin : mobil, sepeda motor, mesin pabrik dsb.
b.     ‘Terasa’ angker/magis.
c.     Rumah sering banyak tikus/sering dimasuki ular.
d.     Pohon ‘tidak’ bisa ditebang
e.     Dsb........................................................................................ (?)

Semua jenis gangguan diatas dapat berasal dari upaya para jin utusan syaithan dalam mengganggu dan menghalangi produktivitas kehidupan manusia sebagai khalifah ALLAH di muka bumi dan sebagai hambaNya. Menjatuhkan martabat kemanusiaannya. Termasuk pula melemahkan iman serta ibadah manusia selaku hamba ALLAh swt. Harapan para jin utusan syaithan itu adalah agar manusia tersebut semakin terperosok dalam pengaruh kekuasaannya.

Ketika diantara kita mengalami gangguan tersebut, pada saat yang sama syaithan ‘seolah-olah’ telah menyediakan solusi penyembuhannya yang jika kita mengamatinya dengan teliti ternyata itu semua memakai cara-cara yang dilarang Islam karena mengandung kesyirikan. Sehingga ketika kita mencoba mengambil solusi dalam mengatasi gangguan-gangguannya (dengan cara-cara yang ditawarkan itu) maka kita semakin terjerumus dalam melakukan segala kemaksiatan dan kesyirikan yang dilarang keras oleh ALLAH swt.

Jika hidup kita dipenuhi dengan hal-hal yang dilarang oleh ALLAH, maka semakin memudahkan syaithan menguasai hidup kita dan akhirnya mereka akan dengan mudah mempermainkan, menyakiti hingga ‘mengalahkan’ kita, akhirnya syaithan mampu dengan mudah mengajak kita menyatakan kekufuran pada saat akhir sakaratul maut kita. Wa na’udzubiLLahi min dzalika.



B. SEBAB-SEBAB GANGGUAN

Derita yang dialami manusia secara umum merupakan cara ALLAH swt mengingatkan hamba-hambaNya yang telah keliru dalam menjalani kehidupannya dengan harapan agar mereka itu kembali kepada cara hidup yang benar yang sesuai tuntunan ALLAH swt dan contoh ROSULNYA. ALLAH swt berfirman :

Telah tampak kerusakan di daratan dan lautan karena ulah tangan manusia itu sendiri sebagai cara ALLAH merasakan sebagian akibat ulah mereka itu (dengan harapan) agar mereka itu kembali ke jalan yang benar (Ar Ruum ayat 41)
Penyakit yang diderita, disamping disebabkan oleh hal-hal yang sudah dikenal secara ilmu pengetahuan medis kedokteran dan kejiwaan, ada juga beberapa sebab lain yang selama ini jarang diperhatikan :


CHECK LIST TERAPI RUQYAH – 2

JENIS PENYEBAB : Lingkari atau beri tanda jika terdapat pada diri dan keluarga kita



1.     Sebab dari dalam lingkungan (internal) penderita sendiri :
a.     “Pagar-pagar penjaga rumah” (semacam penangkal) dari gangguan GHAIB, yang dipendam/ditanam di dalam dan di sekitar rumah atau tempat usaha.
b.     Jimat-jimat/Rajah/Wifiq/Haikal yang digantungkan/dipasang di rumah atau tempat usaha.
c.     Jimat-jimat/Rajah/Wifiq yang dipakai/dibawa sebagai “ROMPI”, sapu tangan, ikat kepala, ikat pinggang, yang dimasukkan di dompet, di dalam peci/topi, dalam bentuk pulpen dsb.
d.     Dalam bentuk benda2 lainnya : senjata tradisional/benda-benda pusaka/bertuah, alat tasbih, cincin, batu2an, benda-benda ‘antik/kuno’.
e.     Gambar2 bernyawa, patung, topeng2 dsb yang dipajang
f.      Amal2 wirid atau dzikir yang tidak diajarkan Nabi Muhammad saw  yang tidak ada dalil ‘resmi’ yang bisa dipertanggungjawabkan, seperti beberapa jenis “sholawat”, do’a-do’a yang diwiridkan (diulang-ulang) dengan bilangan yang ditentukan dengan khasiat  (fadhilah) tertentu yang tidak ada keterangan SHOHIH secara Ilmu keagamaan.
g.     Pernah atau masih aktif dengan ilmu kadigdayan / kanoragan / tenaga dalam yang diperoleh melalui isian, “susuk”, pernafasan, wirid-wirid  bacaan dsb.
h.     Pernah atau masih aktif dengan pengobatan yang dilarang secara Syari’at.
i.      Pernah membunuh ular di dalam rumah
j.      Membuang air panas/menjatuhkan benda berat tanpa basmalah
k.     Ruangan yang pengap, lembab, kurang cahaya dan sirkulasi udara
l.      Dsb.......................
2.     Sebab dari luar lingkungan (eksternal) penderita :
a.     Termasuk dalam kelompok sihir : Pelet, santet atau tenung/teluh serta Sirep/Gendam.
b.     ‘Ainu L-hasad (pandangan jahat) atau Nafsu L-hasad (jiwa yang jahat).
c.     Dijadikan tumbal.
d.     Dsb........................

Segala hal dari apa yang dimiliki seperti tersebut di atas jika merupakan sebab internal yang terdapat atau kita miliki dalam kehidupan kita, biasanya pada tahap2 awal memang (seolah-olah) dapat memberi manfa’at kepada kita namun hakikatnya hal itu adalah “TIPUAN” dari Syaithan yang memberi ‘pelayanan’ agar kita semakin percaya dan sungguh-sungguh menjaganya bahkan menyebarluaskannya. Semuanya itu adalah cara kita berhubungan dengan para jin utusan syaithan yang bersedia menjanjikan fasilitas keunggulan dan keyamanan hidup. Atau ‘manfaat’ tersebut hakikatnya (sekaligus) sebagai ISTIDROJ dari ALLAH swt (jawa : DiLULU) dibiarkan merasakan ni’mat dalam kekeliruannya, ditunda pemberian siksanya agar semakin besar dosanya sehingga kelak akan ditimpakan siksa sekaligus dalam bentuk yang sangat berat.

Dengan adanya berbagai ‘penyebab’ tersebut yang kita miliki serta terdapatnya tanda-tanda dalam bentuk gangguan yang kita rasakan (seperti check list - 1 diatas) sesungguhnya kita patut bersyukur karena kita termasuk hamba ALLAH yang masih dicintaiNya dan sedang diperhatikanNya agar kita cepat mengevaluasi ‘kekeliruan’ tersebut dan segera memperbaikinya....

 “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)”. (As Syuuraa 30)


C. SIAPA SAJA YANG DAPAT MENGALAMI GANGGUAN ?

Jika hal-hal yang menjadi penyebab internal di atas tadi dimiliki oleh seseorang, maka gangguan-gangguannya – cepat ataupun lambat – akan dirasakan oleh orang tersebut. Jika orang tersebut berkeluarga, maka biasanya orang-orang terdekatnya akan mengalami gangguan-gangguan di atas tadi sekalipun sang pemilik yang bersangkutan tidak (belum) mengalaminya. Orang-orang terdekatnya tersebut bisa jadi adalah :  Orang tua, isteri/suami, mertua, menantu, anak, cucu dan orang-orang yang sering bersama mereka. 


CHECK LIST TERAPI RUQYAH – 3

REAKSI KETIKA DIRUQYAH

Baik dalam peruqyahan massal atau individual dapat terjadi beberapa reaksi-reaksi sebagai berikut :
Reaksi aktif :
a.     Gerak fisik. Gerakkan tangan, kepala, raut muka, mata berkedip cepat.
b.     Gerakkan2 jurus beladiri dsb.
c.     Suara/ucapan. Teriakkan, menangis, suara kesakitan, marah dsb.
d.     Batuk-batuk keras seperti ada sesuatu yang ingin dikeluarkan
e.     Bersendawa (jawa : antob) terus-menerus, bersin-bersin
f.      Dsb....................
Langkah yang dilakukan : Lakukan Ruqyah lebih intensif secara individual, ajaklah (jin) untuk bicara, didakwahi, diajak bertaubat, perintahkan agar keluar.
Reaksi pasif :
g.     Pusing/kepala berat, leher sakit, suara mengganggu di telinga
h.     Panas badan sebagian atau keseluruhan
i.      Dingin tiba-tiba sebagian badan atau keseluruhan
j.      Ada rasa seperti angin di sekitar tubuh
k.     Kesemutan berat pada tangan atau kaki
l.      Sesak dada, berdebar-debar, terasa mual
m.    Terasa bergetar, berdenyut (jawa : kedutan), ada yang berjalan di beberapa bagian dalam tubuh.
n.     Ingin teriak, ingin menangis
o.     Tiba-tiba ingin buang air besar/kecil
p.     Mengantuk berat, gelisah
q.     Dsb......................
Langkah yang dilakukan :
Ø  Tanyakanlah kepada ybs tentang apa yang dirasakannya selama proses peruqyahan. Sarankan agar banyak-banyak istighfar dengan suara pelan sementara peruqyahan dilanjutkan kembali.
Ø  Setelah peruqyahan dirasa cukup, tanyakanlah kembali bagaimana keadaannya/yang dirasakannya.
Tanpa reaksi :
-          Tidak ada yang dirasakannya dari hal-hal tersebut di atas.
-          Tetapi gangguan/Keluhan yang dirasakan tetap ada.
Langkah yang dilakukan :
Ø  Sarankan agar dengan sungguh-sungguh memusnahkan, meghilangkan, meningglkan sebab-sebab gangguan sebagaimana tersebut diatas.
Ø  Sarankan agar melaksanakan dengan sungguh-sungguh ‘resep peRuqyahan’
Ø  Melanjutkan peruqyahan ketika sudah dirasa cukup waktu bahwa ybs melaksanakan saran-saran di atas.



“RESEP” PE-RUQYAH-AN


Menjelang, pada sa’at atau pasca diruqyah, sedapatnya lakukan hal-hal berikut ini :

1.     Menghentikan/hilangkan/musnahkan segala bentuk kesiyrikan, bid’ah (amal-amal/wirid-dzikir yang tidak diajarkan oleh Nabi SAW), khurofat, takhayul, benda pusaka, gambar-gambar bernyawa, patung dan segala hal yang dapat ‘mengundang’ hadirnya gangguan atau para Jin utusan Syaithan tsb. Hentikan olah tenaga dalam, kanuragan dsb.

CARA
 Jika yang akan dimusnahkan adalah benda2 : Dekatkan benda tsb ke mulut, bacakan AYAT KURSI atau (Al Falaq & An Naas), ludahi beberapa kali (sebagai tadzlil/penghinaan) lalu dibakar & dirusak lalu dibuang ke tempat yang tidak dijangkau oleh manusia.

2.     Senantiasa menutup aurat dengan sebaik-baiknya. Usahakan selalu mengikuti pengkajian tentang Islam secara rutin. Sebaik-baik ‘Ruqyah’ adalah mempelajari Islam dengan baik, meyakininya dan mengamalkannya.

3.     Usahakan selalu dalam keadaan berwudhu’ dan sholat berjama’ah di masjid (terutama laki-laki).

4.     Wiridkan setiap hari minimal 100 x :
لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ  لَهُ الْمُلْكُ وَ لَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلى كُلِّّ شَيْئٍ قَديْرٌ
LAA ILAAHA ILLALLOOH WAHDAHU LAA SYARIIKALAHU, LAHU L-MULKU WA LAHU L-HAMDU WA HUWA ‘ALAA KULLI SYAI-IN QODIIR
“Tidak ada Tuhan yang patut disembah kecuali hanya ALLAH Yang Esa Tidak ada sekutu terhadapNya, bagiNyalah segala Kekuasaan dan bagiNyalah segala Pujian dan Dia Maha Mampu berbuat segala sesuatu”  (minimal. 100 x) – HR. Bukhori & Muslim..
أَسْتَغْفِرُ اللهَ الَّذِيْ لاَ إِلهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَ أَتُوْبُ إِلَيْهِ
ASTAGHFIRULLOOHA L-LADZII LAA ILAAHA ILLA HUWA L-hAYYU L-QOYYUUMU WA ATUUBU ILAIH
“Aku memohon ampun kepada ALLAH yang Tidak ada Tuhan yang patut disembah kecuali hanya Dia semata Yang Maha Hidup dan Berdiri sendiri, dan aku bertaubat kepadaNya”.  (min. 100 x) – HR. Muslim..


5.     Lakukan hal-hal lainnya yang dicintai ALLAH swt dan tidak disukai syaithan dan melemahkannya :
-          Menahan marah.
-          Menekan / menghilangkan kesombongan
-          Memperbanyak do’a di dalam sujud ketika sholat (sholat sunnah).
-          Berupaya sujud syukur ketika mendapatkan ‘ni’mah” dari ALLAH swt.
-          Berinfaq/bershodaqoh.
-          Mengevaluasi terus terhadap niat kita (jaga keikhlasan) setiap perbuatan.

6.     Segera beristighfar dari setiap kesalahan. Selalu makan – minum dengan basmalah, menggunakan tangan kanan.

7.     Berdo’a menjelang tidur / bangun tidur serta doa-doa harian lainnya (seperti : do’a masuk-keluar rumah, kamar mandi/wc, naik kendaraan, pasar, ke tempat-tempat wisata dsb)

8.     Baca dan atau dengarkan bacaan Al-Quran sesering mungkin.

9.     Lakukan hubungan “suami-isteri” dengan menjaga adab-adabnya : do’a perlindungan sebelum berhubungan, langsung bersuci sesudahnya (min. berwudhu’), bersyukur atas anugerah ni’mah yang baru saja diberikanNya.

10.   Menjaga “indera” (utamanya : Penglihatan & Pendengaran) dari hal-hal kemaksiatan yang dilarang oleh ALLAH. Segala kemaksiatan tersebut adalah hal-hal yang disenangi Syaithan.

11.   Do’a minta dilapangkan kesabaran karena memohon pertolongan kepada ALLAH harus dengan kesabaran
رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَبْناَ صَبْرًا وَ ثَبِّتْ أَقْدَامَناَ وَ انْصُرْنَا عَلَى الْْقَوْمِ الْكاَفِرِيْنَ
ALLOOHUMMA AFRIGH ‘ALAINAA SHOBRON WA TSABBIT AQDAAMANAA WA N-SHURNAA ‘ALA L-QOUMI L-KAAFIRIIN
“Ya ALLAH lapangkanlah bagi kami kesabaran, teguhkanlah pendirian kami dan tolonglah kami dalam menghadapi kaum yang kafir”.

12.   Perbanyak do’a :
اللّهُمَّ أَعِنَّا عَلى ذِكْرِكَ وَ شُكْرِكَ وَ حُسْنِ عِبَادَتِكَ
ALLOHUMMA A-‘INNAA ‘ALAA DZIKRIKA WA SYUK-RIKA WA HUSNI ‘IBAADATIKA
“Ya ALLAH bantulah kami dalam mengingatMu, bersyukur kepadaMu dan beribadah sebaik-baiknya kepadaMu”.


13.   Upayakan selalu membantu atau mendo’akan kebaikan untuk saudara muslim lainnya sekalipun terhadap orang yang tidak menyenangi kita.
Catt :
1.     Hal-hal di atas  adalah sebagian TUNTUNAN ajaran  ISLAM.
2.     Tetap menjaga niat dengan benar sehingga  melaksanakannya tidak karena berhubungan dengan RUQYAH semata-mata.
3.     Resep di atas juga dapat berfungsi sebagai pembentengan diri.


YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM MERUQYAH
A.     Persiapan diri :
-          Memiliki referensi yang cukup tentang Penobatan, Ruqyah, Jin dan Tazkiyah Nafs (pensucian Jiwa)
-          Banyak istighfar, do’a perlindungan & taqorrub kepada Allah swt
-          Do’a2  & Dzikir2 perlindungan perlu dilakukan juga oleh keluarga
-          Upayakan selalu dalam keadaan berwudhu’
-          Sebaiknya taqorrub dengan amal-amal sholih dan isti’anah kepada ALLAH swt sebelum memulai peruqyahan
-          Tawakkal, menyerahkan hasil sepenuhnya kepada Allah swt
B.     Persiapan yang diruqyah :
-          Musnahkan / tutup pintu2 masuk Syaithan/jin : benda2 kemusyrikan : Jimat, ‘penangkal’, penglaris, pusaka2. Ilmu tenaga dalam (berikut atribut/panji2nya), jiwa yg penakut, pemarah, sering sedih, terlalu senang canda (sering tertawa-tawa), gambar2 bernyawa & patung, lambang2 kekufuran, dzikir2/wirid2/sholawat2 yang tidak diajarkan Nabi.
-          Benda2 tersebut dibakar : bacakan ayat kursi, dibakar, dirusak, dibuang ke tempat yang tdk dijangkau orang (shg tdk ditemukan lagi)
-          Bila blm sempat dilakukan, maka harus sudah ada sikap penolakkan dan siap memusnahkan.
-          Bila merokok, niatkan berhenti dari merokok (setelah diruqyah biaanya sudah tidak “nikmat” lagi cita rasa rokoknya.
-          Berwudhu sebaik-baiknya
-          Tertutup auratnya.
-          Hendaknya seorang wanita bersama mahramnya jika yang meruqyah laki-laki.
C.     Persiapan lingkungan tempat meruqyah :
-          Bersih dari benda2 kemusyrikan, gambar, patung, alat2 musik dan lambang2 kekufuran atau kemaksiyatan. Termasuk yang ada pada perlengkapan rumah : maja, kursi, perhiasan dsb.
-          Bila rumah tsb ada benda2 kemusyrikan atau hal-hal yang harus dimusnahkan atau banyak tikus/ular maka lakukan peruqyahan utk rumah tersebut terlebih dahulu cara : Bacakan ruqyah di air dlm jml yg cukup banyak, cipratkan/semprotkan ke sarang2 tikus/ular, semua sudut rumah kecuali kamar mandi/wc.
D.     Mengawali peruqyahan :
-          Dengan do’a2 pertolongan, seperti :
يَـا حَيُّ يَـا قََيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ
“Yaa hayyu yaa qoyyuum birohmatika astagiits” :
Wahai Yang Maha Hidup dan Berdiri sendiri, dengan rahmatMu aku memohon pertolongan
اللّهُمَّ أَعِنَّا عَلى ذِكْرِكَ وَ شُكْرِكَ وَ حُسْنِ عِبَادَتِكَ
Allahumma a’innaa ‘alaa dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibaadatika. ,
“Ya ALLAH bantulah kami dalam mengingatMu, bersyukur kepadaMu dan beribadah yang baik kepadaMu”.
E.     Sering-seringlah meminta perlindungan kepada ALLAH swt dengan dzikir berikut :
اللّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُبِكَ مِنْ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ شَيْئًا أَعْلَمُهُ وَ أَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لاَ أَعِلَمُهُ
“YA ALLAH aku berlindung kepadaMu dari menyekutukanMu dengan sesuatu yang aku ketahui
dan aku memohon ampun dari (menyekutukanMu dengan sesuatu) yang aku tidak ketahui”
F.     Reaksi selama peruqyahan :
-          Berontak/meronta-ronta/teriak/menangis, cara :  dipegangi jika perlu diikat dengan kain sehingga tidak melukai, jin tsb ditanya, didakwahi, diperintah keluar.
-          Bila tidak mau menjawab/melawan, cara :  berikan perlakuan fisik, tekan daerah2 sensitif (titik2 accupuntur) seperti : titik/gundukan antara ibujari dan terlunjuk tangan, titik tengah2 antara bahu (pundak) dengan puting susu, titik sekitar pusar 3 jari di atas atau di bawahnya. Tekan kira2 seberat tekanan 3 s/d 5 kg sambil dibacakan ayat2 siksa (seperti Ad Dukhon <44> : 43 – 50 , As Shoffat <37> : 1 – 10) berulang-ulang.
-          Diam/tidak mau berkomunikasi, cara : tanyakan pasien tersebut bagian mana yang terasa sakit/berat/pusing/panas/getar dsb, maka pusatkan peruqyahan di tempat tsb (letakkan tangan dan lakukan pencabutan seolah-olah ada yang melekat di tempat tersebut) lalu tanyakan keadaannya setelah peruqyahan tsb.
G.    Bantu dengan Air Ruqyah. Selama membaca bacaan ruqyah bila memungkinkan secara bersamaan buat air ruqyah, cara : dekatkan mulut ke permukaan air dan atau letakkan salah satu telapak/jari tangan masuk ke dalam air.
H.     Yang paling perlu diingat bahwa target utama dalam Peruqyahan ini adalah : mengembalikan saudara-saudara kita tersebut dari kekeliruan Aqidah, ibadah serta akhlaqnya.
سُبْحَـانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّـا يَصِفُوْنَ وَ سَلاَمٌ عَلى الْمُرْسَلِيْنَ و الْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِبْنَ
Jaga keikhlasan & kebersihan amal kita secara syar’i serta sabar,  Semoga kita selalu dimudahkan oleh ALLAH.
WaLLahu ‘alam bis Showwab.



Bagian kedua
التَّفْهِيْمُ عَنِ الرُّقْيَةِ
Beberapa penjelasan tambahan dalam pendefinisian RUQYAH
Ø  Arti :
1.     Bahasa.
AR-RUQYAH (الرُّقْيَةُ) bentuk jamaknya AR-RUQO (الرُّقَي) artinya Jampi, Mantera, Suwuk, Rapal.
2.     Istilah.
Segala ungkapan yang digunakan sebagai mantera untuk kesembuhan, perlindungan/penjagaan, penguatan, kelancaran, kemudahan, dst.
Ø  Jenis :
1.     Ruqyah Syirkiyyah/Jahiliyyah الرُّقْيَةُ الشِّرْكِيَّةُ  : Ruqyah/mantera yang keseluruhan atau sebagiannya mengandung kesyirikan/kejahiliyahan atau tidak sesuai dengan syari’at Islam.
2.     Ruqyah Syar’iyyah  الرُّقْيَةُ الشَّرْعِيَّةُ  : Ruqyah/mantera yang diperbolehkan dan sesuai dengan kaidah syari’at Islam.
عَنْ عَوْفٍ بْنِ مَالِكٍ رضي الله عنه قـال : كُنَّا نَرْقِي فِى الْجَـاهِلِيَّةِ، فَقُلْنـَا يـَا رَسُوْلَ اللهِ كَيْفَ تَرَى بِذلِكَ ؟  فَقَالَ : أَعْرِضُوْا عَلَيَّ رُقَاكُمْ لاَ بَـأْسَ بِالرُّقَى مَالَمْ يَكُنْ شِرْكـاً (رواه مسلم)
Dari sahabat ‘Auf bin Malik ra dia berkata : Kami dahulu meruqyah di masa Jahiliyyah, maka kami bertanya : “Ya RosuluLLah, bagaimana menurut pendapatmu ?” Beliau menjawab : “Tunjukkan padaku Ruqyah (mantera) kalian itu. Tidak mengapa mantera itu selama tidak mengandung kesyirikan” (HR. Muslim).
3.     Ruqyah Da’awiyyah  الرُّقْيَةُ الدَّعَوِيَّة : Ruqyah/mantera Syar’iyyah yang pelaksanaannya lebih mengutamakan aspek2 dan kaidah2 serta target2 da’wah disamping berfungsi sebagai terapi itu sendiri.
Diantara definisi Ruqyah (Syar’iyyah) dari segi keilmuan :
هى علم من أجل العلوم وهى يدخل فيها كل ماهو من القرآن الكريم  ومن السنة النبوية المطهرة
وهو ان الراقى يستخدم آيات الله ويؤمن ويوقن به ايقان شديد فى تاثيرها فى المريض
Ruqyah merupakan  suatu ilmu dari bagian ilmu-ilmu yang di dalamnya mengandung segala hal yang berasal dari Al-Quran yang Mulia dan Sunnah Nabawiyah yang Suci.
Dan bahwa orang yang meruqyah (الراقى) menggunakan ayat-ayat ALLAH swt (dan do’a-do’a Nabi) dengan penuh keimanan dan keyakinan yang sangat kuat (bahwa dengan izin ALLAH ayat dan do’a itu) memberi dampak kebaikan kepada orang yang sakit (penderita).
والرقية تعالج كل الامراض الروحية من سحر ومس وحسد وسواس نفسى وغيرها وتعالج العديد من الامراض العضوية وتزيل الامراض الخبيثة مثل السرطانات وفيروس الكبدى وغيرها .
Ruqyah meng-ilaj penyakit-penyakit Ruhiyyah (sihir, kesurupan, hasad, was-was dsb) selain itu pula meng-ilaj beberapa penyakit ‘udhwiyyah (fisik) serta menghilangkan penyakit buruk lainnya seperti kanker, virus lever (hepatitis) dsb
Ø  Perbedaan cara pandang terhadap hadits-hadits yang terkait dengan Ruqyah.
1.     Yang cenderung melarang atau menghindar dari Ruqyah diantaranya bersandar kepada beberapa hadits berikut (dan sejenisnya) :
أحاديث النهي عن الرقي :
  1. عن جابر رضي الله عنه قال : نهي رسول الله صلى لله عليه و سلَم عن الرُّقي  (رواه مسلم)
“Dari sahabat Jabir r.a berkata : RasuluLlah saw telah melarang Ruqyah” (HR. Muslim)
  1. عن ابن مسعود رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى لله عليه و سلَم : إنّ الرقى و التِّوالة شِرْكٌ  (رواه حاكم و صححه – المستدرك، كتاب الطب)
“Dari Ibn Mas’ud r.a berkata : Bersabda RasuluLLah saw : Sesungguhnya Ruqyah dan Tiwalah (sejenis ‘pelet’) adalah perbuatan Syirik” (HR. Hakim)
  1. عن ابن عباس رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى لله عليه و سلَم : " يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِي سَبْعُونَ أَلْفًا بِغَيْرِ حِسَابٍ ، قَالُوا وَمَنْ هُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ هُمُ الَّذِينَ لا يَكْتَوُونَ وَلا يَسْتَرْقُونَ وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ (رواه الشيخان)
و في رواية عند مسلم : هُمُ الَّذِينَ لا يرقون وَلا يَسْتَرْقُونَ  ولا يتطيّرون ولا يَكْتَوُونَ وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
Dari Ibn Abbas ra, dia berkata: Telah bersabda RasuluLLah saw : Akan masuk surga tanpa hisab dari umatku sebanyak 70 ribu orang. Para sahabat bertanya, siapakah mereka itu ya RasuluLLah ? Beliau bersabda : mereka itu adalah orang-orang yang tidak minta di-kay dan tidak minta diruqyah dan mereka bertawakkal kepada Robb mereka. (HR. Bukhari-Muslim)
Dalam riwayat Imam Muslim : “mereka itu yang tidak meruqyah dan tidak minta diruqyah tidak tathoyyur, tidak minta di-kay dan mereka bertawakkal kepada Robb mereka”.
2.     Yang menganggap Ruqyah sebagai contoh yang dilakukan oleh Nabi saw dan para sahabatnya :
أحاديث ترخّص بالرقية و تأمر بها :
1.          عن عائشة رضي الله عنها قالت : أمرني رسول الله صلى لله عليه و سلَم أن أسترقي من العين (متفق عليه)
Dari  A’isyah ra dia berkata : RasuluLLah saw telah memerintahkan kami agar meruqyah orang yang terkena gangguan ‘ain (HR. Muttafaun ‘alaih)
2.          عن أمّ سلمة رضي الله عنها أن النبي صلى لله عليه و سلَم  رأى فى بيتها جارية و فى وجهها سَفْعَةً ، فقال : إسترقوا لها، فإن بها النظرة (متفق عليه)
Dari Ummu Salamah ra (mengabarkan) bahwa Nabi saw melihat di rumahnya (Ummu Salamah) ada seorang  wanita yang diwajahnya ada saf’ah (cekungan hitam di sekitar matanya) maka beliau bersabda : Lakukanlah Ruqyah untuknya (wanita itu) karena dia ada terkena gangguan (nazhoroh/’ain) – HR. Muttafaqun ‘alaih.
3.          عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه قال : كان صلى لله عليه و سلَم يتعوّذ من الجان و عين الإنسان حتى نزلت المعوّذتان، فأخذ بهما و ترك ما سواهما (رواه الترمذي)
Dari Abu Sa’id Al-Khudri ra berkata : Bahwa RasuluLLah saw senantiasa minta perlindungan dari gannguan jin dan ‘Ain hingga akhirnya turun dua surat perlindungan (Al Falaq dan An Naas), maka sejak itu dipakailah keduanya dan dia tinggalkan yang lainnya (HR. At Tirmidzi)
4.          عن جابر رضي الله عنه قال نهي رسول الله صلى لله عليه و سلَم عن الرُّقي  فجاء آل عمرو بن حزم، فقالوا : يا رسول الله إنّه كانت عندنا رقية نرقى بها من العقرب، قال : فعرضوا عليه، فقال : ما أرى بـأساً، من استطاع أن ينفع أخاه فلينفعه (رواه مسلم)
Dari Jabir ra berkata : RasuluLlah saw telah melarang Ruqyah. Maka datanglah keluarga ‘Amru bin Hazm, mereka berkata : Yaa RosulaLLah bahwa kami memiliki Ruqyah (mantera) yang biasa kami lakukan jika terkena gangguan kalajengking. Maka mereka menunjukkankan (Ruqyah itu) kepada RasuluLLah saw. Lalu beliau bersabda : saya memandang tidak apa-apa ruqyah kalian itu. Barangsiapa yang mampu memberi manfaat bagi saudaranya, maka lakukanlah. (HR. Muslim)
5.          عَنْ عَوْفٍ بْنِ مَالِكٍ رضي الله عنه قـال : كُنَّا نَرْقِي فِى الْجَـاهِلِيَّةِ، فَقُلْنـَا يـَا رَسُوْلَ اللهِ كَيْفَ تَرَى بِذلِكَ ؟  فَقَالَ : أَعْرِضُوْا عَلَيَّ رُقَاكُمْ لاَ بَـأْسَ بِالرُّقَى مَالَمْ يَكُنْ شِرْكـاً (رواه مسلم)
Dari sahabat ‘Auf bin Malik ra dia berkata : Kami dahulu meruqyah di masa Jahiliyyah, maka kami bertanya : “Ya RosuluLLah, bagaimana menurut pendapatmu ?” Beliau menjawab : “Tunjukkan padaku Ruqyah (mantera) kalian itu. Tidak mengapa mantera itu selama tidak mengandung kesyirikan” (HR. Muslim).
6.          عن عائشة رضي الله عنها أنها قالت : كان إذا اشتكى رسول الله صلى لله عليه و سلَم، رقاه جبريل عليه السلام، قال : بِسْمِ اللهِ يُبْرِيْكَ مِنْ كُلِّ دآءٍ يَشْفِيْكَ، وَ مِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذاَ حَسَدٍ وَ شَرِّ كُلِّ ذِيْ عَيْنٍ      (رواه مسلم)
“Dari  A’isyah ra dia berkata : Bahwa jika RasuluLLah saw ada keluhan (sakit/gangguan) maka malaikat Jibril meruqyah beliau saw dengan kalimat :  Dengan nama ALLAH – Dia membebaskanmu dari segala gangguan penyakit Dia menyembuhkanmu dan dari kejahatan para penghasud ketika hasadnya dan dari kejahatan setiap gangguan mata” (HR. Muslim)
7.          عن عائشة رضي الله عنها : أن رسول الله  صلى لله عليه و سلَم  دخل عليها امرأة تعالجها أو ترقيها فقال : عالجيها بكتاب الله  (رواه ابن حبـان)
8.          وعَنْ أَبِي خُزَامَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ رُقًى نَسْتَرْقِيهَا وَدَوَاءً نَتَدَاوَى بِهِ وَتُقَاةً نَتَّقِيهَا هَلْ تَرُدُّ مِنْ قَدَرِ اللَّهِ شَيْئًا قَالَ هِيَ مِنْ قَدَرِ اللَّهِ. (حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ  رواه الترمذي)
Dari  Abu Khuzamah ra dari bapaknya dia berkata : Aku bertanya kepada RasuluLLah saw telah : Ya RosulaLLah bagaimana pandangan engkau terhadap Ruqyah-ruqyah yang kami melakukan peruqyahan dengannya dan obat-obatan yang kami melakukan pengobatan dengannya dan perlindungan-perlindungan yang kami melakukan dengannya, apakah itu semua bisa menolak takdir ALLAH ? Jawab beliau saw : Semua itu adalah (juga) takdir ALLAH. (HR. At Tirmidzi, hasan-shohih)
9.          والحديث الذي رواه أحمد عَنْ عَمْرَةَ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ دَخَلَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم  فَسَمِعَ صَوْتَ صَبِيٍّ يَبْكِي فَقَالَ مَا لِصَبِيِّكُمْ هَذَا يَبْكِي فَهَلا اسْتَرْقَيْتُمْ لَهُ مِنَ الْعَيْنِ. وفي رواية مالك في موطئه عن عُرْوَةَ بْنَ الزُّبَيْرِ حَدَّثَهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم  دَخَلَ بَيْتَ أُمِّ سَلَمَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم  وَفِي الْبَيْتِ صَبِيٌّ يَبْكِي فَذَكَرُوا لَهُ أَنَّ بِهِ الْعَيْنَ قَالَ عُرْوَةُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم  أَلا تَسْتَرْقُونَ لَهُ مِنَ الْعَيْنِ ؟
Dengan memahami bahwa sebelum masa diutusnya RasuluLLah saw, sebagian sahabat dahulu pada masa Jahiliyah sudah melakukan Ruqyah, Tamimah, Kay, Tathoyyur, Tiwalah, Nusyroh dsb, maka yang dimaksud pelarangan Ruqyah itu adalah pelarangan terhadap Ruqyah Jahiliyyah yang mengandung kesyirikan sebagaimana kebiasaan lainnya yang terlarang itu dan yang dilarang itu bukanlah Ruqyah Syar’iyyah -- yang RosuluLLah saw sendiri pernah diruqyah dan meruqyah dengan Ruqyah tersebut, dan Ruqyah itu diajarkan kepada isteri-isteri beliau dan para sahabat lainnya, bahkan sahabat-sahabatnya yang dahulu pernah meruqyah (jahiliyyah/syirkiyyah) tetap didorong untuk terus melakukan kemampuan meruqyah tersebut dengan dibenahi cara meruqyah sesuai kaidah-kaidah syar’iyyah.
يقول الشيخ عبد العزيز بن باز بأن الاسترقاء لمن احتاج له لا يخرج المسلم من اللحاق بالسبعين ألفا حيث أنه مـحتاج للرقية ، ويرى حفظه الله تعالى استحباب العلاج من المرض.
Syaikh Abdul ‘Aziz bin Baz berpendapat bahwa memintakan Ruqyah bagi yang membutuhkannya tidak menyebabkan seorang muslim tidak memperoleh (kesempatan) termasuk 70 ribu orang (yang dijamin masuk surga tanpa hisab) beliaupun – hafizhohuLLah – berpandangan bahwa “disukai” melakukan pengobatan dari derita penyakit.
Sebagai tambahan, berikut ini beberapa penjelasan dari beberapa sumber :
وفي كتاب  فتح القدير عند شرح المؤلف لحديث من اكتوى أو استرقى فقد  برء مـن التوكل ، لفعله ما يسن التنـزه عنه من الاكتواء لخطره والاسترقاء  بما لا يعرف من كتاب الله لاحتمال كونه شركا أو هذا فيمن فعل معتمداً عليها لا على الله فصار بذلك بريئاً من التوكل ، فإن فقد ذلك لم يكن بريئاً منه ، وقد سبق أن الكي لا يترك مطلقاً ولا يستعمل مطلقاً بل عند تعينه طريقاً للشقاء وعدم قيام غيره مقامه مع مصاحبة اعتقاد أن الشفاء بإذن اللّه تعالى والتوكل عليه ، وقال ابن قتيبة: الكي نوعان كي الصحيح لئلا يعتل فهذا الذي قيل فيه من اكتوى لم يتوكل لأنه يريد أن يدفع القدر والقدر لا يدافع. والثاني كي الجرح إذا فسد والعضو إذا قطع فهو الذي شرع التداوي فيه فإن كان لأمر محتمل فخلاف الأولى لما فيه من تعجيل التعذيب بالنار لأمر غير محقق.
وقيل المراد بترك الرقى والكي الاعتماد على الله في دفع الداء والرضا بقدره ، لا القدح في جواز ذلك لثبوت وقوعه في الأحاديث الصحيحة وعن السلف الصالح ، لكن مقام الرضا والتسليم أعلى من تعاطي الأسباب ، يقول الحافظ في تعليقه على الحديث نقلا عن القرطبي : إن الرقى بأسماء الله تعالى تقتضي التوكل عليه والالتجاء إليه والرغبة فيما عنده والتبرك بأسمائه ، فلو كان ذلك قادحاً في التوكل لقدح الدعاء ، إذ لا فرق بين الذكر والدعاء ، وقد رُقي النبي صلى الله عليه وسلم ورَقى وفعله السلف والخلف ، فلو كان مانعا من اللحاق بالسبعين أو قادحا في التوكل لم يقع من هؤلاء وفيهم من هو أعلم وأفضل ممن عداهم .ا.هـ.
Ø  Kaidah-kaidah Ruqyah Syar’iyyah :
قال إبن حجر رحمه الله نقلاً عن الإمام النواوي رحمه الله تعالى : أجمع العلمآء على جواز الرقى عند اجتماع ثلاثة شروط :
  1. أن تكون بكلام الله أو بأسمآئه و صفاته (والأدعية النبويّة).
  2. أن تكون باللسان العربي، أو يعرف معناه من غيره.
  3. أن يعتقد أن الرقية لا تؤثر بذاتها بل بذات الله تعالى.
Ibn Hajar mengutip pendapat Imam Nawawi rahimahuLLah : “Ijma’ Ulama sepakat bahwa boleh melakukan Ruqyah dengan memenuhi 3 syarat” :
1.     Hendaklah dilakukan dengan kalamuLLah atau Asama dan SifatNya.
2.     Hendaklah dengan bahasa arab atau bahasa lain yang dimengerti (yang tidak mengandung kesyirikan).
3.  Berkeyakinan bahwa bukanlah pelaksanaan ruqyah itu semata-mata yang memberi pengaruh tetapi ALLAH swt yang memberikannya.

Akhlaq dalam Ruqyah Da’awiyyah :
1.     AKHLAQ DASAR 5 : 54 – 56
a.  Meraih kecintaan dari ALLAH swt
b.  Rendah hati sesama mu’min
c.  Tegas/keras kepada orang yang ingkar
d.  Berjuang di jalan ALLAH swt
e.  Tidak takut celaan pihak yang suka mencela
2.     OPERASIONAL    8 : 45 - 47.
a.  Teguh pendirian
b.  Banyak mengingat ALLAH
c.  Ta’at kepada ALLAH & RasulNya
d.  Tidak berselisih dan senantiasa Sabar dalam ikatan keberjama’ahan
e.  Tidak sombong/angkuh, tidak Riya’