Sebaik-baik dari kalian adalah orang yang mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya (H.R. Bukhari)

Minggu

'Ain, Proses kerja mengenai targetnya

 'Ain, Proses kerja mengenai targetnya

Antara masing² org yg melempar ain ke target sasaran yg sama belum tentu berdampak sama. Ada yg kuat, sangat kuat. Tapi ada yg biasa saja.


°° Ibarat senjata yg ditembakkan, yang ada pada Pelempar Ain (P) terdiri dari:

1• Besar amunisi yg dipakai (kaliber).

2• Kekuatan hulu ledak yg mendorong amunisi tsb.

3• Ketepatan bidikan,

4• Kecepatan menggerakkan pelatuk.


A. 1 & 2 adalah kemampuan senjatanya. Itu bisa nasab dan atau kasabnya.

B. 3 & 4 itu adalah kemampuan si pengguna senjata. Itu gejolak jiwa dan pengendaliannya.



°° Sedangkan terkait target (T) dipengaruhi:


1• Lapisan benteng pelindung yang dimiliki.

2• Adanya faktor X sbg inang penarik unsur ghaib. Itu bisa nasab atau kasabnya atau sihir yang sdh masuk terlebih dahulu.

3• Kecepatan upaya menetralisir bekas atau dampak serangan.


_______


*Pertama*

Jika P, A-nya lebih kuat dari keadaan T1 maka kmgkinan besar T akan terkena, apalagi faktor T2 kuat, maka sangat dimungkinkan lebih mudah lagi mengalami dampak.


*Kedua*

Jika P, A-nya lebih lemah dari T1 tapi faktor T2 sangat kuat, maka masih bisa dimungkinkan masuk, krn ada unsur penariknya.


*Ketiga*

Jika P, A-nya lebih lemah dari T1 dan faktor T2 sangat lemah maka peluang tidak terkena dampak lebih besar.


Hanya saja bagi T perlu rutin lakukan:

Memperbaharui & menguatkan (1), 

Membersihkan (2), Merutinkan (3).


Tidak jarang saat merasa tidak ada dampak, sebetulnya residu (racun, polusi) yg terkena tetap melekat walaupun kecil sekali stadiumnya.. tapi jika dibiarkan akan berpotensi terjadinya penumpukkan residu. Dan ini tetap akan membahayakan.


Bagi mereka yg berpotensi menjadi P, perlu terus diingatkan untuk:

• Menguras 1 & 2 secara terus menerus.

• Pengendalian 3 & 4. Membiasakan diri dalam pengendalian emosi-gejolak jiwa dan penyertaan dzikruLLaah dalam setiap keadaan dan peristiwa.


Emosi:

Senang, kagum/takjub, empati, dsb

Kecewa, sedih, marah, dsb


Kadang berdiri sendiri, bisa juga kombinasi dari bbrp gejolak emosi tsb.


*R. Rosyadi*

Sabtu

A'uudzubiLLaahi minka

 "A'uudzubiLLaahi minka"

Kalimat langsung - tidak langsung, ditujukan umum - khusus


Saat mengarahkan kalimat / pembicaraan kpd pihak yg diajak bicara -baik kalimat langsung maupun tidak langsung- tentunya menyertakan obyek yang diajak bicara. Bisa secara umum, bisa juga secara khusus. Tergantung yang ingin difokuskan kepada siapa.

Obyek yg ditujukan dalam pembicaraan itu tentunya memiliki identitas. Bisa menyertakan identitas itu sebagai panggilannya atau sebagai isyarat pihak yang diajak bicara.
Adapun identitas, maka:
Bisa dg namanya, status keyakinannya, gendernya, lokasi tinggalnya, nasab keturunannya, kondisi situasinya, kebiasaan hidupnya, profesinya, atribut yg dipakainya, pekerjaannya, pangkat kedudukannya, dst

Di dalam Al Qur'an dan Hadits bisa mudah ditemukan sebutan² dengan menggunakan identitas di atas menyesuaikan isi pesan yang ingin disampaikan.

Interaksi yang diajak dalam pembicaraan itu dipengaruhi 4 hal:
1. Keadaan dan kedudukan subyek, pihak yg berbicara.
2. Keadaan dan kedudukan obyek, pihak yg diajak bicara.
3. Konten/isu/isi pesan itu. Kuat, lemah, besar, kecil.
4. Proses delivery pesan. Sampai/tidaknya pesan itu dari subyek ke obyek. Ada penghalang atau tidak.

Jika keadaan dan kedudukan subyek lebih kuat, lebih dominan, punya legalitas dan otoritas dibandingkan obyeknya serta isi pesan itu terkait dengan persoalan besar yang sangat mempengaruhi kehidupan si obyek, maka kemungkinan besar obyek akan memberi respon serius. Tapi jika semua hal di atas itu ternyata pesan itu tidak sampai ke obyek, maka tidak akan terjadi apa² pada diri obyek. Seperti tidak ada sesuatu apapun.

Tapi sebaliknya, jika si obyek sudah muncul di hadapan maka tdk perlu dipanggil lagi. Bahkan jika tidak tahu identitasnya, cukup dg kata ganti saja "kamu.. hei kamu, kalian.. hei kalian". Tidak dengan kalimat yang umum, tapi khusus sesuai dengan situasi kondisi yang sedang dihadapi.

Secara umum,
Manusia adalah makhluk yang memiliki legalitas dan otoritas memerintah dan mengelola bumi. Punya kedudukan mulia,

 وَلَقَدۡ كَرَّمۡنَا بَنِيٓ ءَادَمَ وَحَمَلۡنَٰهُمۡ فِي ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ وَرَزَقۡنَٰهُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَٰتِ وَفَضَّلۡنَٰهُمۡ عَلَىٰ كَثِيرٖ مِّمَّنۡ خَلَقۡنَا تَفۡضِيلٗا 

[Surat Al-Isra': 70]

Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.

Muslim-mukmin "semestinya" di sisi ALLaah memiliki wibawa dan kemuliaan ('izzah) yang lebih lagi,

 وَلِلَّهِ ٱلۡعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِۦ وَلِلۡمُؤۡمِنِينَ وَلَٰكِنَّ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ لَا يَعۡلَمُونَ 

[Surat Al-Munafiqun: 8]

... Dan 'izzah itu hanyalah bagi Allah, rasul-Nya, dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui.

• Muslim-mukmin yang menyeru kpd agama ALLaah, tentunya lebih besar lagi 'izzah mereka.
• Muslim-mukmin yang menyeru kpd agama ALLaah dengan berjamaah, tentunya lebih besar lagi 'izzah mereka.

Maka manusia bisa berinteraksi dengan para hewan, makhluk yang (dianggap) tidak berakal. Bahkan sekalipun mereka para hewan itu sedang tidak ada di hadapannya, tetap bisa datang dengan panggilan tertentu.
Maka dalam posisi yg memiliki 'izzah yang lebih besar, manusia lebih mudah berinteraksi dengan makhluk yg berakal dan berperasaan.

R. Rosyadi
________


A'uudzubiLLaahi minka...
Nabi shallaLLaahu 'alaihi wasallam pernah berlindung dengan kalimat itu yang artinya "aku berlindung kepada ALLaah dari dirimu"
Saat itu yang dihadapi adalah syetan jenis jin yang akan menyerang beliau saat (menjelang) sholat mengimami para sahabat.
Nabi saat itu tidak lagi menggunakan kalimat umum spt "A'uudzubiLLaahi minasy syaithaanirrajiim".

Jika tidak/belum muncul tetapi identitas sudah jelas, maka - dg nama ALLaah, memohon wibawa dan kemuliaanNya- panggil dengan identitas itu.
Lalu secara langsung dakwahi.
Atau
Kirim pesan dakwah, pastikan alamatnya yg dituju jelas. Bisa secara umum ataupun secara khusus sesuai identitasnya.

{ قَالَتۡ يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡمَلَؤُاْ إِنِّيٓ أُلۡقِيَ إِلَيَّ كِتَٰبٞ كَرِيمٌ }
[Surat An-Naml: 29]
Dia (Balqis) berkata, "Wahai para pembesar! Sesungguhnya telah disampaikan kepadaku sebuah surat yang mulia.”

{ إِنَّهُۥ مِن سُلَيۡمَٰنَ وَإِنَّهُۥ بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ }
[Surat An-Naml: 30]
Sesungguhnya (surat) itu dari Sulaiman yang isinya, “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang,

{ أَلَّا تَعۡلُواْ عَلَيَّ وَأۡتُونِي مُسۡلِمِينَ }
[Surat An-Naml: 31]
janganlah engkau berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.”

Lengkapnya, dari ayat 22 - 37 dst...

RR

Minggu

SYAITAN sebagai sifat, personal dan kelompok

*SYAITAN*
sifat, personal dan kelompok

*Syaitan adalah kata sifat*.

Berasal dari akar kata _sya-tha-na_ شَطَنَ maknanya _ba'uda_ بعد atau jauh. Dalam hal ini yang dimaksudkan adalah _jauh dari kebenaran, dari kebaikan dan dari rahmat ALLaah subhaanahu wata'aalaa_ dikarenakan kedurhakaan dan pembangkangannya. Pelakunya disebut _asy syaathin_ الشَّاطِن maknanya _al khaabits_ berarti _yang buruk_.

*Sejak kapan* sifat syaitan itu ada di muka bumi?

وَإِذۡ قَالَ رَبُّكَ لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٞ فِي ٱلۡأَرۡضِ خَلِيفَةٗۖ قَالُوٓاْ أَتَجۡعَلُ فِيهَا مَن يُفۡسِدُ فِيهَا وَيَسۡفِكُ ٱلدِّمَآءَ وَنَحۡنُ نُسَبِّحُ بِحَمۡدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَۖ قَالَ إِنِّيٓ أَعۡلَمُ مَا لَا تَعۡلَمُونَ [Surat Al-Baqarah: 30]

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

Terjadi pengrusakan, peperangan besar dan pertumpahan darah di muka bumi sebelum diciptakannya manusia. Maka itu pertanda adanya sifat-sifat syaitan yang melekat pada makhluk saat itu dalam skala besar. Dan para makhluk itu adalah dari jenis jin.

أنّ أوّل من سكن الأرض هم الجن، وهم الذين أفسدوا فيها وسفكوا الدماء وقتل بعضهم بعضًا، حتى أرسل الله إليهم إبليس ومن معه؛ فقتلهم وألقاهم في أطراف الجبال وجزائر البحور، ثمّ خلق الله آدم -عليه السلام- وجعله يسكن الأرض، وهذا القول مروي عن عبد الله بن عباس -رضي الله عنهما-.[٤] 

وهذا القول مستنبط من قول الله -تعالى-: (وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ)،[٥] 

Dari Ad-Dahhak, dari Ibnu Abbas yang mengatakan, "Sesungguhnya yang pertama kali menghuni bumi adalah makhluk jin. Lalu mereka menimbulkan kerusakan di atas bumi dan mengalirkan banyak darah serta sebagian dari mereka membunuh sebagian yang lain." Ibnu Abbas melanjutkan perkataannya, "Setelah itu ALLaah mengirimkan Iblis (Azazil, red) untuk memerangi mereka. Akhirnya iblis (Azazil) bersama para malaikat memerangi jin, hingga mengejar mereka sampai ke pulau-pulau yang ada di berbagai laut dan sampai ke puncak-puncak gunung. Setelah itu ALLaah menciptakan Adam, lalu menempatkannya di bumi. Untuk itu ALLaah berfirman: 'Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi' dst.. (Al-Baqarah: 30)

ويؤيد هذا القول ما روي عن عبد الله بن عمر -رضي الله عنهما-، أنّه قال: "وكان الجن بنو الجان في الأرض، قبل أن يخلق آدم بألفي سنة، فأفسدوا في الأرض وسفكوا الدماء فيها، فبعث الله جندًا من الملائكة، فضربوهم حتى ألحقوا بجزائر البحور". [فيصل آل مبارك، توفيق الرحمن في دروس القرآن، صفحة 118]

Dan diperkuat pendapat tersebut dengan apa yang diriwayatkan oleh AbduLLaah ibnu Amr radhiyaLLaahu ‘anhuma bahwa beliau berkata:

Pada mulanya Jin Banul Jan adalah penghuni bumi sebelum Adam diciptakan dalam tenggang masa dua ribu tahun. Lalu jin menimbulkan kerusakan di bumi dan mengalirkan darah. Maka ALLaah mengirimkan bala tentara dari kalangan para malaikat. Lalu para malaikat memukul (memerangi) mereka hingga mengejar mereka sampai ke pulau-pulau di berbagai lautan.

(Tafsir Ibnu Katsir; Faishol Mubarak – kitab Taufiqur Rahman Fii Duruusil Quran hal 118)

*Syaitan Iblis*

Kriteria sifat2 syaitan tsb bisa melekat - ter-personifikasi - pada makhluk (jin, manusia, hewan). Dan makhluk yang *paling sempurna muwashofat* (kriteria sifat2) syaithan-nya adalah *iblis* dari jenis jin. Konon nama asli iblis sebelumnya adalah Azazil.

Kata Iblis sendiri dari dari _ablasa أَبْلَسَ_ yaitu _al ya`su  الْيَأْسُ_ yang berarti berputus asa. Maksudnya yang berputus asa dari rahmat ALLaah karena sangat jauhnya dari rahmat ALLaah subhaanahu wata'aalaa sehingga tidak mungkin lagi mendapatkannya.

Sifat syaitan itu ada yang melekat secara kodrati dan genetis (keturunan) biologis. Misal pada hewan tertentu (wazagh: cicak, tokek; bbrp ular, dsb) dan keturunan *biologis* iblis.

Selain itu sifat syaitan itu bisa melekat secara *ideologis*. Dari hasil pembinaan khusus dan “penularan” kebiasaan.

 وَإِذۡ قُلۡنَا لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ ٱسۡجُدُواْ لِأٓدَمَ فَسَجَدُوٓاْ إِلَّآ إِبۡلِيسَ كَانَ مِنَ ٱلۡجِنِّ فَفَسَقَ عَنۡ أَمۡرِ رَبِّهِۦٓۗ أَفَتَتَّخِذُونَهُۥ وَذُرِّيَّتَهُۥٓ أَوۡلِيَآءَ مِن دُونِي وَهُمۡ لَكُمۡ عَدُوُّۢۚ بِئۡسَ لِلظَّٰلِمِينَ بَدَلٗا [Surat Al-Kahfi: 50]

Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam!” Maka mereka pun sujud kecuali Iblis. Dia adalah dari (golongan) jin, maka dia mendurhakai perintah Tuhannya. Pantaskah kamu menjadikan *dia dan keturunannya* sebagai pemimpin selain Aku, padahal mereka adalah musuhmu? Sangat buruklah (Iblis itu) sebagai pengganti (Allah) bagi orang yang zhalim.

إِنَّهُۥ يَرَىٰكُمۡ هُوَ وَقَبِيلُهُۥ مِنۡ حَيۡثُ لَا تَرَوۡنَهُمۡۗ إِنَّا جَعَلۡنَا ٱلشَّيَٰطِينَ أَوۡلِيَآءَ لِلَّذِينَ لَا يُؤۡمِنُونَ [Surat Al-A'raf: 27]

Sesungguhnya dia (iblis) dan kabilahnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

Iblis menggalang seluruh keturunannya serta para makhluk yang memiliki muwashofat (kriteria sifat2) syaitan dengan standar tertentu dalam kesatuan organisasi syaitan yg dipimpinnya. Dan itulah Hizbusy Syaithan.

إِنَّ ٱلشَّيۡطَٰنَ لَكُمۡ عَدُوّٞ فَٱتَّخِذُوهُ عَدُوًّاۚ إِنَّمَا يَدۡعُواْ حِزۡبَهُۥ لِيَكُونُواْ مِنۡ أَصۡحَٰبِ ٱلسَّعِيرِ [Surat Fathir: 6]

Sungguh, setan itu musuh bagimu, maka perlakukanlah ia sebagai musuh, karena sesungguhnya setan itu hanya mengajak golongan (Hizb)nya agar mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.

ٱسۡتَحۡوَذَ عَلَيۡهِمُ ٱلشَّيۡطَٰنُ فَأَنسَىٰهُمۡ ذِكۡرَ ٱللَّهِۚ أُوْلَٰٓئِكَ حِزۡبُ ٱلشَّيۡطَٰنِۚ أَلَآ إِنَّ حِزۡبَ ٱلشَّيۡطَٰنِ هُمُ ٱلۡخَٰسِرُونَ [Surat Al-Mujadilah: 19]

Setan telah menguasai mereka, lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah golongan (Hizb) setan. Ketahuilah, bahwa golongan (Hizb) setan itulah golongan yang rugi.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱدۡخُلُواْ فِي ٱلسِّلۡمِ كَآفَّةٗ وَلَا تَتَّبِعُواْ *خُطُوَٰتِ ٱلشَّيۡطَٰنِۚ* إِنَّهُۥ لَكُمۡ عَدُوّٞ مُّبِينٞ 

[Surat Al-Baqarah: 208]

Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.

Langkah-langkah خطوات adalah program terukur dan berkelanjutan.

Syaitan yg spt ini - yang punya program - adalah syaitan-syaitan yg terorganisir dlm kesatuan syaitan (Hizbusy Syaithan).

*Iblis menjalankan manajemen Hizbusy Syaithan dengan disiplin organisasi*.

Dari Jabir ibnu AbdiLLaah radhiyaLLaahu ‘anhu, beliau berkata, “RasuluLLaah shallaLLaahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِنَّ إِبلِيسَ يَضَعُ عَرْشَهُ عَلَى الْماَءِ ثُمَّ يَبْعَثُ سَرَايَاهُ فَأَدْنَاهُمْ مِنهُ مَنْزِلَةً أَعْظَمُهُمْ فِتْنَةً، يَجِيءُ أحَدُهُم فَيَقُولُ: فَعَلْتُ كَذَا وَكَذَا. قَالَ: مَا صَنَعْتَ شَيْئًا. ثُمَّ يَجِيْءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُولُ: مَا تَرَكْتُهُ حَتَّى فَرَّقْتُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ امْرَأَتِهِ. قَالَ: فَيُدْنِيهِ مِنْهُ وَيَقُولُ: نِعْمَ أَنْتَ

Sesungguhnya iblis meletakkan singgasananya di atas air lantas ia mengirim kan tentara-tentaranya. Maka yang paling dekat di antara mereka dengan iblis adalah yang paling besar fitnah yang ditimbulkannya. Datang salah seorang dari anak buah iblis menghadap iblis seraya berkata, “Aku telah melakukan ini dan itu.” Iblis menjawab, “Engkau belum melakukan apa-apa.” Lalu datang setan yang lain melaporkan, “Tidaklah aku meninggalkan dia (anak Adam yang diganggunya) hingga aku berhasil memisahkan dia dengan istrinya.” Maka iblis pun mendekatkan anak buahnya tersebut dengan dirinya dan memujinya, “Engkaulah yang terbaik.” (HR. Muslim no. 7037)

*Syaitan-syaitan lainnya*

Muwashofat syaitan itu bisa saja ada pada beberapa makhluk tapi tidak otomatis makhluk itu tergabung dalam organisasi (hizb) syaitan.

Kemungkinannya, sifat-sifat yang terdapat pada para makhluk itu belum memenuhi standar kelayakan bergabung resmi, tetapi makhluk2 tersebut tetap dipengaruhi karena lebih berpotensi untuk diajak menjalankan misi besarnya Hizb Syaithan. Tentu dengan kompensasi kebutuhan hidup yang menyenangkan (versi) mereka.

Ada juga makhluk2 yang kuat sifat2 syaitannya dan memiliki wilayah besar dan pengikut yang banyak tetapi memilih independen tidak bergabung dengan Hizb Syaithan. Dan kelompoknya bisa bekerjasama yang saling menguntungkan dengan Hizbusy Syaithan. 

Dalam kaidah berorganisasi pengkaderan ada yang disebut dengan كم فينا وليس منا _kam fiinaa walaysa minnaa_ betapa banyak mereka (di luar sana) yang berkarakter seperti kita tetapi tidak tergabung dalam organisasi kita.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتْ الشَّيَاطِينُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ ، وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ ، وَيُنَادِي مُنَادٍ يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ ، وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ ، وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنْ النَّارِ وَذَلكَ كُلُّ لَيْلَةٍ

Dari Abu Hurairah, dia berkata, “Rasulullah saw. bersabda, ‘Pada malam pertama bulan Ramadhan *setan-setan dan jin-jin yang jahat dibelenggu*, pintu-pintu neraka ditutup, tidak ada satupun pintu yang terbuka dan pintu-pintu surga dibuka, tidak ada satupun pintu yang tertutup, serta penyeru menyeru, wahai yang mengharapkan kebaikan bersegeralah (kepada ketaatan), wahai yang mengharapkan keburukan/maksiat berhentilah, Allah memiliki hamba-hamba yang selamat dari api neraka pada setiap malam di bulan Ramadlan’.” 

(HR. At-Tirmidzi, An-Nasai, Ibnu Majah, Malik, al-Baihaqi, Ad-Darimi, Ibnu Hiban, Ibnu Khuzaimah, Al-Hakim, dan Ath-Thabrani)

Dalam hadits tsb yang dibelenggu saat Ramadhan itu ada dua golongan besar, yaitu:

• Syaitan-syaitan

• Jin yang sangat pendurhaka

__________________

Maka secara personifikasi kita jumpai makna syaitan itu bisa berarti:

- iblis secara khusus,

- kelompok atau individual makhluk yang memiliki muwashofat syaitan dan tergabung dengan Hizb Syaithan,

- kelompok atau individual makhluk yang berkarakter syaitan yang tidak tergabung dalam Hizb Syaithan 

Dan (menurut saya..)

Selain iblis, syaitan-syaitan tersebut sesuai level muwashofatnya tetap masih berpeluang mendapatkan taubat dan hidayah dari ALLaah subhaanahu wata'aalaa. 

WaLLaahu a'lam. 

R. Rosyadi