Sebaik-baik dari kalian adalah orang yang mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya (H.R. Bukhari)

Sabtu

A'uudzubiLLaahi minka

 "A'uudzubiLLaahi minka"

Kalimat langsung - tidak langsung, ditujukan umum - khusus


Saat mengarahkan kalimat / pembicaraan kpd pihak yg diajak bicara -baik kalimat langsung maupun tidak langsung- tentunya menyertakan obyek yang diajak bicara. Bisa secara umum, bisa juga secara khusus. Tergantung yang ingin difokuskan kepada siapa.

Obyek yg ditujukan dalam pembicaraan itu tentunya memiliki identitas. Bisa menyertakan identitas itu sebagai panggilannya atau sebagai isyarat pihak yang diajak bicara.
Adapun identitas, maka:
Bisa dg namanya, status keyakinannya, gendernya, lokasi tinggalnya, nasab keturunannya, kondisi situasinya, kebiasaan hidupnya, profesinya, atribut yg dipakainya, pekerjaannya, pangkat kedudukannya, dst

Di dalam Al Qur'an dan Hadits bisa mudah ditemukan sebutan² dengan menggunakan identitas di atas menyesuaikan isi pesan yang ingin disampaikan.

Interaksi yang diajak dalam pembicaraan itu dipengaruhi 4 hal:
1. Keadaan dan kedudukan subyek, pihak yg berbicara.
2. Keadaan dan kedudukan obyek, pihak yg diajak bicara.
3. Konten/isu/isi pesan itu. Kuat, lemah, besar, kecil.
4. Proses delivery pesan. Sampai/tidaknya pesan itu dari subyek ke obyek. Ada penghalang atau tidak.

Jika keadaan dan kedudukan subyek lebih kuat, lebih dominan, punya legalitas dan otoritas dibandingkan obyeknya serta isi pesan itu terkait dengan persoalan besar yang sangat mempengaruhi kehidupan si obyek, maka kemungkinan besar obyek akan memberi respon serius. Tapi jika semua hal di atas itu ternyata pesan itu tidak sampai ke obyek, maka tidak akan terjadi apa² pada diri obyek. Seperti tidak ada sesuatu apapun.

Tapi sebaliknya, jika si obyek sudah muncul di hadapan maka tdk perlu dipanggil lagi. Bahkan jika tidak tahu identitasnya, cukup dg kata ganti saja "kamu.. hei kamu, kalian.. hei kalian". Tidak dengan kalimat yang umum, tapi khusus sesuai dengan situasi kondisi yang sedang dihadapi.

Secara umum,
Manusia adalah makhluk yang memiliki legalitas dan otoritas memerintah dan mengelola bumi. Punya kedudukan mulia,

 وَلَقَدۡ كَرَّمۡنَا بَنِيٓ ءَادَمَ وَحَمَلۡنَٰهُمۡ فِي ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ وَرَزَقۡنَٰهُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَٰتِ وَفَضَّلۡنَٰهُمۡ عَلَىٰ كَثِيرٖ مِّمَّنۡ خَلَقۡنَا تَفۡضِيلٗا 

[Surat Al-Isra': 70]

Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.

Muslim-mukmin "semestinya" di sisi ALLaah memiliki wibawa dan kemuliaan ('izzah) yang lebih lagi,

 وَلِلَّهِ ٱلۡعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِۦ وَلِلۡمُؤۡمِنِينَ وَلَٰكِنَّ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ لَا يَعۡلَمُونَ 

[Surat Al-Munafiqun: 8]

... Dan 'izzah itu hanyalah bagi Allah, rasul-Nya, dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui.

• Muslim-mukmin yang menyeru kpd agama ALLaah, tentunya lebih besar lagi 'izzah mereka.
• Muslim-mukmin yang menyeru kpd agama ALLaah dengan berjamaah, tentunya lebih besar lagi 'izzah mereka.

Maka manusia bisa berinteraksi dengan para hewan, makhluk yang (dianggap) tidak berakal. Bahkan sekalipun mereka para hewan itu sedang tidak ada di hadapannya, tetap bisa datang dengan panggilan tertentu.
Maka dalam posisi yg memiliki 'izzah yang lebih besar, manusia lebih mudah berinteraksi dengan makhluk yg berakal dan berperasaan.

R. Rosyadi
________


A'uudzubiLLaahi minka...
Nabi shallaLLaahu 'alaihi wasallam pernah berlindung dengan kalimat itu yang artinya "aku berlindung kepada ALLaah dari dirimu"
Saat itu yang dihadapi adalah syetan jenis jin yang akan menyerang beliau saat (menjelang) sholat mengimami para sahabat.
Nabi saat itu tidak lagi menggunakan kalimat umum spt "A'uudzubiLLaahi minasy syaithaanirrajiim".

Jika tidak/belum muncul tetapi identitas sudah jelas, maka - dg nama ALLaah, memohon wibawa dan kemuliaanNya- panggil dengan identitas itu.
Lalu secara langsung dakwahi.
Atau
Kirim pesan dakwah, pastikan alamatnya yg dituju jelas. Bisa secara umum ataupun secara khusus sesuai identitasnya.

{ قَالَتۡ يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡمَلَؤُاْ إِنِّيٓ أُلۡقِيَ إِلَيَّ كِتَٰبٞ كَرِيمٌ }
[Surat An-Naml: 29]
Dia (Balqis) berkata, "Wahai para pembesar! Sesungguhnya telah disampaikan kepadaku sebuah surat yang mulia.”

{ إِنَّهُۥ مِن سُلَيۡمَٰنَ وَإِنَّهُۥ بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ }
[Surat An-Naml: 30]
Sesungguhnya (surat) itu dari Sulaiman yang isinya, “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang,

{ أَلَّا تَعۡلُواْ عَلَيَّ وَأۡتُونِي مُسۡلِمِينَ }
[Surat An-Naml: 31]
janganlah engkau berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.”

Lengkapnya, dari ayat 22 - 37 dst...

RR

Tidak ada komentar:

Posting Komentar