Sebaik-baik dari kalian adalah orang yang mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya (H.R. Bukhari)

Sabtu

Seri Tanya Jawab TQ: Pengobatan Dengan Ari-Ari (Plasenta)

Tanya Jawab salah satu anggota Room TQ dengan ustadz Riyadh Rosyad.


Pertanyaan:
ustdz, ada sesepuh di Kampung penyuka kucing, satu hari saat shalat ada kucing melahirkan didepannya.

Biasanya kucing melahirkan, ari-ari (Plasenta)-nya itu dibersihkan dan dibawa pergi oleh induknya, tapi kali itu hanya anaknya yang dibawa. ari-arinya tidak.

Lalu oleh beliau, ari-ari itu dikeringkan. setiap ada wanita yang kesulitan melahirkan, ari-ari itu direndam beberapa saat lalu airnya dibacakan ayat-ayat Al-Quran lalu diminumkan ke ibu itu.. tidak lama si ibu mudah melahirkan sebagaimana kucing.

bagaimana ulasan nya tentang hal ini kah ustdz?



Jawaban:
Itu tercampur dengan sesuatu yang diharamkan.
Plasenta kucing tidak halal dikonsumsi. Baik secara zatnya atau cairan yang terkena bekasnya.
Ditambah lagi dengan menganggap punya keistimewaan karena lahir di sajadah.

Jelas sekali itu talbis / tipuan syaitan.



Pertanyaan:
berarti ini berlaku juga untuk ari-ari manusia itu ya ustdz?

yang orang-orang dulu itu juga bnyk gunakan.


Jawaban: 
Iya.

KAIDAH dan PERLAKUAN TERHADAP BENDA

Perlu dilihat/ditinjau dari:


1. Asal Bahan
Baik cara memperolehnya maupun jenis materialnya. Haq atau batil.

Contoh:
  • Guci. Ada yang terbuat murni dari tanah lempung; ada juga yang dicampur dengan tulang hewan.. (babi?) untuk mengeraskan. 
  • Senjata kuno, mètalnya bisa didapat lewat ilmu "menarik" secara ghaib dengan ritual tertentu.

Pilihan perlakuannya:
  • Kembalikan ke alam dengan sebelumnya dirubah total dari bentuk awalnya atau 
  • Dikembalikan kepada kepentingan umum dan pihak tersebut bisa dipercaya.



2. Cara Memprosesnya
Apakah dengan ritual ataukah tidak.

Contoh:
Batik kuno, senjata kuno / tradisional.

Pilihan perlakuannya:
  • Bacakan RID kemudian fungsikan sebagaimana mestinya dlm kebutuhan sehari-hari.
  • Jika tidak bisa difungsikan sehari-hari, maka rehab dulu ke bentuk lain sehingga bisa dipakai/difungsikan sehari-hari.



3. Fungsi
Menyerupai sesuatu yang dilarang syariat ataukah tidak.

Contoh:
  • souvenir (yang ternyata aslinya adalah jimat, kaligrafi berfungsi jimat sepenuhnya, bentuk sesembahan).
  • asli jimat atau tolak bala
  • asli sesembahan

Pilihan perlakuannya:
musnahkan secara total.



4. Bentuk/corak
Mengandung sesuatu yang dilarang syariat ataukah tidak.

Contoh:
  • furnitur yang berukuran hewan/simbol kekufuran.
  • guci bergambar atau berukir hewan/manusia.
  • boneka/mainan berkarakter tokoh terkenal, hewan buas, mirip sekali dengan aslinya,
  • kaos/sprei kain kasur sebagaimana boneka dan bersimbol kekufuran.
  • pajangan yang berkarakter/bersimbol seperti di atas. 
  • rumah yang dipakai untuk ibadah agama lain.
  • kaligrafi membentuk makhluk hidup, tercampur dengan simbol rajah/jimat.
  • benda tiruan yang bentuknya seperti benda nomor (2).


Pilihan perlakuannya:
  • hilangkan bagian-bagian yang tidak sesuai dengan kaidah syariat tersebut, kemudian difungsikan bendanya dalam kehidupan sehari-hari sesuai fungsinya.
  • jika masih memungkinkan, rehab total dari bentuk semula menjadi bentuk lainnya yang aman dan bermanfaat. 
  • jika tidak memungkinkan, maka musnahkan secara total.


R. Rosyad

Yang Jelas, Musuh itu ADA dan NYATA:

Serial Al-Falaq dan An-Naas

Syaitan jin dan syaitan manusia..

Mereka lakukan dengan segala cara, waspadalah selalu:
  1. min syarri maa kholaq, ~ sumber daya, aparatur
  2. wa min syarri ghoosiqin idzaa waqob, ~ timing dan event
  3. wa min syarrin naffaatsaatifil 'uqod, ~ ilmu dan teknologi
  4. wa min syarri haasidin idzaa hasad ~ sumber energi

Jangan sampai kita jebol di benteng utama kita, shadr
  • alladzii yuwaswisu fii shuduurin naas.
  • yang berpotensi menjebolnya itu dari kalangan jin dan manusia.

Shadr, letaknya iman-taqwa.. yang denganya ALLaah swt menilai kita,
Shadr, letaknya rahasia.. apakah kita shadiq atau kadzib,
Sahdr, letaknya prasangka.. apakah lalu meluncur sebagai ghibah yang membusukkan jiwa ataukah berkembang menjadi harumnya kata-kata dan kerja nyata karenaNya.


R. Rosyad

Posisi VIRUS dalam Surat Al-Falaq dan surat An-Naas

Serial Al-Falaq An-Naas


Surat Al-Falaq dan An-Naas, dua surat istimewa yang semenjak turunnya, Nabi shallaLLaahu 'alaihi wasallam paling sering berlindung kepada ALLaah swt dengan dua surat itu.

عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه قال
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَعَوَّذُ مِنْ عَيْنِ الْجَانِّ وَعَيْنِ الإِنْسِ, فَلَمَّا نَزَلَتْ الْمُعَوِّذَتَانِ أَخَذَ بِهِمَا, وَتَرَكَ مَا سِوَى ذَلِكَ

Dari Abu Sa'id Al-Khudri, beliau berkata bahwa RasuluLLaah shallaLLaahu ‘alaihi wa sallam berlindung dari mata jahat jin dan manusia. Ketika turun al–Mu’awwidzatain (Al-Falaq dan An-Naas), beliau memakainya dan meninggalkan yang lain.
(HR. At-Turmudzi, Ibnu Majah dan An-Nasa-i, صححه الألباني)

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا اشْتَكَى يَقْرَأُ عَلَى نَفْسِهِ بِالْمُعَوِّذَاتِ وَيَنْفُثُ، فَلَمَّا اشْتَدَّ وَجَعُهُ كُنْتُ أَقْرَأُ عَلَيْهِ وَأَمْسَحُ بِيَدِهِ رَجَاءَ بَرَكَتِهَا

Dari Aisyah radhiyaLLaahu 'anhaa bahwasannya RasuluLLaah shallaLLaahu 'alaihi wasallam apabila sakit, beliau membacakan untuk dirinya al-mu’awwidzaat (Al-Falaq dan An-Naas) dan meniup (dengan sedikit ludah), maka tatkala sakitnya semakin keras akulah yang membacakan atasnya dan lalu aku mengusap tangan beliau untuk mendapatkan berkahnya.
(HR. Al-Bukhoriy)


Surat Al-Falaq

Berlindung kepada ALLaah swt sebagai,
Robbu l-Falaq

dari 4 bahaya kejahatan:
  1. maa kholaq ~ makhluq syarr - makhluq jahat (bahaya)
  2. ghaasiqin idzaa waqob ~ waqt syarr - maksudnya, waktu munculnya kekuatan jahat yang lebih kuat dari waktu-waktu lainnya.
  3. an-naffaatsaati fil 'uqod ~ 'ilmu syarr - ilmu/teknologi jahat (bahaya)
  4. haasidin idzaa hasad ~ nafs syarr - jiwa jahat (bahaya)



Surat An-Naas

Berlindung kepada ALLaah swt sebagai,
  1. Robbi n-Naas
  2. Maliki n-Naas
  3. Ilaahi n-Naas


dari 1 bahaya kejahatan:
  • Al-waswaasi l-Khonnaas ~ syaitan Khonnaas
  • yuwaswisu fii shuduurin naas ~ tugas dan wilayah kerjanya


Syaithan Khonnaas yang membisikkan bisikan tersembunyi/rahasia (tidak terdengar), yang muncul jika manusianya lalai dan pergi saat manusianya ingat kepada ALLaah swt (berdzikir).

Jenisnya syaitan khonnas: dari Jin dan manusia.
_____________

VIRUS adalah salah satu min syarri maa kholaq.
Salah satu yang didayagunakan syaitan berkolaborasi dengan berbagai hal yang disebutkan dalam kedua surat di atas (Al-Falaq dan An-Naas).


R. Rosyad

Jumat

Ibu.. Pintu Surgaku, Pintu Surga Bangsaku



Seorang sahabat Nabi shallaLLaahu 'alaihi wasallam bercerita,

Aku dahulu dengan penuh semangat juang dan kesiapan diri datang kepada Rasulullah saw agar diperkenankan menemani beliau bertempur membela agama dengan mengharap keridhoan ALLaah swt. Lantas Nabi shallaLLaahu 'alaihi wasallam bertanya kepadaku apakah engkau masih mempunyai ibu? Aku jawab, iya, ada ya Rasulallaah. Lalu beliau memerintahkanku kembali pulang ke rumah lalu bersabda:
"Falzamhaa fa innal jannata tahta rijlayhaa" tetaplah engkau melayani ibumu itu, karena sesungguhnya surga itu ada diantara kedua kakinya.

Begitulah pengalaman tak terlupakan yang diceritakan kembali oleh seorang sahabat Nabi yang bernama Jaahimah kepada Muawiyah, anak laki-lakinya. (HR. Ibnu Majah, An Nasaa-i, At-thabrani & Al Hakim. Derajad hadits Hasan Shahih).

Kisah lain dituturkan langsung oleh sahabat Umar bin Khattab radhiyaLLaahu 'anhu. Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam  berpesan kepada dirinya,

Akan datang kepada kalian (seorang yang bernama) Uways bin Amir bersama penduduk Ahlu Yaman, berasal dari Murod dan kemudian dari Qorn. Dahulu dia pernah tertimpa penyakit kulit kemudian sembuh dari penyakit tersebut kecuali tinggal sebesar kepingan dirham. Dia memilki seorang ibu yang dia sangat berbakti kepadanya, seandainya saja dia meminta kepada Allah untuk menyembuhkan (sisa) penyakitnya tersebut maka akan disembuhkan baginya. (Wahai Umar) apabila engkau diberi kesanggupan meminta kepadanya untuk memohonkan ampun (kepada ALLaah) untukmu maka lakukanlah.
(HR. Muslim).

Ibu berarti induk. Dalam bahasa arab tertulis الأُمُّ dibaca al-ummu. Satu akar dengan kata "ummat" yang bermakna sekumpulan makhluk yang hidup dalam satu induk ikatan sistem dan kepemimpinan. Tidak akan disebut umat yang sesungguhnya jika tidak memiliki induk yang mengayomi, melindungi, mendidik, mengarahkan, membesarkan, menguatkan dan memelihara dengan penuh cinta kasih dan sayang.

Makna kata ummu hampir dekat dengan makna kata Robb yang berarti Tuhan. Sebagai makhluk, ibu pastilah memiliki segala keterbatasan, tetapi ternyata dialah yang diberikan "titisan" sifat ketarbiyahan terbaik dalam dirinya. Kepada Robb dan Ummu kita wajib bersyukur. Bersyukur kepada Robb dengan cara mengesakanNya dalam menyembah dan bersyukur kepada orang tua khususnya kepada ibu disebut berbakti dengan kualitas terbaik secara ihsan. [QS. Luqman (36) ayat 14 dan Al Isro (17) ayat 23]

Sekalipun ketaatan berpusat kepada ayah, namun perhatian, perawatan dan bakti teristimewa diberikan kepada al-umm, ibu. Seperempat bagian bakti diberikan kepada ayah sementara selebihnya yang tiga perempatnya diberikan kepada ibu.

Para sahabat Nabi menyadari betul bahwa bakti kepada ibu setara nilainya (bahkan lebih baik) dengan berjihad di jalan ALLaah. Dan para ulamapun sepakat jika jihad dalam level fardhu kifayah maka berbakti kepada orang tua khususnya kepada ibu lebih diutamakan.

Sahabat Jaahimah menceritakan kepada Muawiyah puteranya mengenai pengalamannya itu tentu agar sang putera bisa lebih tepat memperlakukan ibundanya. Semangat berjuang tidak boleh meninggalkan yang lebih pokok dan lebih prioritas. Dan itu sekaligus sebagai bentuk kesempurnaan dalam melaksanakan ajaran baginda Nabi saw.

Contoh lain dimiliki oleh salah seorang tabi'in terbaik, Uwais Al Qorni. Sedemikian keutamaan Uwais Al Qorni sehingga sahabat sekelas Umar bin Khattab ra disarankan oleh RasuluLLaah shallaLLaahu 'alaihi wasallam meminta kepada Uwais agar berkenan memohonkan ampunan kepada Allah untuk dirinya (Umar). Karomah yang dilimpahkan oleh ALLaah swt kepada dirinya lantaran besar baktinya Uwais kepada sang ibu, disamping juga karena memang sangat dalamnya cinta Uwais kepada baginda Nabi shallaLLaahu 'alaihi wasallam.

Umar bin Khattab kelak berhasil bertemu Uwais yang kemudian melaksanakan arahan Nabi shaLLaahu 'alaihi wasllam itu setelah beliau menjadi Amirul Mukminin, pemimpin umat Islam.

Dalam syair terkenal disebutkan Al Ummu madrosatun  الأمّ مدرسة - ibu adalah madrasah. Bagi bangsa ini di tanggal ini (22 Desember)  barangkali menjadi pengingat bahwa ibu adalah madrasah yang menjaga kesucian fitrah sang anak semenjak janin di dalam kandungannya, dalam buaiannya hingga menjelang kedewasaannya. Mengingatkan bahwa ibu adalah madrasah yang menjadikan setiap keluarga, masyarakat dan bangsa ini mampu melahirkan para pejuang dan pahlawannya. Madrasah yang dari keikhlasan rahim sucinya akan muncul para pemimpin yang kelak mengawal bangsa ini dengan ketulusan, kesucian niat, kejujuran, kearifan yang penuh keadilan.

Jika memang hari ini (22 Desember) menjadi pengingat tentang kedudukan ibu, maka harus mampu menjadikan kita lebih tepat dalam memperlakukannya sejak awal.

Ibu harus dimuliakan dengan perlakuan terbaik bahkan sebelum anak-anaknya terlahir. Perlakuan terbaik harus didapatkan ibu agar perannya sebagai madrasah berfungsi dengan baik. Setara dengan keutamaannya dan kemuliaanya di sisi ALLaah swt. Memuliakan ibu berarti juga membekalinya dengan ilmu pengetahuan terbaik, keterampilan hidup terbaik, membekalinya dengan gizi terbaik, dengan kesehatan terbaik dan perlindungan terbaik.

Pemuliaan ibu harus yang terbaik agar desah nafas dan detak jantungnya mampu mengalirkan kasih sayang robbani (perwujudan nilai-nilai Robb) bagi anak-anaknya.

Ketika negara menjadikan secara resmi tanggal 22 Desember sebagai hari ibu, itu artinya negara memimpin bangsa ini dalam memperlakukan yang terbaik kepada para ibu dalam memuliakannya, termasuk juga pembinaan yang setepat-tepatnya kepada setiap calon ibu. Negara harusnya adalah pihak yang pertama kali menyadari makna dari doa yang selalu dipanjatkan oleh setiap keluarga, Robbanaa hab-lanaa min azwaajinaa wa dzurriyyaatinaa qurrota a'yunin waja'alnaa lil muttaqiina imaamaa wahai Robb kami karuniakanlah kepada isteri-isteri kami dan anak keturunan kami sebagai penyejuk mata (hati) kami dan jadikanlah kami pemimpin orang-orang yang bertakwa.


Dari isteri yang menyejukkan hati, dari rahimnya terlahir generasi, dari asuhannya muncul para pemimpin negeri yang dinanti.

________________
Riyadh Rosyadi,
Tempat/tanggal lahir: Magetan, 22 Desember 1968

SAKIT, BEROBAT, SEMBUH

Dalam sebuah room diskusi dibahas..

Apakah perlu ada tazkiyyah dulu sebelum proses ruqyahan?

Berikut ini penjelasan prinsip-prinsip penting.



SAKIT, BEROBAT, SEMBUH
Oleh: R. Rosyadi


Setiap penyakit ada obatnya.
Setiap perobatan ada proses sembuhnya.

Yang perlu selalu dipahami dan disadari adalah:
Sakit dan obat itu keduanya dari ALLaah swt
Proses bekerjanya perobatan juga dari ALLaah swt, dan
Sembuh adalah dari ALLaah swt pula.

• Ada wilayah makhluk: upaya sembuh (berobat)
• Ada wilayah mutlak Al-Khaliq yang tidak ada sedikitpun dari makhluq, yaitu: izin kesembuhan



Memahami SAKIT

1. Masing-masing masalah/akibat itu karena ada sebabnya.

2. Secara umum, sebab masalah itu karena ada sesuatu yang salah.

3. Lihat sebabnya, pahami jika perlu digali hingga detail, setelah itu.



Proses TERAPI/BEROBAT

4. Berangkatlah dalam proses terapi, dari titik sebabnya itu.

5. Berharap sembuh adalah fitrah yang membuat kita semua selalu bergerak dalam amal.

6. Wilayah makhluk adalah ikhtiar, ijtihad, tajribah. Jadikan semua itu dinilai sebagai amal shalih. Perhatikan selalu niat dan cara.

7. Tertiblah dalam proses, semoga itu menjadikan bagian ihsan dalam amal.



Memahami SEMBUH

8. Kesembuhan itu mutlak wilayah ALLaah swt.

9. ALLaah swt telah menetapkan semua dengan prosedur sunnah-Nya. Jadilah ilmu yang dipelajari dan dijalankan makhluk.

10. Dan ALLaah swt juga menetapkan kejadian seperti pengecualian-pengecualian yang tidak memerlukan prosedur sunnahNya. Dan itu menunjukkan bahwa DIA-lah Yang Maha Qudrah atas sesuatu yang menjadi iradahNya.

11. Wilayah kita adalah
• Upaya melalui prosedur sunnahNya itu dan
• Doa akan harapan atas Qudrah - IradahNya itu.

12. Ijabah doa termasuk doa kesembuhan itu pasti diperoleh, apalagi kepada muslim.

13. Bentuknya 3 hal:
• Disegerakan penyerahannya di dunia, lalu sembuhlah dia dalam pandangan makhluk.
• Dikumpulkan doa-doa itu lalu diserahkan semuanya di akhirat sebagai tumpukan pahala yang sangat besar.
• Diwujudkan sebagai penghindar/pencegah keburukan di waktu mendatang saat masih di dunia (yang sudah ditakdirkanNya terhadap si pemilik doa), yang nilai daya cegahnya setara dengan bobot doanya itu.

14. Syaratnya Doa agar dikabulkan sebagai salah satu yang 3 itu:
• Tidak tergesa-gesa
• Tidak mengandung dosa
• Tidak dalam rangka memutus silaturrahim.


________

Perlu Tazkiyyah dulu ataukah langsung proses ruqyah/obat, lihat No 4 (berdasarkan 1, 2, 3)
Idealnya tetap melalui prosedur terbaiknya, sebagai wilayah makhluk untuk mendapatkan ihsan amal, no 7.

Asumsinya, kita ini semua tidak ada yang bersih..
فلا تزكوا أنفسكم .... falaa tuzakkuu anfusakum, "Maka janganlah kamu menganggap dirimu suci" [QS. An-Najm (53) :32]

Sembuh/belum itu otoritasNya mutlak.
Kadang terlihat oleh makhluk seperti melalui proses-proses dan prosedur yang telah ditetapkan melalui sunnah (kawniyah)Nya. Kadang dalam pandangan makhluk tidak seperti prosedur pada umumnya.

Lakukanlah yang terbaik.. sebagai Ihsan kita.
Berharaplah dengan cara dan sikap terbaik... sebagai ihsan kita pula.
Lihat No. 8 sd 14.

-----

• Kadang orang yang diterapi sembuh tapi tidak mengantarkan kebaikan kepada dirinya..
• Dan bisa jadi terapis tidak mendapatkan kebaikan sekalipun yang diterapinya ditakdirkan sembuh.

----

Yaa ALLaah, jagalah selalu niat dan cara kami dengan segala yang Engkau ridhai..
Yaa ALLaah, kami memohon kepadaMu al-'aafiyah fid-dien wad dun-yaa wal aakhirah.. untuk kami pribadi dan untuk orang-orang yang Engkau datangkan kepada kami dalam berharap sembuh dariMu.

Aamiin..


Selasa

TERAPI DARI GANGGUAN



1. Salah satu jenis gangguan dalam tubuh manusia adalah gangguan dari makhluk.

2. Diantara makhluk yang mengganggu itu bisa dari jenis jin, cacing, bakteri patogen, virus.. dan lain-lain.

3. Masing-masing makhluk yang mengganggu itu ada tabiatnya.

4. Memahami tabiatnya bisa dengan cara mengetahui informasi yang sudah ada dan juga dengan mempelajarinya.

5. Dengan memahami tabiat para makhluk itu, bisa turut membantu proses solusi dari masalah gangguan makhluk itu.

6. Ruqyah Syar'iyyah adalah salah satu (bukan satu-satunya) pilihan terapi terhadap gangguan berbagai makhluk dalam diri manusia.

7. Pilihan terapi lain yang memungkinkan dan sesuai dengan jenis gangguannya, yang cara itu bukan masuk kategori ruqyah syar'iyyah maka itu dibolehkan selama tidak batil atau diharamkan oleh syariat.

8. Jika permasalahannya adalah jin pengganggu, maka bisa saja dilakukan dengan upaya terapi lain yang bukan masuk kategori ruqyah syar'iyyah, selama upaya itu tidak haram/batil.

9. Masing-masing gangguan ada jenis, tabiat dan stadiumnya (level gangguannya).

10. Dan setiap terapi gangguan ada cara, perlakuan dan dosis tersendiri/berbeda sesuai dengan jenis, tabiat dan stadiumnya.

11. Jika dimungkinkan berhasil dengan suatu pilihan terapi terhadap gangguan jin dan itu bukan masuk kategori ruqyah syar'iyyah maka itu sah dan boleh selama pilihan terapinya itu tidak batil/haram.

12. Mengkombinasikan semua pilihan terapi yang dibolehkan itu adalah baik.

13. Dan sebaik-baik terapi adalah yang bisa ikut mengantarkan kepada perubahan diri menjadi lebih baik, menjadi lebih diridhai ALLaah swt.


R. Rosyad

_______________


* Kalau upaya pilihan terapi gangguan jin itu bukan masuk dalam definisi/kategori ruqyah syar'iyyah, maka sebaiknya tidak perlu disebut sebagai ruqyah. Sebut saja terapi tekan, pijat, herbal, hijamah, fashdu, dan seterusnya.

Minggu

Serial Tanya Jawab TQ: Seputar Batu Akik

Berikut ini adalah beberapa pertanyaan yang diajukan kepada ustadz R. Rosyad terkait dengan Batu.


Pertanyaan: 
Kami ada batu yang berbentuk jadi, siap pakai dan ada juga yang masih bongkahan. Bagaimana cara membersihkan batu-batu itu, ustadz?

Jawaban: 
1. Untuk yang sudah siap pasang (pakai), dipukul sampai hancur/remuk serpihan sekecil mungkin. Sebelumnya dilapisi lakban/isolasi/kain agar tidak melesat ketika dipukul. Kemudian di buang di tempat sampah.
2. Untuk yang bongkahan, cukup dibelah beberapa bongkahan. Kemudian dibuang jauh dari jangkauan manusia (laut, sungai..)

Sebelum dipukul, bacakan dulu (dengan niat mendakwahi):
- Ayat Kursi, 2 QUL (QS. Al-Falaq dan An-Naas)
- Al-Fatihah, QS. Al-Ikhlash
- QS. Al-Mukminun (23): 29,

وَقُلْ رَبِّ أَنْزِلْنِي مُنْزَلًا مُبَارَكًا وَأَنْتَ خَيْرُ الْمُنْزِلِينَ

wa qur robbi anzilnii munzalam mubaarokaw wa anta khoirul-munziliin

Dan berdoalah: Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkati, dan Engkau adalah sebaik-baik Yang memberi tempat".

- Jika perlu, bacakan 2 kalimat syahadat.
__________________


Pertanyaan:
Saya punya batu-batuan untuk kalung dan gelang. Itu bagaimana ustadz?

Jawaban:
Jika terbuat dari bahan yang biasa dipakai cincin sebagaimana dijelaskan, maka perlakukannya juga sama.
___________________


Pertanyaan: 
Ustadz, terkait batu. Apakah semua batu untuk perhiasan itu harus dihancurkan? Bagaimana dengan permata berlian dan mutiara?

Jawaban:
Tentunya yang kita bahas itu berbeda dan tidak dimaksudkan untuk:
• jenis batu permata yang umum dan banyak dijual bersama emas/perak di toko perhiasan seperti berlian dan mutiara,
• yang harganya sama sesuai standar internasional dan
• yang dipasarkan di pasar perhiasan di manapun dan tidak hanya dipasarkan di kalangan terbatas/khusus bagi orang yang hobi saja atau kolektor saja.
_______________

Sabtu

BATU AKIK

Batu Akik (dan Sejenisnya) Untuk Cincin Maupun Yang Masih Batu Bongkahan


Banyak kasus terkait orang yang memiliki batu akik dan sejenisnya (lak-laki maupun perempuan, tua-muda) baik sebelum saat booming batu maupun sesudahnya. Yang sempat masuk dalam data kami berjumlah ratusan orang, dan dari kami sendiri ada lebih dari 50 orang. Itu kami anggap sebagai persoalan yang perlu dipahami oleh banyak pihak terutama para terapis.

Pemilik sebagian besar tidak berkeyakinan kepada batu itu memiliki kekuatan istimewa/ghaib, mereka beralasan hanya karena senang/koleksi/hadiah. Ada yang jumlahnya satu-dua butir maupun yang koleksi jumlah banyak. Sebagian lainnya sempat memperdagangkannya.

Rata-rata pemiliknya mengalami gangguan fisik, mental-emosional, lemah ibadah, hingga kisruh rumah tangga. Kasus semakin bertambah saat booming batu satu-dua tahun terakhir ini..

Beberapa yang diterapi merasakan berkurang drastis masalahnya saat menghancurkan batu-batu koleksinya itu. Bahkan banyak yang tanpa perlu diruqyah secara khusus.

Sebagiannya lagi (dirinya/anggota keluarganya) merasa panas/nyeri saat membacakan-meniupkan ke batu-batu mereka dengan ayat kursi dan 3 QUL.

90% pemilik beragama baik dan tidak ada keyakinan sama sekali kepada batu-batu yang mereka miliki itu.

Demikian banyak dan seringnya, maka jika ada keluhan (apapun) yang kurun waktu munculnya sekitar 1 atau 2 tahun belakangan ini, biasanya diantara pertanyaan kami adalah "punya batu akik atau tidak?"


Catt: di sini tidak terkait dengan pembahasan hukum cincin dan batu secara syariatnya.
________


Hadits Terkait dengan Cincin dan Mata Cincin

Jika dikumpulkan dari beberapa hadits tentang Nabi memakai cincin, maka bisa disimpulkan dan ditajmi' menjadi:

1. Awalnya Nabi pakai cincin dari emas/perak dengan diberi mata dari batu, memakainya di jari tangan kanan dengan batu menghadap telapak tangan. Kemudian Nabi membuangnya baik emasnya berikut batu-nya. Sambil mengatakan: "Demi ALLaah aku tidak akan memakainya lagi selama-lamanya  والله لا ألبسه أبدا". Kemudian diikuti oleh orang-orang yang sebelumnya sempat ikut membuat dan memakainya.

2. Seandainya hadits tentang membuang cincin perak itu tidak rancu (tidak tertukar) dengan membuang cincin emas, kemungkinan besar kaitannya dengan batu yang menyertainya.

3. Saat dakwah sudah ke manca negara Nabi memakai cincin perak dengan mata dari perak juga yang bertuliskan Muhammad RasuluLLaah محمد رسول الله  untuk tujuan sebagai stempel surat dan tidak pernah beliau memakainya sehari-hari.

4. Nabi menyarankan kepada laki-laki jika menginginkan pakai cincin agar memakai yang terbuat dari perak. Dan jika ingin memakaikan mata maka matanya juga dari perak dengan tidak menuliskan nama beliau.

5. Nabi melarang memakai cincin yang terbuat dari besi atau tembaga/kuningan.

____________


Beberapa Hadits tentang Cincin dan Mata Cincin.


حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اصْطَنَعَ خَاتَمًا مِنْ ذَهَبٍ وَكَانَ يَلْبَسُهُ فَيَجْعَلُ فَصَّهُ فِي بَاطِنِ كَفِّهِ فَصَنَعَ النَّاسُ خَوَاتِيمَ ثُمَّ إِنَّهُ جَلَسَ عَلَى الْمِنْبَرِ فَنَزَعَهُ فَقَالَ إِنِّي كُنْتُ أَلْبَسُ هَذَا الْخَاتِمَ وَأَجْعَلُ فَصَّهُ مِنْ دَاخِلٍ فَرَمَى بِهِ ثُمَّ قَالَ وَاللَّهِ لَا أَلْبَسُهُ أَبَدًا فَنَبَذَ النَّاسُ خَوَاتِيمَهُمْ

Telah menceritakan kepada kami Al Laits dari Nafi' dari Ibnu 'Umar radliyallahu'anhuma, bahwasanya RasuluLLaah ShallaLLaahu 'alaihiwasallam membuat cincin dari bahan emas. Cincin itu sering beliau pakai, dan beliau letakkan mata cincinnya di bagian dalam telapak tangannya. Orang-orang pun menirunya dan membuat cincin, kemudian beliau duduk diatas minbar dan mencopot cincinnya seraya mengatakan: "sesungguhnya aku selalu memakai cincin ini, dan aku meletakkan mata cincinnya di bagian dalam" kemudian beliau melemparkannya, sambil berkata: "Demi Allah, saya tidak akan memakainya selama-lamanya." Kontan para sahabat membuang cincin-cincin mereka.
(HR. Bukhari: 6160, Muslim: 3898)


أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ نَافِعٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ
اتَّخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَاتَمًا مِنْ ذَهَبٍ وَصَنَعَ فَصَّهُ مِنْ دَاخِلٍ قَالَ فَبَيْنَا هُوَ يَخْطُبُ ذَاتَ يَوْمٍ قَالَ إِنِّي كُنْتُ صَنَعْتُ خَاتَمًا وَكُنْتُ أَلْبَسُهُ وَأَجْعَلُ فَصَّهُ مِنْ دَاخِلٍ وَإِنِّي وَاللَّهِ لَا أَلْبَسُهُ أَبَدًا فَنَبَذَهُ فَنَبَذَ النَّاسُ خَوَاتِيمَهُمْ

Telah mengabarkan kepada kami Ma'mar dari Ayub dari Nafi' dari Ibnu Umar dia berkata; RasuluLLaah ShallaLLaahu 'alaihi wasallam memakai cincin emas dan meletakkan batu mata cincinnya berada dalam (telapak tangannya). Suatu hari ketika beliau berkhuthbah, beliau bersabda: " Memang kemarin saya telah mempunyai cincin dan memakainya, dan kuletakkan batu matanya dalam telapak tangan, Saya demi ALLaah, tidak memakai lagi selama-lamanya." Maka beliau kemudian menanggalkannya, lalu orang-orang pun mengikutinya.
(HR. Ahmad: 6049)

َ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَبِسَ خَاتَمَ فِضَّةٍ فِي يَمِينِهِ فِيهِ فَصٌّ حَبَشِيٌّ كَانَ يَجْعَلُ فَصَّهُ مِمَّا يَلِي كَفَّهُ

Dari Ibnu Syihab dari Anas bin Malik bahwa RasuluLLaah shallaLLaahu 'alaihi wasallam memakai cincin perak bermata batu Habsyi di tangan kanannya. Beliau meletakkan mata cincinnya di sebelah dalam telapak tangannya.
(HR. Muslim: 3908)


عَنْ ابْنِ شِهَابٍ قَالَ حَدَّثَنِي أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
أَنَّهُ رَأَى فِي يَدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَاتَمًا مِنْ وَرِقٍ يَوْمًا وَاحِدًا ثُمَّ إِنَّ النَّاسَ اصْطَنَعُوا الْخَوَاتِيمَ مِنْ وَرِقٍ وَلَبِسُوهَا فَطَرَحَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَاتَمَهُ فَطَرَحَ النَّاسُ خَوَاتِيمَهُمْ

Dari Ibnu Syihab dia berkata; telah menceritakan kepadaku Anas bin Malik radhiyaLLaahu 'anhu bahwa dia pernah melihat RasuluLLaah shallaLLaahu 'alaihi wasallam memakai cincin perak di tangannya selama satu hari, kemudian orang-orang pun ikut membuat cincin dari perak dan memakainya, lalu RasuluLLaah shallaLLaahu 'alaihi wasallam pun membuang cincin tersebut dan orang-orang pun ikut membuang cincin yang mereka kenakan."
(HR. Bukhari: 5419, Muslim: 3905)


عَنْ أَبِي بِشْرٍ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اتَّخَذَ خَاتَمًا مِنْ ذَهَبٍ وَكَانَ جَعَلَ فَصَّهُ فِي بَاطِنِ كَفِّهِ فَاتَّخَذَ النَّاسُ خَوَاتِيمَ مِنْ ذَهَبٍ فَطَرَحَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَطَرَحَ النَّاسُ خَوَاتِيمَهُمْ وَاتَّخَذَ خَاتَمًا مِنْ فِضَّةٍ فَكَانَ يَخْتِمُ بِهِ وَلَا يَلْبَسُهُ

Dari Abu Bisyr dari Nafi' dari Ibnu Umar berkata, "RasuluLLaah shallaLLaahu 'alaihi wasallam memakai cincin emas, dan beliau menghadapkan mata cincinnya ke arah telapak tangannya. Lalu orang-orang ikut memakai cincin dari emas, maka RasuluLLaah shallaLLaahu 'alaihi wasallam pun membuang cincinnya dan diikuti oleh mereka. Setelah itu beliau membuat cincin dari perak yang beliau gunakan untuk menstempel, dan tidak memakainya."
(HR. Nasa'i: 5197).

عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ خَاتَمُهُ مِنْ فِضَّةٍ وَكَانَ فَصُّهُ مِنْهُ

Dari Anas radhiyaLLaahu 'anhu bahwa Nabi shallaLLaahu 'alaihi wasallam memiliki cincin yang terbuat dari perak sedangkan batu cincinnya dari perak juga.
(HR. Bukhari: 5421)


عَنْ سَعِيدٍ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ
أَرَادَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَكْتُبَ إِلَى بَعْضِ الْأَعَاجِمِ فَقِيلَ لَهُ إِنَّهُمْ لَا يَقْرَءُونَ كِتَابًا إِلَّا بِخَاتَمٍ فَاتَّخَذَ خَاتَمًا مِنْ فِضَّةٍ وَنَقَشَ فِيهِ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ
حَدَّثَنَا وَهْبُ بْنُ بَقِيَّةَ عَنْ خَالِدٍ عَنْ سَعِيدٍ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسٍ بِمَعْنَى حَدِيثِ عِيسَى بْنِ يُونُسَ زَادَ فَكَانَ فِي يَدِهِ حَتَّى قُبِضَ وَفِي يَدِ أَبِي بَكْرٍ حَتَّى قُبِضَ وَفِي يَدِ عُمَرَ حَتَّى قُبِضَ وَفِي يَدِ عُثْمَانَ فَبَيْنَمَا هُوَ عِنْدَ بِئْرٍ إِذْ سَقَطَ فِي الْبِئْرِ فَأَمَرَ بِهَا فَنُزِحَتْ فَلَمْ يَقْدِرْ عَلَيْهِ

Dari Qatadah dari Anas bin Malik ia berkata, "RasuluLLaah shallaLLaahu 'alaihi wasallam ingin menulis surat untuk orang-orang di luar arab, lalu dikatakan kepada beliau, "Sesungguhnya mereka tidak mau membaca surat tanpa ada setempelnya." RasuluLLaah kemudian membuat cincin dari perak dan memberi ukiran Muhammad RasuluLLaah." Telah menceritakan kepada kami Wahb bin Baqiyyah dari Khalid dari Sa'id dari Qatadah dari Anas sebagaimana makna hadits Isa bin Yunus. Namun ia menambahkan, "cincin itu tetap berada dijarinya hingga meninggal, lalu pindah ke Abu Bakar hingga meninggal, lalu pindah ke Umar hingga meninggal, lalu pindah ke tangan Utsman. Dan ketika Utsman sedang berada di dekat sumur, cincin itu jatuh. Utsman memerintahkan untuk mencarinya namun tidak ketemu."
(HR. Abu Daud: 3681)


حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ بُرَيْدَةَ عَنْ أَبِيهِ
أَنَّ رَجُلًا جَاءَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَيْهِ خَاتَمٌ مِنْ حَدِيدٍ فَقَالَ مَا لِي أَرَى عَلَيْكَ حِلْيَةَ أَهْلِ النَّارِ فَطَرَحَهُ ثُمَّ جَاءَهُ وَعَلَيْهِ خَاتَمٌ مِنْ شَبَهٍ فَقَالَ مَا لِي أَجِدُ مِنْكَ رِيحَ الْأَصْنَامِ فَطَرَحَهُ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مِنْ أَيِّ شَيْءٍ أَتَّخِذُهُ قَالَ مِنْ وَرِقٍ وَلَا تُتِمَّهُ مِثْقَالًا

Telah menceritakan kepada kami AbduLLaah bin Buraidah dari Bapaknya berkata, "Seorang laki-laki datang menemui Nabi shallaLLaahu 'alaihi wasallam, sementara pada jarinya terdapat cincin dari besi. Beliau bersabda: "Kenapa aku melihat perhiasan ahli neraka pada tanganmu?" laki-laki itu pun membuang cincinnya, setelah itu ia datang kembali dan di tangannya terdapat cincin dari tembaga, beliau lalu bersabda: "Kenapa aku mendapati bau berhala darimu?" laki-laki itu lalu membuang cincinnya seraya berkata, "Wahai RasuluLLaah, lalu aku harus memakai cincin dari apa?" Beliau menjawab: "Perak, dan jangan engkau genapkan (nilai cincin itu) menjadi satu mitsqal."
(HR. Nasa'i: 5100)


R. Rosyad



Baca juga (klik):
Tanya Jawab Seputar Batu.

Kamis

Era Jababiroh (Raja Diktator)

Kita Ditakdirkan Lahir dan Hidup di Era Jababiroh

Oleh: R. Rosyad



حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ الطَّيَالِسِيُّ حَدَّثَنِي دَاوُدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الْوَاسِطِيُّ حَدَّثَنِي حَبِيبُ بْنُ سَالِمٍ عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ قَالَ
كُنَّا قُعُودًا فِي الْمَسْجِدِ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكَانَ بَشِيرٌ رَجُلًا يَكُفُّ حَدِيثَهُ فَجَاءَ أَبُو ثَعْلَبَةَ الْخُشَنِيُّ فَقَالَ يَا بَشِيرُ بْنَ سَعْدٍ أَتَحْفَظُ حَدِيثَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْأُمَرَاءِ فَقَالَ حُذَيْفَةُ أَنَا أَحْفَظُ خُطْبَتَهُ فَجَلَسَ أَبُو ثَعْلَبَةَ فَقَالَ حُذَيْفَةُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّةً فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ثُمَّ سَكَتَ

Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Dawud Ath Thiyalisi telah menceritakan kepadaku Dawud bin Ibrahim Al Wasithi telah menceritakan kepadaku Habib bin Salim dari An Nu'man bin Basyir ia berkata, 
"Kami pernah duduk-duduk di dalam Masjid bersama RasuluLLaah shallaLLaahu 'alaihi wasallam. kemudian Basyir menahan pembacaan haditsnya. Kemudian datanglah Abu Tsa'labah Al Khusyani dan berkata, "Wahai Basyir bin Sa'd, apakah kamu hafal hadits RasuluLLaah shallaLLaahu 'alaihi wasallam berkenaan dengan Umara` (para pemimpin)?" kemudian Hudzaifah berkata, "Aku hafal Khutbah beliau." Maka Abu Tsa'labah pun duduk, kemudian Hudzaifah berkata, "RasuluLLaah shallaLLaahu 'alaihi wasallam bersabda:

  • 'Akan berlangsung nubuwwah (kenabian) di tengah-tengah kalian selama kurun waktu tertentu yang ALLaah kehendaki lalu Dia mengangkatnya (berakhir) bila Dia menghendaki untuk mengangkatnya (mengakhirinya).
  • Kemudian berlangsung khilafah 'ala minhajin nubuwah kekhilafahan sesuai sistem kenabian selama kurun waktu tertentu yang ALLaah kehendaki lalu Dia mengangkatnya bila Dia menghendaki untuk mengangkatnya.
  • Kemudian berlangsung mulkan 'aadh-dhan (kerajaan "menggigit") selama kurun waktu tertentu yang ALLaah kehendaki lalu Dia mengangkatnya bila Dia menghendaki untuk mengangkatnya.
  • Kemudian berlangsung mulkan jabriyatan (kerajaan diktator) selama kurun waktu tertentu yang ALLaah kehendaki lalu Dia mengangkatnya bila Dia menghendaki untuk mengangkatnya.
  • Kemudian akan berlangsung kembali khilafah 'ala minhajin nubuwah kekhalifahan sesuai sistem kenabian.
Setelah itu beliau diam.
(HR. Ahmad: 17680)

_____________________


Zaman Jababiroh (mulkan jabariyan) periode ke-4 memang berbeda dengan 3 periode sebelumnya. Dan di zaman ini kita dilahirkan, orang tua kita dilahirkan, kakek nenek kita dilahirkan... dan seterusnya.

3 periode sebelumnya:

  1. Kenabian, ~ selama 23 tahun.
  2. Khilafah Rasyidah ('ala minhajin nubuwwah) ~ selama 30 tahun, dan
  3. Mulkan 'aadh-dhan, ~ era mulkan 'aadh-dhan eksis selama 1300 tahun (tahun 41 H sd 1342 H). Terdiri dari 3 bani besar kedisnatian berganti memimpin umat dengan segala pasang surut kualitas pemerintahan dan kepemimpinannya: Umawiyah, Abasiyah & Utsmaniyah, dan beberapa Mamalik, dan terakhir dipegang dinasti Utsmaniyah). Yang pasti, secara formal semua kekuasaan di era ini masih bersistemkan Islam dalam pemerintahan dan masyarakatnya. 


Berakhirnya kekhalifahan dinasti 'Utsmaniyah dimulai ketika pada 1909 Sultan Abd-ul-Hamid II dicopot kekuasaannya melalui kudeta militer, sekaligus memaksanya untuk mengumumkan sistem pemerintahan perwakilan dan membentuk parlemen untuk yang kedua kalinya. Ia diasingkan ke Tesalonika, Yunani.

Selama Perang Dunia I, ia dipindahkan ke Istana Belarbe. Pada 10 Februari 1918, Abd-ul-Hamid II meninggal tanpa bisa menyaksikan runtuhnya institusi Negara Khilafah tahun1924 M atau 1342 H.

____________

Jauh sebelum kejatuhan khilafah Utsmaniyah th 1924, kerajaan-kerajaan Eropa telah bergerak ke berbagai negeri yang di sana kerjaan-kerjaan Islam memerintah dan kaum muslimin hidup dalam sistem Islam.

Di Nusantara, kerajaan Islam tertua yang pertama adalah kerajaan Islam (Syiah?) Perlak-Aceh tahun 840 sd 1292 M. Kemudian kerajaan Samudra Pasai (Sunni) tahun 1267 sd 1521 M. Disusul penyebaran kerajaan-kerajaan Islam lainnya ke wilayah Sumatera lainnya.

Di Maluku, kerajaan Islam Tidore berdiri tahun 1110 M, kemudian Ternate 1257 M, disusul Jailolo, Bacan 1521 M wilayahnya hingga Papua Barat, kemudian disusul kerajaan-kerajaan lainnya.

Sulawesi, diawali dengan berdirinya Kesultanan Buton 1322 M, kemudian disusul abad 16 kesultanan Goa, Banggai, dan Bone abad 17.

Di Kalimantan, diawali kesultanan Berau (Kalimantan Utara) tahun 1377 M, kemudian kesultanan Paser 1516 M, kemudian kesultanan Banjar tahun 1526 M, dan disusul kerajaan-kerajaan lainnya di Kalimantan.

Di Jawa, kesultanan Cirebon lebih dulu berdiri 1430 M, kemudian Demak 1475 M yang kemudian disusul kerajaan-kerajaan Islam lainnya yang besar di Jawa (Banten 1524 M, Pajang 1568 M, Mataram 1586 M, Ngayogyakarta Hadiningrat 1755 M dan Surakarta Hadiningrat hingga sekarang).

Adapun kerajaan-kerajaan Islam di Papua dan Nusa Tenggara Barat merupakan perluasan dakwah dari kerajaan-kerajaan Maluku, Kalimantan, Sulawesi dan Jawa serta Madura.

_______

Masa kerajaan-kerajaan Eropa bergerak ke wilayah Islam.

Portugis masuk Malaka th 1511 M, sempat berkuasa hgg 1641 M. Yang menarik adalah digunakannya mata uang Portugis saat itu adalah Dinar Portugis (Dinheiro - DMP).

Belanda masuk lewat wajihah ekonominya VOC (wajihah ekonomi milik Freemasonry) tahun 1595 M dipimpin oleh Cornelius de Houtman (sebagian yang menetapkan dimulai tahun 1522 tidak sesuai dengan sejarah berdirinya kerajaan Islam Banten).
VOC berakhir tahun 1799 M karena kebangkrutan yang disebabkan banyaknya korupsi di internal petingginya. Kemudian pendudukan dilanjutkan penyerahannya kepada pemerintah kerajaan Belanda hingga pendudukan Jepang tahun 1942.
Berarti pemerintah Hindia-Belanda menduduki sebagian Nusantara sekitar satu abad dan selebihnya adalah VOC (lembaga dagang) yang sebagian besar elitnya berideologi Freemasonry.

Jika dihitung sejak masuknya Portugis-Inggris-Belanda ke tanah air itu sudah terjadi sejak abad 16 kemudian jatuhnya Khilafah Utsmaniyah pada abad 20, maka sebetulnya sudah terjadi pertarungan dalam banyak hal selama 300-400 tahun di seluruh wilayah kekuasaan umat Islam, termasuk di Nusantara.



Beberapa Organisasi Islam Nusantara yang Tumbuh Sebelum dan Sesudah Keruntuhan Khilafah 1924 M


1. SDI - SI
Sarikat Dagang Islam awal pertama didirikan Haji Samanhudi tahun 1905 sebagai gerakan ekonomi yang pada kongres pertama di Solo tahun 1906 berganti nama menjadi Sarikat Islam, kemudian menjadi gerakan dakwah-sosial-politik dengan nama resmi Sarikat Islam didaftarkan ke notaris di Solo oleh HOS Cokroaminoto pada tahun 1912 yang terus bermetamorfosa sebagai gerakan Politik bernama Partai Sarikat Islam tanggal 10 September tahun 1920.


2. Muhammadiyah
Muhammadiyah berdiri tanggal 18 November 1912 oleh KH Ahmad Dahlan - Muhammad Darwisy. Tahun 1909 beliau mencoba dakwah di kalangan elit dan ilmuwan dengan cara masuk ke Boedi Oetomo (BO) yang berdiri tahun 1908. Walaupun cukup mempengaruhi beberapa tokoh yang ada, beliau merasa sulit mengembangkan gerak dakwah di sana karena sebagian besar yang di BO adalah para tokoh Freemasonry. Maka beliau mendirikan sendiri organisasi dakwah dengan nama Persyarikatan Muhammadiyah.


3. Al-Irsyad
Perhimpunan Al-Irsyad Al-Islamiyyah (Jam’iyat al-Islah wal Irsyad al-Islamiyyah) berdiri pada 6 September 1914 (15 Syawwal 1332 H). Tanggal itu mengacu pada pendirian Madrasah Al-Irsyad Al-Islamiyyah yang pertama, di Jakarta. Pengakuan hukumnya sendiri baru dikeluarkan pemerintah Kolonial Belanda pada 11 Agustus 1915.

Tokoh sentral pendirian Al-Irsyad adalah Al-’Alamah Syeikh Ahmad Surkati Al-Anshori, seorang ulama besar Mekkah yang berasal dari Sudan. Pada mulanya Syekh Surkati datang ke Indonesia atas permintaan perkumpulan Jami’at Khair -yang mayoritas anggota pengurusnya terdiri dari orang-orang Indonesia keturunan Arab golongan sayyid, dan berdiri pada 1905. Nama lengkapnya adalah SYEIKH AHMAD BIN MUHAMMAD ASSOORKATY AL-ANSHARY.


4. Persis
Persatuan Islam (Persis) tanggal 12 September 1923 yang digagas oleh pendirinya H. Zamzam dan H. Muhammad Yunus, di Bandung.


5. Jam'iyatul Khair
Jam'iyatul Khair yang secara gerakan ormas sudah muncul awal abad 20 (1901 ?). Dan sekitar 1911 mendirikan pusat gerakannya di jalan Mas Mansur Tanah Abang. Sebagai organisasi yang menampung aspirasi baik Al-Alawiyyin, Al Masyaikh dan Al-Ajami, yang kemudian tanggal 27 Desember 1928 izin pertama berdirinya Ar-rabithah Al-Alawiyyah dari pemerintah Belanda, dan izin kedua 27 November 1929.


6. Nahdhatul Ulama
Berdiri tgl 31 Januari 1926 Oleh KH. Hasyim Asy'ari.....



** berlanjut....

Rabu

Serial Nafs: Testimoni Ikhtiar Nafs

Untuk Marqi (yang diterapi):

Terutama untuk Doa Ikhtiar Pembebas Nafs... ini bisa kita jadikan metode untuk mengetahui apakah ada Nafs pasien yang terpenjara atau tergadai oleh Jin maupun yang terlepas.


Contoh 1:
Pasien ibu-ibu sering rontok rambutnya dari SMA sampai sekarang sudah punya anak 1. Ketika saya tanya tentang nasab ternyata bapaknya dulu suka ngelmu dan simpan benda pusaka. Asumsi saya sakitnya ini bisa jadi ada Nafs di kepalanya yang sudah tergadai.

Ketika saya minta baca doa ikhtiar pembebas si ibu merasakan merinding dan ada terasa angin dingin masuk ke kepalanya. Wallahu a'lam apakah ini Nafsnya yang kembali atau bukan. yang jelas setelah itu merasaka agak ringan di kepalanya.



Contoh 2 :
Ada seorang muslimah sering kesurupan. Setelah digali nasabnya ternyata sama. Bapaknya masih aktif sebagai dukun dan masih menyimpan benda-benda pusaka 1 lemari.

Saat baca doa ikhtiar pembebas Nafs dia melihat ke 6 saudaranya sedang terpenjara dalam peti besar. Kami coba bebaskan dan berhasil. Asumsi ke 6 saudaranya Nafsnya sudah tergadai. Dan ternyata setelah kita bebaskan Jin penunggu peti itu marah-marah dan mengakui bahwa semua keluarganya sudah tergadai dengan si Jin yang selama ini membantu bapaknya.



Untuk Roqi:

Yang jelas lebih mempermudah mengidentifikasi penyakit ini karena medis atau non medis terutama ada kaitanya dengan Nafs yang terlepas atau tidak.



Selasa

Aku Sesuai Prasangka Hamba-Ku Kepada-Ku

Ana 'inda zhonni 'abdiy biyya


Lanjutan dari tulisan sebelumnya "KOREKSI"


Hadits Ana 'inda zhonni 'abdiy biyya itu harus disebutkan dulu secara lengkap. Karena hal tersebut dimaksudkan dengan keimanan dan keyakinan kepada ALLaah swt, berupaya selalu mendekat (taqorrub) dan mengingat (berdzikir) kepadaNya.

Husnuzh zhan kepada ALLaah swt adalah beriman dan yakin kepadaNya bahwa segala ketetapan dan keputusanNya itu adalah kebaikan semata bagi diri kita. Sehingga kita menjaga diri dengan selalu mengingatNya, mendekatkan diri dan selalu memohon pertolongan-Nya.

 عن جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ أنه يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا يَمُوتَنَّ أَحَدُكُمْ إِلَّا وَهُوَ يُحْسِنُ الظَّنَّ بِاللَّهِ

Dari Jabir bin AbdiLLaah bahwa dia berkata: aku mendengar RasuluLLaah shallaLLaahu 'alaihi wasallam bersbda: "Janganlah salah seorang di antara kalian mati melainkan ia harus berhusnuzh zhon pada ALLaah.
(HR. Ahmad no. 14053, Muslim juga meriwayatkan dengan redaksi وَهُوَ يُحْسِنُ بِاللَّهِ الظَّنَّ )

Hadits-hadits terkait dengan
AKU sesuai prasangka hamba-Ku kepada-Ku


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ حِينَ يَذْكُرُنِي إِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ هُمْ خَيْرٌ مِنْهُمْ وَإِنْ تَقَرَّبَ مِنِّي شِبْرًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ مِنْهُ بَاعًا وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً

Dari Abu Hurairah dia berkata; Nabi shallaLLaahu 'alaihi wasallam bersabda: "ALLaah 'azza wajalla berfirman; 'Aku sesuai prasangka hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku akan bersamanya selama ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam dirinya maka Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku, jika ia mengingat-Ku dalam sekumpulan orang maka Aku akan mengingatnya dalam sekumpulan yang lebih baik dan lebih bagus darinya. Jika ia mendekat kepada-Ku satu jengkal maka Aku akan mendekat kepada-Nya satu hasta, jika ia mendekat kepada-Ku satu hasta maka Aku akan mendekat kepadanya satu depa, dan jika ia mendatangi-Ku dengan berjalan maka Aku akan mendatanginya dengan berlari kecil."
(HR. Al-Bukhari: 6586, Muslim: 4832)


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ حَيْثُ يَذْكُرُنِي وَاللَّهِ لَلَّهُ أَفْرَحُ بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ مِنْ أَحَدِكُمْ يَجِدُ ضَالَّتَهُ بِالْفَلَاةِ وَمَنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ شِبْرًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا وَمَنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا وَإِذَا أَقْبَلَ إِلَيَّ يَمْشِي أَقْبَلْتُ إِلَيْهِ أُهَرْوِلُ

Dari Abu Hurairah dari RasuluLLaah shallaLLaahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: 'ALLaah ta'ala berfirman: Aku bersama persangkaan hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku bersamanya ketika dia mengingat-Ku. Demi ALLaah, ALLaah Ta'ala sangat gembira menerima taubat seseorang kamu, melebihi kegembiraan seseorang yang menemukan kembali barangnya yang hilang di suatu tempat yang luas. Barangsiapa mendekat kepada-Ku sejengkal, maka Aku akan mendekat kepadanya sehasta. Apabila ia mendekat kepada-Ku sehasta, maka Aku akan mendekat kepadanya sedepa. Apabila ia datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku akan datang kepadanya dengan berlari kecil.'
(HR. Muslim: 4927)

___________________________

Banyak yang memaksakan hadits-hadits itu sebagai dalil dari teori "Anda Adalah Seperti Yang Anda Pikirkan".
Prasangka kepada ALLaah Yang harus kita jaga dengan sebaik-baiknya prasangka (iman, yakin, amal) berubah menjadi kekuatan pikiran.

Jika ini dibiarkan dan tidak dikembalikan kepada tempatnya lagi bisa berubah sebagi ungkapan-ungkapan yang meniadakan ALLaah swt dalam kehidupannya. Yang ada adalah semua tergantung pikiran kita sendiri. Kalau pikiran buruk maka keburukan akan mengenai kita, dan jika pikiran baik (positif) maka kebaikan akan kita dapatkan.

Padahal, hadits-hadits shahih yang terkait dengan kalimat  أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي  'Aku sesuai prasangka hamba-Ku kepada-Ku, itu berhubungan dengan:


  • Mengingat ALLaah swt yang terus menerus (perlu dijabarkan lagi tentang makna berdzikir). Bersama ALLaah swt dalam niat, konsep, praktek, permintaan dan harapan.
  • Taubatnya hamba kepadaNya. Pernyataan dan komitmen selalu kembali kepada ALLaah swt.
  • Taqorrub kepada ALLaah swt.

Jadi, prasangka di situ tidak kosongan terserah manusianya mau bagaimana maka akan terjadi seperti itu.
Segala sesuatunya bi masyii-atiLLaah  بمشيئة الله (dengan kehendak ALLaah) dan kita harus menyatakan itu dalam niat, pikiran, tindakan, permintaan dan harapan.


R. Rosyad