Sebaik-baik dari kalian adalah orang yang mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya (H.R. Bukhari)

Sabtu

Seri 'Iedul Fithri TQ

Makan Sebelum Berangkat Sholat 'Iedul Fithri


Selain mandi dan berhias (tidak tabarruj), sebelum berangkat ke tempat sholat disunnahkan makan. Diutamakan kurma dalam jumlah ganjil..

ٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَغْدُو يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَأْكُلَ تَمَرَاتٍ
وَقَالَ مُرَجَّأُ بْنُ رَجَاءٍ حَدَّثَنِي عُبَيْدُ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنِي أَنَسٌ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَيَأْكُلُهُنَّ وِتْرًا

Dari Anas bin Malik berkata, "Pada hari raya 'idul fithri Rasulullah ﷺ  tidak berangkat untuk melaksanakan shalat hingga beliau makan beberapa butir kurma."
Murajja' bin Raja' berkata; telah menceritakan kepadaku 'Ubaidullah berkata, telah menceritakan kepadaku Anas dari Nabi ﷺ, "Beliau makan beberapa kurma dengan bilangan ganjil."
(HR. Bukhari: 900)

Lalu keluar dengan melafazhkan takbir(an), selesai sholat (jika memungkinkan) sebaiknya melalui rute jalan yang berbeda, dan boleh saling ucapkan tahniah (taqobbalaLLaah....dan seterusnya atau yang sejenisnya).


H. Riyadh Rosyadi

Jumat

Seri Ramadhaniyah TQ: Makna Al-'Afwu

Al-'Afwu

Secara Terminologis

Al-‘afwu berasal dari akar kata  عفا، يعف، عفوا، العفوة
artinya, mema’afkannya, mengampuninya.

Al-‘afwu berarti juga “berlebihan”.



Secara Etimologis

Berarti mema’afakan atau memberi maaf pihak lain; 

juga dapat berarti menahan diri, menghapuskan dan menggurkan kesalahan pihak lain terhadap pada dirinya.



Secara terminologi berdasarkan ayat-ayat Alquran

Ada berberapa makna konotatif. Di antaranya:

1. Meninggalkan, menghapuskan atau mengabaikan;
QS. Al-Baqarah (2): 109; 178 dan 237.


وَدَّ کَثِيْرٌ مِّنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ  لَوْ يَرُدُّوْنَكُمْ مِّنْۢ بَعْدِ اِيْمَانِكُمْ كُفَّارًا   ۚ  حَسَدًا مِّنْ عِنْدِ  اَنْفُسِهِمْ مِّنْۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَـقُّ  ۚ  فَاعْفُوْا  وَاصْفَحُوْا حَتّٰى يَأْتِيَ اللّٰهُ بِاَمْرِهٖ  ۗ  اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى کُلِّ شَيْءٍ  قَدِيْرٌ

"Banyak di antara Ahli Kitab menginginkan sekiranya mereka dapat mengembalikan kamu setelah kamu beriman, menjadi kafir kembali, karena rasa dengki dalam diri mereka setelah kebenaran jelas bagi mereka. Maka maafkanlah dan berlapang dadalah sampai Allah memberikan perintah-Nya. Sungguh, Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."
[QS. Al-Baqarah (2): 109]


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِصَاصُ فِي الْقَتْلَى ۖ الْحُرُّ بِالْحُرِّ وَالْعَبْدُ بِالْعَبْدِ وَالْأُنْثَىٰ بِالْأُنْثَىٰ ۚ فَمَنْ عُفِيَ لَهُ مِنْ أَخِيهِ شَيْءٌ فَاتِّبَاعٌ بِالْمَعْرُوفِ وَأَدَاءٌ إِلَيْهِ بِإِحْسَانٍ ۗ ذَٰلِكَ تَخْفِيفٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَرَحْمَةٌ ۗ فَمَنِ اعْتَدَىٰ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَلَهُ عَذَابٌ أَلِيمٌ

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih."
[QS. Al-Baqarah (2): 178]


وَإِنْ طَلَّقْتُمُوهُنَّ مِنْ قَبْلِ أَنْ تَمَسُّوهُنَّ وَقَدْ فَرَضْتُمْ لَهُنَّ فَرِيضَةً فَنِصْفُ مَا فَرَضْتُمْ إِلَّا أَنْ يَعْفُونَ أَوْ يَعْفُوَ الَّذِي بِيَدِهِ عُقْدَةُ النِّكَاحِ ۚ وَأَنْ تَعْفُوا أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۚ وَلَا تَنْسَوُا الْفَضْلَ بَيْنَكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

"Jika kamu menceraikan isteri-isterimu sebelum kamu bercampur dengan mereka, padahal sesungguhnya kamu sudah menentukan maharnya, maka bayarlah seperdua dari mahar yang telah kamu tentukan itu, kecuali jika isteri-isterimu itu memaafkan atau dimaafkan oleh orang yang memegang ikatan nikah, dan pemaafan kamu itu lebih dekat kepada takwa. Dan janganlah kamu melupakan keutamaan di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Melihat segala apa yang kamu kerjakan."
[QS. Al-Baqarah (2): 237]


Meringankan atau memudahkan;
• Memperluas;
QS. Al-Baqarah (2) : 187

أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَىٰ نِسَائِكُمْ ۚ هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَهُنَّ ۗ عَلِمَ اللَّهُ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَخْتَانُونَ أَنْفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنْكُمْ ۖ فَالْآنَ بَاشِرُوهُنَّ وَابْتَغُوا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ ۚ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ۖ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ ۚ وَلَا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ ۗ تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ فَلَا تَقْرَبُوهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ آيَاتِهِ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ

Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.

[QS. Al-Baqarah (2): 187]


• Kelebihan;
QS. Al-Baqarah (2) : 219

يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ ۖ قُلْ فِيهِمَا إِثْمٌ كَبِيرٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَإِثْمُهُمَا أَكْبَرُ مِنْ نَفْعِهِمَا ۗ وَيَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنْفِقُونَ قُلِ الْعَفْوَ ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الْآيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُونَ

Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: "Yang lebih dari keperluan". Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir,

[QS. Al-Baqarah (2): 219]


• Menambah banyak
QS. Al-A'raf (7) : 95

ثُمَّ بَدَّلْنَا مَكَانَ السَّيِّئَةِ الْحَسَنَةَ حَتَّىٰ عَفَوْا وَقَالُوا قَدْ مَسَّ آبَاءَنَا الضَّرَّاءُ وَالسَّرَّاءُ فَأَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ

Kemudian Kami ganti kesusahan itu dengan kesenangan hingga keturunan dan harta mereka bertambah banyak, dan mereka berkata: "Sesungguhnya nenek moyang kamipun telah merasai penderitaan dan kesenangan", maka Kami timpakan siksaan atas mereka dengan sekonyong-konyong sedang mereka tidak menyadarinya.
[QS. Al-A'raf (7): 95]


Kita berharap kpd ALLaah Al-'Afuwwu, memberikan kepada kita 'Afwa:

  1. Mengabaikan segala catatan buruk kita dan menghapuskannya.
  2. Memaafkan segala kesalahan-kesalahan itu dan mengampuninya.
  3. Meringankan proses hisab dan memudahkan jalan ke jannahNya.
  4. Meluaskan, melebihkan dan menambah banyak karuniaNya sehingga kita bisa meluaskan dan membaginya kepada siapapun pihak yang kita kehendaki dengan seizinNya.


Yaa ALLaah, jadikanlah itu semua setara dengan nilai 1000 bulan atau 83,4 tahun...



HR. Rosyadi


Seri Ramadhaniyah TQ: Lailatul Qadr 2

TERUS CARI SEBELUM MALAM RAMADHAN BERAKHIR


Nggak perlu ribet nebak-nebak Lailatul Qadr malam yang ke berapa yaa...? 

Kerahkan saja kemampuan terbaik untuk mendapatkannya di setiap malam. Pasti - dengan izin ALLaah - kita akan dapat malam (lailatul) qadr.

Kalau punya uang Rp 10 jt, Infaq saja 1 jt tiap malamnya... pasti - dengan izin ALLaah - akan dapat 30 ribu kali lipatnya alias Rp 30 milyar.

Mau lebih besar dari itu? Kalau punya Rp 100 jt, kenapa tidak sekalian saja.. tiap malam 10 jt, pasti - dengan izin ALLaah - akan dapat Rp 300 milyar...
Itu perhitungan angka-angka dunia...

عن أَبي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم
أَلاَ إِنَّ سِلْعَةَ اللَّهِ غَالِيَةٌ أَلاَ إِنَّ سِلْعَةَ اللَّهِ الْجَنَّةُ

Abu Hurairah radhiyaLLaahu ‘anhu meriwayatkan bahwa RasuluLLaah shallaLLaahu ‘alaihi wasallam bersabda: “ingatlah sesungguhnya barang dagangan ALLaah itu mahal harganya dan ketauhilah bahwa sesungguhnya barang dagangan ALLaah itu adalah jannah”
(HR. Tirmidzi, shahih di dalam kitab Silsilat Al Ahadits Ash Shahihah, no 954 - oleh Al Albani).

Kita butuh modal banyak untuk bisa menebus jannah ALLaah..

Jika ada orang yang harus ke neraka dulu untuk dibersihkan sebelum akhirnya dimasukkan ke surga. Maka yang kita inginkan adalah "nilai" yang bisa menebus jannah-Nya dalam posisi kita terjauhkan sejauh-jauhnya dari neraka. Itu baru yang namanya sukses besar...

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۖ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah berhasil-beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang bisa menipu.
[QS. Ali Imran (3): 185]

Jika ada orang hidup selama 80 tahun dalam keadaan terus menerus beribadah, terampuni dari segala dosa dan terhapuskan segala jejak khilaf dan salah karena lalai atau sengaja, sungguh amat berbahagialah dia. Bagaimanakah jika hidup penuh kebaikan selama 83,4 tahun bisa kita dapatkan hanya di satu malam saja?

Mari.. jangan anggap diri kita sudah mendapatkannya, sebelum yakin malam Ramadhan ini berakhir.

Semoga kita yang mendapatkan keberuntungan dari ALLaah swt bisa melakukan kebaikan yang terbaik di salah satu malam yang kebaikannya digandakan 1000 bulan - 83,4 tahun.

Salinglah mendoakan agar kita semua mendapatkan malam itu dalam keadaan ibadah terbaik, dengan melafazhkan

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى

Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu anni

Ya ALLaah sesungguhnya Engkau adalah Al-Afuwwu yang menyukai 'afw, maka berilah aku 'afw..


HR. Rosyadi



Baca:
Makna Al-'Afwu

Kamis

Seri Ramadhaniyah TQ: Lailatul Qadr

Temukan di 10 Malam Terakhir


Malam qadr terdapat pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, sebagaimana hadits shahih dari Nabi shallaLLaahu ’alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda,

هِيَ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

(Lailatul qadr) itu di sepuluh malam terakhir dari Ramadhan.

Dan itu terdapat pada malam ganjil dari sepuluh malam terakhir Ramadhan.

Persoalannya, ganjil itu patokannya bisa dari hari yang telah lewat (dari depan), maka ia dicari pada malam 21, 23, 25, 27 dan 29.
Dan bisa juga berpatokan kepada hari yang tersisa, sebagaimana Nabi shallaLLaahu ’alaihi wa sallam bersabda,

لِتَاسِعَةٍ تَبْقَى لِسَابِعَةٍ تَبْقَى لِخَامِسَةٍ تَبْقَى لِثَالِثَةٍ تَبْقَى

Pada sembilan malam yang tersisa, tujuh malam yang tersisa, lima malam yang tersisa, tiga malam yang tersisa.

Sehingga jika Ramadhan ada 30 hari maka lailatul qadr terdapat pada malam-malam genapnya, dan jadilah malam ke-22 sebagai sembilan hari yang tersisa dan malam ke-24 sebagai tujuh hari yang tersisa dan begitu selanjutnya, yaitu terletaknya lailatul qadr pada malam 22, 24, 26 dan 28.

Dan jika Ramadhan-nya 29 hari, maka hitungan malam ganjil dengan penanggalan sisa hari sama dengan perhitungan dari awal, yaitu tanggal 21, 23, 25, 27, 29.

Sedangkan hari terakhir Ramadhan belum diketahui secara ru`yah hilal (apakah 29 atau 30 hari) maka dengan demikian hendaknya kita berusaha untuk mendapatkan lailatul qadr pada sepuluh malam terakhir seluruhnya. Dan itu sesuai dengan anjuran Nabi,

تَحَرَّوْهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ

Temukan dia (lailatul qadr) pada sepuluh malam terakhir.



HR Rosyadi

Selasa

Seri Tanya Jawab TQ: Mengapa Harus RID

Pertanyaan:

Ustadz, mengapa harus RID (Ruqyah Indzar Da'awi), mengapa harus mendakwahinya?



Jawaban:

PENTING

Jika dalam ruqyah terindikasi menguat adanya keterlibatan makhluk lain yang mengganggu.


Perlu dipahami bahwa,
Sikap mendakwahi beda dengan sikap memerangi..

(sekalipun perang, maka harus tetap dengan adab dan akhlaq).

Dakwah itu ada hubb (cinta) dan ulfah (merangkul), dalam rangka ishlah (perbaikan) - lebih banyak kelembutan dan rahmah.
Perang itu keras, tegas, menampilkan kekuatan dan tekanan sehingga lawan merasakan "kekasaran dan kekerasan" - Ghilzhoh.

Pastikan dulu, objek yang dihadapi itu yang mana?
Kalau sekedar petugas-petugas/aparaturnya aja, apalagi karena suatu kecelakaan/musibah (rumahnya terbakar/rusak, keluarganya terluka/terbunuh) karena ketidaktahuan atau ketidaksengajaan, maka mereka itu patut didakwahi. Itu bukan diperangi tapi didakwahi.

Kalau sekelas PENISTA AGAMA terutama mereka yang ada di belakangnya, maka itu memang pantas untuk diperangi.


Pastikan dulu..
Sehingga bisa menempatkan obyek yang dihadapi apakah sebagai obyek dakwah yang perlu didakwahi ataukah obyek musuh yang harus diperangi.

Kesabaran dan keteguhan menjadi modal untuk mendakwahi.


وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?"

وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ۚ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ

Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.

وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ

Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.

[QS. Fussilat (41): 33-35].


Hawa (aura) orang yang sayang dengan yang marah akan berbeda. Dan makhluk lain akan merasakan..
Sayang memancarkan kesejukan dan ketenangan..
Marah memancarkan panas dan perlawanan..

Pastikanlah saat mendakwahi, niat kita kuat untuk ishlah.. ada hubb (cinta) dan ulfah (merangkul).. jiwa-jiwa lain - in syaaALLaah - akan merasakannya.


قَالَ يَا قَوْمِ أَرَأَيْتُمْ إِنْ كُنْتُ عَلَىٰ بَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّي وَرَزَقَنِي مِنْهُ رِزْقًا حَسَنًا ۚ وَمَا أُرِيدُ أَنْ أُخَالِفَكُمْ إِلَىٰ مَا أَنْهَاكُمْ عَنْهُ ۚ


إِنْ أُرِيدُ إِلَّا الْإِصْلَاحَ مَا اسْتَطَعْتُ ۚ

وَمَا تَوْفِيقِي إِلَّا بِاللَّهِ ۚ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ


Syu'aib berkata: "Hai kaumku, bagaimana pikiranmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan dianugerahi-Nya aku dari pada-Nya rezeki yang baik (patutkah aku menyalahi perintah-Nya)? Dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu (dengan mengerjakan) apa yang aku larang.

Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan.

Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali.


[QS. Hud (11): 88].



HR. Rosyadi