Sebaik-baik dari kalian adalah orang yang mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya (H.R. Bukhari)

Senin

Seri Tanya Jawab: Menerima Upah dari Meruqyah, Bolehkah...?

HADITS-HADITS TENTANG RUQYAH YANG HAQ

Tanya jawab salah satu anggota room Terapi Quran dengan ustadz Riyadh Rosyadi.


Tanya:
Bolehkah menerima uang atau harta pemberian dari proses meruqyah?


Jawab:
Ada beberapa hadits terkait dengan upah/pemberian dari meruqyah,


١. عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه قال:
أنَّ ناسًا من أصحابِ النبيِّ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ أتوا على حيٍّ من أحياءِ العربِ فلم يُقْرُوهم ، فبينَما همْ كذلِك ، إذْ لُدِغَ سيدُ أولئكَ ، فقَالوا : هلْ معَكُمْ من دَوَاءٍ أوْ راقٍ ؟ فقالوا : إنكُمْ لمْ تُقْرُونَا ، ولا نفعلُ حتى تجعَلوا لنَا جُعْلًا ، فجَعلوا لهم قطيعًا من الشاءِ ، فجعلَ يقرأُ بأمِّ القرآنِ ، ويجمعُ بزَاقَهُ ويَتْفُلُ ، فبَرَأَ فأتَوا بالشَّاِء ، فقالوا : لا نأْخُذُهُ حتى نسألَ النبيَّ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ فسأَلوهُ فضَحِكَ وقالَ : ومَا أدراكَ أنها رُقيةٌ ، خذُوهَا واضرِبوا لي بِسَهْمٍ. 
 (رواه البخاري ٥٧٣٦، ومسلم ٢٢٠١)

1. Dari Abu Sa'id Al-Khudri radhiyaLLaahu 'anhu, dia berkata: Bahwasanya sekelompok orang dari sahabat Nabi shallaLLaahu 'alaihi wasallam mendatangi suatu desa dari desa-desa Arab, tapi penduduknya tidak mau menjamu mereka. Ketika mereka seperti itu, tiba-tiba saja pemimpin desa tadi disengat binatang. Maka mereka berkata: “Apakah kalian punya obat atau orang yang ahli ruqyah (jampi)?” Maka mereka menjawab: “Kalian tadi tidak mau menjamu kami. Dan kami tidak akan mengobati sampai kalian memberikan untuk kami upah.” Maka mereka memberikan upah untuk mereka tiga puluh ekor kambing. Maka mulailah dia (Abu Sa’id) membaca Ummul Qur’an dan mengumpulkan ludahnya lalu meludahkannya sedikit (ke kepala kampung). Maka sembuhlah dia. Lalu mereka mendatangkan kambing-kambing itu. Para Shohabat tadi berkata: “Kita tidak mengambilnya sampai kita bertanya kepada RasuluLLaah shallaLLaahu 'alaihi wasallam". Maka merekapun bertanya kepada beliau. Maka beliau tertawa seraya bersabda: “Dari mana engkau tahu bahwasanya Ummul Kitab adalah ruqyah. Ambillah kambing-kambing tadi, dan berilah aku bagian darinya".
(HR. Al Bukhoriy 5736 dan Muslim 2201).



٢. عن عبد الله بن عباس رضي الله عنهما قال:
أنَّ نفَرًا من أصحابِ النبيِّ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ مَرُّوا بماءٍ ، فيهمْ لَدِيغٌ أو سَلِيمٌ ، فَعَرَضَ لهمْ رجلٌ من أهلِ الماءِ ، فقالَ : هلْ فيكمْ منْ راقٍ ، إنَّ في الماءِ رجلًا لدِيغًا أو سَليمًا ، فانطلقَ رجلٌ منهمْ ، فقرأَ بفاتحةِ الكتابِ على شَاءٍ ، فبَرَأَ ، فجاءَ بالشَّاءِ إلى أصحابِهِ ، فَكرِهوا ذلكَ وقالُوا : أَخَذْتَ على كتابِ اللهِ أجرًا ، حتى قدِمُوا المدينةَ ، فقالوا : يا رسولَ اللهِ ، أخَذَ على كتابِ اللهِ أجرًا ، فقالَ رسولُ اللهِ صلى اللهُ عليهِ وسلَّمَ : إنَّ أحقَّ ما أخَذْتُمْ عليهِ أجرًا كتابُ اللهِ .
(رواه البخاري في صحيح البخاري ٥٧٣٧)

2. Dari AbduLLaah bin Abbas radhiyallahu ’anhuma, dia berkata: Bahwasanya sekelompok dari sahabat Nabi shallaLLaahu 'alaihi wasallam melewati suatu desa yang di kalangan mereka ada orang yang tersengat. Maka salah seorang penduduk desa tadi menghadang mereka seraya berkata: “Apakah di kalangan kalian ada orang yang bisa meruqyah? Sesungguhnya di desa ini ada orang yang tersengat.” Maka salah seorang dari mereka berangkat, lalu membacakan Al Fatihah dengan minta imbalan kambing-kambing. Lalu sembuhlah si sakit. Lalu datanglah orang tadi dengan membawa kambing-kambing kepada para sahabatnya. Tapi mereka tidak suka hal itu dan berkata: “Apakah engkau mengambil upah karena Kitabulloh?” sampai mereka tiba di Madinah. Lalu mereka berkata: “Wahai RasuluLLah, orang ini mengambil upah karena Kitabulloh.” Maka RasuluLLaah shallaLLaahu 'alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya yang paling berhak untuk kalian ambil upah darinya adalah Kitabulloh.”
(HR. Al Bukhoriy 5737)


٣. عن عم خارجة بن الصلت وهو علاقة بن صحار التميمي رضي الله عنه،
  أَتَى رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَأَسْلَمَ ثُمَّ أَقْبَلَ رَاجِعًا مِنْ عِنْدِهِ فَمَرَّ عَلَى قَوْمٍ عِنْدَهُمْ رَجُلٌ مَجْنُونٌ مُوثَقٌ بِالْحَدِيدِ فَقَالَ أَهْلُهُ إِنَّا حُدِّثْنَا أَنَّ صَاحِبَكُمْ هَذَا قَدْ جَاءَ بِخَيْرٍ فَهَلْ عِنْدَكَ شَىْءٌ تُدَاوِيهِ فَرَقَيْتُهُ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ فَبَرَأَ فَأَعْطُونِى مِائَةَ شَاةٍ فَأَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَأَخْبَرْتُهُ فَقَالَ هَلْ إِلاَّ هَذَا. وَقَالَ مُسَدَّدٌ فِى مَوْضِعٍ آخَرَ هَلْ قُلْتَ غَيْرَ هَذَا. قُلْتُ لاَ. قَالَ خُذْهَا فَلَعَمْرِى لَمَنْ أَكَلَ بِرُقْيَةِ بَاطِلٍ لَقَدْ أَكَلْتَ بِرُقْيَةِ حَقٍّ.

3. Dari pamannya Kharijah bin Ash-Shalt yaitu 'Alaqah bin Shohaar at-Tamimi radhiyaLLaahu 'anhu, dia datang ke Madinah untuk menemui RasuluLLaah lantas masuk Islam. Saat hendak pulang dari Madinah menuju kampung halamannya beliau melewati suatu perkampungan. Di kampung tersebut terdapat orang gila yang dipasung dengan besi. Salah satu keluarga orang gila tersebut berkata kepada pamanku, “Kami dapat kabar bahwa nabimu mengajarkan kebaikan. Apakah anda memiliki sesuatu untuk mengobatinya?”. Pamanku lantas meruqyahnya dengan hanya membacakan surat Al-Fatihah. Setelah diruqyah orang tersebut sembuh seketika. Mereka pun memberiku seratus ekor kambing. Akhirnya kudatangi Nabi dan kuceritakan apa yang telah terjadi. Beliau merespon dengan bertanya, “Apakah engkau hanya meruqyah dengan membacakan surat Al-Fatihah?” “Tidak ada yang lain”, jawabku. Sabda Nabi, Ambillah (pemberian) tersebut sungguh engkau termasuk mendapat upah dengan ruqyah yang benar, bukan dengan ruqyah yang batil.
(HR. Abu Daud, hasan).


Hukumnya MUBAH - HALAL.
1. Ditarif boleh dengan asas kepatutan.
2. Diberi hadiah besar juga boleh diterima.
3. Tidak menerima juga boleh.

Dalam konteks dakwah dan pelayanan, semua aspek perlu diperhatikan dan disesuaikan. Lihat: Ahdats أحداث kejadian, Zhuruf ظروف keadaan/kondisi dan Awdha' أوضاع situasinya.


H. Riyadh Rosyadi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar