Sebaik-baik dari kalian adalah orang yang mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya (H.R. Bukhari)

Rabu

Memahami Ghaibnya Makhluq


Ada yang menganggap bahwa ketika kita membahas keberadaan makhluk ghaib itu sama sekali tidak boleh menggali segala hal yang di luar konteks dalil naqli Al-Quran dan sunnah, serta sama sekali tidak boleh dengan penalaran akal.

Yang masuk dalam ranah Rukun Iman secara mutlak ada 6 perkara: (ALLaah, Malaikat-Malaikat Nya, Kitab-Kitab Nya, Rasul-Rasul Nya, Hari Akhir, Qodho-Qodar)

ALLaah swt Yang Maha Ghaib dan mutlak sifat ke-ghaiban-nya memberikan tanda-tanda keberadaanNya dan menerangkan sifat-sifatNya. Itu kita berhenti sampai di situ.

Malaikat sebagai makhluk ghaib, demikian dengan surga-neraka yang termasuk ghaib harus diimani, semuanya masuk dalam Rukun Iman.

Sementara meyakini adanya jin adalah juga wajib diimani keberadaannya dan itu sebagai bagian dari keimanan kepada ALLaah swt dan RasulNya yang telah menyebutkannya.

Perbedaannya, Jin yang keberadaannya diimani itu tidak masuk dalam Rukun yang enam.

Jika Al-Khaliq Yang Maha Menciptakan segalanya menyebutkan tanda-tanda keberadaanNya secara naqli dan 'aqli, maka apalagi ghaibnya makhluk, pasti ada tanda-tandanya.. Dan ALLaah swt menyebutkannya.

Sehingga boleh dan sah memadukan antara tanda-tanda naqliyah dan tanda-tanda 'aqliyah terhadap keberadaan makhluq.

Untuk tanda-tanda naqliyah didapat dengan keimanan-keyakinan.
Untuk tanda-tanda 'aqliyah bisa dengan pengamatan dan atau penalaran.

Kategori ilmu itu bisa juga didapat dengan pengamatan atas kejadian yang berulang-ulang. Disertai penalaran yang dibantu referensi yang ada, baik lengkap maupun terbatas.
Yang membedakannya adalah kualitas pengamatan dan penalaran itu.

Sesuatu (makhluk) yang tidak bisa diinderawi bukan berarti kita dilarang menggalinya. Karena keterbatasan indera manusia, bukan berarti tidak boleh menggali hal-hal tersebut untuk kepentingan dan manfaat bagi kita sendiri.

Yang dilarang itu adalah penggalian terhadap ALLaah swt Yang Maha Ghaib, itupun terkait Dzat-Nya, asal usulNya dan yang serupa dengan itu. Karena kita tidak akan sampai. Adapun tentang ATSAR-nya malah didorong untuk digali.

Jika kita menggali ni'mah-ni'mah ALLaah swt itu kita memang tidak akan mampu mendetailkannya, tetapi bukan berarti dilarang. Justeru perlu dan didorong untuk itu. Kita diajarkan dan didorong untuk selalu mengingat, mengetahui, merasakan dan menyadari tentang keberadaan ALLaah swt dan tentang segala ni'mahNya.

Tujuan besarnya adalah adalah agar selalu bersyukur atas segala apapun pemberianNya dan selanjutnya bersikap tepat terhadapNya.



Ghaib Makhluq Secara Inderawi

Ilustrasi,
Apa-apa yang ada di air kamar mandi, kita tidak tahu detail isinya tetapi kita meyakini ada sesuatu yang membahayakan jika kita meminumnya.

Penampakkan dan aroma air kamar mandi sama dengan air kemasan botol yang dijual itu. Apakah adanya kesamaan itu kita akan memperlakukan hal yang sama antara air kamar mandi dengan air kemasan botol itu untuk konsumsi minum sehari-hari? Tentu saja tidak.

Hal-hal yang tidak bisa dijangkau dengan indera kita jika bermanfaat atau membahayakan perlu kita gali. Itu bagi yang berminat dan berkesempatan. Bagi yang tidak berminat, tidak mengapa dengan cukup memakai petunjuk/informasi yang sudah ada, sudah jadi dan siap pakai.

Tidak ada tuntutan kepada semua orang untuk menjadi apoteker dalam meracik herbal/obat kimia. Tidak ada tuntutan bagi setiap orang untuk menjadi peneliti virus demam berdarah dengan segala sifat, tabiat, kekuatan dan kelemahannya.

Jika ada yang meneliti dan membuat kaidah-kaidahnya cukup dihormati saja. Jika bermanfaat yaa silakan dipakai, jika dianggap tidak bisa dipertanggungjawabkan yaa cukup disimak saja. Karena itu bisa benar bisa juga salah.

Tidak semua orang wajib melihat virus dengue (virus demam berdarah). Bagi yang mau mengikuti prosedur penanganan dan pencegahannya cukup dengan meyakini dan mengikutinya tanpa harus meneliti lebih dulu apalagi melihatnya dengan alat-alat di laboratorium.

Jika ada petunjuk naqliyah-nya maka kita pakai tanpa terburu-buru menyetop area 'aqliyah, eksplorasi. Yang penting kaidah keilmuannya tidak ditabrak dan menjadi rusak.

Dan jika belum sempat bertemu dengan kasus-kasus yang membutuhkan penelitian dan solusi penanganannya di bidang itu maka menyimak dulu lebih baik tanpa terburu membuat pernyataan-pernyataan. Atau jika ada yang belum dipahami, maka solusinya bertanya. Itu lebih bijak.

Semoga kita semua tetap berada dalam ranah kebaikanNya, terpelihara dari segala niat, sikap dan perilaku yang tidak sesuai dengan syariatNya.

Aamiin..


H. Riyadh Rosyadi

1 komentar: