Sebaik-baik dari kalian adalah orang yang mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya (H.R. Bukhari)

Selasa

Hati Hati dengan Mata Rantai Dosa

oleh: Ustadz 'Aunurrafiq Shaleh Tamhid


Hisyam bin Hasan bertutur: Saya pernah berjalan di belakang al-Ala’ bin Ziyad al-Adawi sambil menghindari tanah yang becek. Tiba-tiba ada seseorang yang mendorongku lalu kakiku terperosok ke dalam tanah yang becek tersebut, lalu saya pun masuk dan berjalan di tanah becek tersebut dan tidak khawatir lagi terkena becek.

Sesampainya di pintu, al-Ala’ bin Ziyad berdiri dan berkata: Wahai Hisyam, apakah kamu sudah menyaksikan sendiri? Hisyam menjawab: Ya, sudah. Al-Ala’ bin Ziyad berkata: Demikian pula seorang muslim selalu menghindari dosa-dosa, tetapi apabila sudah terjatuh ke dalamnya ia akan menerabas dan berjalan di dalamnya. (Mawaqif Musyriqah fi Hayat as-Salaf, Musa Muhammad al-Aswad, 1/153)


Pesan: Berhati-hatilah dengan dosa, terutama dosa pembuka. Karena dosa pembuka ini ibarat pintu gerbang di sebuah benteng yang kokoh yang telah berhasil didobrak oleh musuh. Bila sudah didobrak maka mudah dimasuki oleh dosa-dosa berikutnya. Karena itu, dosa pembuka ini harus segera ditaubati agar tidak menjerumuskan seseorang ke dalam mata rantai dosa yang tidak diketahui bagaimana akhirnya.

Ini karena setiap dosa yang dilakukan pasti mengotori hati dan menorehkan titik hitam di dalamnya, sehingga bila tidak segera dibersihkan dikhawatirkan akan mendorongnya melakukan mata rantai dosa berikutnya tanpa bisa dihentikan dan tanpa disadarinya. Sabda Nabi saw:

”Berbagai fitnah dibentangkan di hati seperti dibentangkannya tikar. Setiap hati yang mengingkarinya maka tertoreh satu titik putih di dalamnya, dan setiap hati yang menyerapnya maka tertoreh satu titik hitam di dalamnya, hingga hati menjadi dua macam; hati putih seperti benda jernih, fitnah tidak akan membahayakannya selama langit dan bumi masih ada, dan yang lainnya hati hitam berdebu seperti panci kotor —Nabi saw memiringkan telapak tangannya— ia tidak mengenal kebaikan dan tidak mengingkari kemungkaran kecuali sesuatu yang terserap dari hawa nafsu”. (Musnad Ahmad 22193)

Kemudian Nabi saw mengajari kita bagaimana memandang dosa:

”Sesungguhnya orang beriman memandang dosa-dosanya seperti orang yang duduk di bawah bukit berbatu, ia takut bukit itu akan runtuh menimpanya. Sedangkan orang fajir memandang dosa-dosanya seperti lalat yang hinggap di hidungnya lalu ia menepisnya dengan tangannya begitu saja”. (HR. Bukhari 6308)

Karena itu, ALLaah memerintahkan agar kita bersegera membersihkan diri dari dosa agar terhindar dari akibat buruknya. Firman-Nya:

”Dan bersegeralah kamu kepada ampunam dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa”. [QS. Al-Imran (3): 133]

Tetapi setan selalu menggoda manusia untuk menunda taubat dan tidak mengakui kesalahan, dengan cara membukakan berbagai pintu alasan untuk membela diri seolah-olah ia tidak bersalah, padahal jika ia mau mendengarkan suara hatinya yang jernih cukup baginya untuk memyadari kesalahan dan dosanya. Firman ALLaah:

”Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri, meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya”. [QS. al-Qiyamah (75): 14-15].

Atau setan mengelabuinya dengan cara berangan-angan kepada ALLaah, dengan meremehkan kesalahan dan dosa karena ALLaah Maha Pengampun, atau menimpakan kesalahan kepada orang lain tanpa mau mengakui kesalahan dirinya sama sekali karena tidak mungkin orang hebat dan cerdas seperti dirinya berbuat salah. Firman ALLaah:

Setan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal setan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka”. [QS. An-Nisa’ (4): 120]

Sanda Nabi saw:

”Orang cerdas adalah orang yang mempersiapkan dirinya dan beramal untuk hari setelah kematian, sedangkan orang bodoh adalah orang yang jiwanya mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan kepada ALLaah”. (Musnad Ahmad 17124)

Karena itu, setelah dikeluarkan dari surga, Nabi Adam as segera mengakui kesalahan dan kezaliman dirinya seraya memohon ampunan kepada ALLaah:

”Keduanya berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi”. [QS. Al-A’raf (7): 23]

Maka Nabi Adam as terhindar dari mata rantai dosa. Firman ALLaah:

”Kemudian Tuhannya memilihnya maka Dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk”. [QS. Thaha (20): 122]

_________


Tentang Al-Ala' bin Ziyad Al-'Adawi dan Hisyam bin Hasan


العلاء بن زياد العدوي البصري
أبو نصر العلاء بن زياد بن مطر بن شريح العدوي البصري كان من العباد الصالحين من أهل البصرة، ومن رواة الحديث النبوي ومن كبار التابعين. وكان كثير الخوف والورع، وكان يعتزل في بيته ولا يخالط الناس، وكان كثير البكاء، لم يزل يبكي حتى عمي، وله مناقب كثيرة.

Al-Ala' bin Ziyad Al-'Adawi Al-Bashoriy
Abu Nashr Al-Ala' bin Ziyad bin Muthrin bin Syuraih Al-'Adawi Al-Bashriy adalah salah seorang ahli ibadah yang shalih dari Bashrah.
Salah satu periwayat hadits Nabi dan salah satu Tabi'in Senior.
Sangat banyak takut dan sangat wara'. Ber'uzlah di rumahnya dan tidak banyak interaksi dengan manusia. Banyak menangis. Tidak berhenti menangis hingga matanya buta. Banyak catatan kehidupan tentang beliau.


هشام بن حسان
هشام بن حسان الإمام العالم، الحافظ محدث البصرة، أبو عبد الله الأزدي، القردوسي، البصري. أنه رأى أنس بن مالك، فإنه أدركه وهو قد اشتد.

Hisyam bin Hasan
Hisyam bin Hasan adalah seorang Imam yang ahli ilmu. Al-Hafizh muhadits Bashrah. Panggilannya Abu AbdiLLaah Al-Azdariy Al-Qordusiy Al-Bashriy. Pernah melihat sahabat Anas bin Malik, menjumpainya dalam keadaan beliau sudah sangat lanjut usia.

*Anas bin Malik radhiyaLLaahu 'anhu wafat di Bashrah pada usia antara 90-100 tahun.

__________

Direpost oleh R. Rosyadi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar