Sebaik-baik dari kalian adalah orang yang mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya (H.R. Bukhari)

Jumat

HIDUP SEBAGAI UJIAN (1)




Memahami Hidup Sebagai Ujian




بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ



1. Hidup ini bekerja sesuai dengan rumusnya. Dan rumus hidup itu dirancang dan ditetapkan oleh Sang Pencipta dan Pemilik Kehidupan, ALLaah swt.

2. Beberapa penjelasan Allah swt tentang kehidupan (di dunia) ini sangat penting kita ketahui dan kita pahami agar kita tidak salah anggapan lalu salah pula dalam mengambil keputusan yang akhirnya salah pula tindakan kita.

Selanjutnya kesalahan kita dalam tindakan kita itu akan berakibat kekacauan, ketidakstabilan, berakibat bencana. Salah memasukkan inputnya apalagi rumusnya, maka hasilnya akan berbeda, tidak sesuai dengan yang kita harapkan.

3. Diantara penjelasan ALLaah swt tentang hakikat kehidupan ini adalah Hidup Sebagai Ujian.

ALLaah swt berfirman,


الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

(ALLaah swt) Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,
[Qs. Al-Mulk (67): 2]



هُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۗ

Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya,
[Qs. Hud (11): 7]



إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْأَرْضِ زِينَةً لَّهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا

Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.
[Qs. Al-Kahfi (18): 7]


Mereka yang diuji adalah mereka yang terdaftar sebagai peserta ujian, yaitu mereka yang mendaftarkan dirinya untuk suatu yang mereka belum lihat sendiri dengan mata mereka, belum mendengarnya dari sumbernya langsung.

Mereka "hanya" menyatakan mengaku percaya kepada suatu semua itu karena adanya harapan memperoleh kehidupan nyaman yang diinginkannya.

Ibaratnya, ujian itu adanya di suatu lembaga (sekolah misalnya) maka hanya yang mendaftarkan sebagai murid sajalah yang mendapatkan ujian di sekolah itu.

Para murid (melalui orang tuanya, dan seterusnya) percaya betul bahwa dengan sekolah itu harapan-harapannya akan bisa diwujudkan. Mereka berharap mendapatkan pengakuan demi pengakuan secara resmi kenaikan jenjang nilai dirinya dari sekolah tersebut untuk akhirnya mendapatkan pengakuan secara luas mengenai kualitas, kapasitas bahkan integritas dirinya.

Harapannya, dengan pengakuan-pengakuan resmi semua itu, dia lebih mudah mendapatkan apa yang diharapkannya.

Adapun bagi yang tidak mendaftar, maka mereka itu tidak perlu diuji. Bagi mereka yang tidak mendaftar hanya perlu diyakinkan bahwa sekolah itu memang betul-betul bisa mewujudkan apa yang mereka harapkan.




Ujian itu hanya bagi yang mengaku beriman


أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?

وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.
[Qs. Al-'Ankabut (29): 2-3]


Hidup ini seluruh apa yang terwujud dan terjadi itu adalah semata Ujian.

Menguji, siapa yang paling baik (prestasi) amalnya. Menguji secara pembuktian kebenaran "klaim" imannya. Kebenaran dari pernyataannya lisannya apakah cocok dengan yang ada di hatinya. Dan kecocokkan itu dibuktikan dengan amal perbuatan. Baik amal badan maupun sumberdaya lainnya (harta, waktu, kesehatan, ilmu, kelapangan, kenyamanan, dan sebagainya).

Itulah SHIDQ
Dan makna shodaqoh secara luas terkait dengan pembuktian dan kecocokkan pernyataan iman. Hingga senyum-pun disebut sebagai shodaqoh. Senyum yang shidq tentunya. Karena ada pula senyum yang kadzib (dusta).



Semua yang dari ALLaah swt adalah BAIK semata.

Qs. At-Taubah (9): 70; Qs. Al-Ankabut (29): 40; Qs. Ar-Rum (30): 9;

وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَٰكِن كَانُوا أَنفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ

“…dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri"



Qs. Ali Imron (3): 182; Qs. Al-Anfal (8): 51; Qs. Al-Hajj (22): 10; Qs. Fushshilat (41): 46; Qs. Qaaf (50): 29;

وَأَنَّ اللَّهَ لَيْسَ بِظَلَّامٍ لِّلْعَبِيدِ

dan bahwasanya Allah sekali-kali tidak menzalimi hamba-hamba-Nya.



Kesimpulannya,

كُلُّ مَا قَدَّرُ اللهُ خَيْر

"Kullu maa qoddaruLLaahu khoir.."
Setiap ketentuan ALLaah swt adalah kebaikan semata.


Adapun ketika sampai kepada manusia, jadilah segala peristiwa itu sebagai hal yang menyenangkan dan menyusahkan sebagai hal yang dinamakan kebaikan dan keburukan. Al-Khoir dan Asy-Syar atau Al-Hasanah dan Assayyi-ah.


مَّا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ۖ وَمَا أَصَابَكَ مِن سَيِّئَةٍ فَمِن نَّفْسِكَ ۚ

Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri [ Qs. An-Nisa; (4): 79].



وَبَلَوْنَاهُم بِالْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran). [Qs. Al-A'rof (7): 168].



كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. [Qs. Al-Anbiya 21:35].

__________

Bersambung... In syaaALLaah. 




H. Riyadh Rosyadi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar