Sebaik-baik dari kalian adalah orang yang mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya (H.R. Bukhari)

Jumat

Lelaki Anshor yg diculik Jin Kafir

Lelaki Anshor yang diculik Jin Kafir
(Kisah Pertempuran jin muslim vs jin kafir)


Jin/manusia mukmin berjuang di jalan ALLaah swt sedangkan jin/manusia kafir berjuang di jalan Thaghut (syaitan dan segala yang disembah selain ALLaah)

QS An-Nisa (4) ayat 76

الَّذِينَ آمَنُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۖ وَالَّذِينَ كَفَرُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ الطَّاغُوتِ فَقَاتِلُوا أَوْلِيَاءَ الشَّيْطَانِ ۖ إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفًا

Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, karena sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah.

______


Kisah ini terjadi di saat ‘Umar bin Al-Khaththaab radhiyaLLaahu ‘anhu memerintah sebagai Khalifah. diriwayatkan oleh Al-Imam Abu Bakr Al-Baihaqiy rahimahullah, beliau menuturkan dalam Sunan Al-Kubraa li Al-Baihaqiy 7/733, Daar Al-Kutub Al-‘Ilmiyyah dan dishahihkan beberapa ulama hadits.

أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ الْحَافِظُ، وَأَبُو مُحَمَّدٍ عُبَيْدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ مَهْدِيٍّ لَفْظًا، قَالا: نا أَبُو الْعَبَّاسِ مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوبَ، نا يَحْيَى بْنُ أَبِي طَالِبٍ، أنا عَبْدُ الْوَهَّابِ بْنُ عَطَاءٍ، نا سَعِيدٌ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ أَبِي نَضْرَةَ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي لَيْلَى، ” أَنَّ رَجُلا مِنْ قَوْمِهِ مِنَ الأَنْصَارِ خَرَجَ يُصَلِّي مَعَ قَوْمِهِ الْعِشَاءَ فَسَبَتْهُ الْجِنُّ فَفُقِدَ، فَانْطَلَقَتِ امْرَأَتُهُ إِلَى عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فَقَصَّتْ عَلَيْهِ الْقِصَّةَ فَسَأَلَ عَنْهُ عُمَرُ قَوْمَهُ، فَقَالُوا: نَعَمْ، خَرَجَ يُصَلِّي الْعِشَاءَ فَفُقِدَ، فَأَمَرَهَا أَنْ تَرَبَّصَ أَرْبَعَ سِنِينَ، فَلَمَّا مَضَتِ الأَرْبَعُ سِنِينَ أَتَتْهُ فَأَخْبَرَتْهُ فَسَأَلَ قَوْمَهَا، فَقَالُوا: نَعَمْ، فَأَمَرَهَا أَنْ تَتَزَوَّجَ فَتَزَوَّجَتْ فَجَاءَ زَوْجُهَا يُخَاصِمُ فِي ذَلِكَ إِلَى عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، فَقَالَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: يَغِيبُ أَحَدُكُمُ الزَّمَانَ الطَّوِيلَ لا يَعْلَمُ أَهْلُهُ حَيَاتَهُ، فَقَالَ لَهُ: إِنَّ لِي عُذْرًا يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ، قَالَ: وَمَا عُذْرُكَ؟ قَالَ: خَرَجْتُ أُصَلِّي الْعِشَاءَ فَسَبَتْنِي الْجِنُّ فَلَبِثْتُ فِيهِمْ زَمَانًا طَوِيلا فَغَزَاهُمْ جِنٌّ مُؤْمِنُونَ، أَوْ قَالَ: مُسْلِمُونَ، شَكَّ سَعِيدٌ فَقَاتَلُوهُمْ فَظَهَرُوا عَلَيْهِمْ فَسَبَوْا مِنْهُمْ سَبَايَا فَسَبَوْنِي فِيمَا سَبَوْا مِنْهُمْ، فَقَالُوا: نَرَاكَ رَجُلا مُسْلِمًا وَلا يَحِلُّ لَنَا سَبْيُكَ فَخَيَّرُونِي بَيْنَ الْمُقَامِ وَبَيْنَ الْقُفُولِ إِلَى أَهْلِي فَاخْتَرْتُ الْقُفُولَ إِلَى أَهْلِي فَأَقْبَلُوا مَعِي أَمَّا بِاللَّيْلِ فَلَيْسَ يُحَدِّثُونِي وَأَمَّا بِالنَّهَارِ فَعِصَارُ رِيحٍ أَتْبَعُهَا، فَقَالَ لَهُ عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: فَمَا كَانَ طَعَامُكَ فِيهِمْ؟ قَالَ: الْفُولُ وَمَا لَمْ يُذْكَرِ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ، قَالَ: فَمَا كَانَ شَرَابُكَ فِيهِمْ؟ قَالَ: الْجَدَفُ، قَالَ قَتَادَةُ: وَالْجَدَفُ مَا لا يُخَمَّرُ مِنَ الشَّرَابِ، قَالَ: فَخَيَّرَهُ عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ بَيْنَ الصَّدَاقِ وَبَيْنَ امْرَأَتِهِ

Abu ‘AbdiLLaah Al-Haafizh dan Abu Muhammad ‘Ubaid bin Muhammad bin Muhammad bin Mahdiy telah mengkhabari kami -secara lafazh-, keduanya berkata, Abul ‘Abbaas Muhammad bin Ya’quub telah mengkhabari kami, Yahyaa bin Abi Thaalib telah mengkhabari kami, ‘Abdul Wahhaab bin ‘Athaa’ telah memberitakan kami, Sa’iid telah mengkhabari kami, dari Qataadah, dari Abu Nadhrah, dari ‘Abdurrahman bin Abi Lailaa :

“Bahwasanya ada seorang lelaki dari kaumnya Ibnu Abi Lailaa yaitu kaum Anshar yang keluar untuk shalat ‘Isya bersama mereka. Tiba-tiba jin menawan lelaki tersebut dan hilanglah ia tak berbekas. Serta merta pergilah istri si lelaki kepada ‘Umar bin Al-Khaththaab radhiyallaahu ‘anhu lalu ia melapor kepada ‘Umar atas kejadian yang menimpa suaminya, kemudian ‘Umar pun bertanya kepada kaum Anshar perihal lelaki tersebut. Mereka menjelaskan, “Benar, ia keluar untuk shalat ‘Isya dan tahu-tahu ia menghilang!” Maka ‘Umar memerintahkan kepada istri si lelaki untuk menahan diri selama 4 tahun.

Ketika telah berlalu masa 4 tahun, ia kembali mendatangi ‘Umar dan memberitahukan keadaannya (yang telah menunggu hingga lewat masa 4 tahun) kepada ‘Umar. Lalu ‘Umar pun bertanya kepada kaum si wanita (mengenai kebenaran perkataannya). Mereka menjawab, “Benar!” Kemudian ‘Umar memerintahkan wanita tersebut agar menikah lagi dan ia pun menikah (dengan lelaki lainnya).

Tiba-tiba datanglah suaminya yang telah menghilang selama 4 tahun tersebut (dan ia mengetahui istrinya telah menikah lagi) lantas ia mendebat ‘Umar bin Al-Khaththaab mengenai hal ini.

‘Umar berkata, “Salah seorang dari kalian raib dalam rentang waktu yang demikian lama, keluarganya pun tidak ada yang mengetahui mengenai keberadaannya.”

Sang lelaki berusaha menjelaskan kepada ‘Umar, “Sesungguhnya diriku mempunyai ‘udzur, wahai amiirul mu’miniin!”

‘Umar bertanya, “Apa ‘udzurmu?”

Sang lelaki menceritakan kisah yang dialaminya, “Aku keluar untuk shalat ‘Isya dan tahu-tahu ada jin yang menawanku. Maka aku menetap di alam mereka selama rentang waktu yang panjang. Dan ada sekelompok jin mu’min -atau jin muslim, Sa’iid (salah seorang perawi kisah) ragu- yang memerangi jin-jin kafir tersebut, lantas kelompok jin mu’min berhasil menaklukkan kelompok jin kafir lalu para jin mu’min menawan para tawanan yang pernah ditawan para jin kafir dan aku termasuk ke dalam kelompok tawanan yang direbut dari mereka. Para jin mu’min berkata, “Kami melihatmu sebagai seorang lelaki muslim dan tidak halal bagi kami untuk menawan kamu.” Kemudian mereka memberiku pilihan antara tetap tinggal (di alam jin tersebut) atau kembali ke keluargaku, aku pun memilih kembali ke keluargaku dan para jin mu’min pun membebaskanku. Ketika malam hari tiba maka mereka tidak lagi berbicara denganku, dan adapun pada siang hari maka saat itulah ada deru angin yang aku mengikutinya (hingga aku dapat keluar dari alam mereka).”

‘Umar bertanya, “Apa makananmu ketika bersama mereka?”

Lelaki tersebut menjawab, “Sejenis kacang-kacangan dan segala sesuatu yang tidak disebut nama Allah padanya.”

‘Umar bertanya kembali, “Dan apa minumanmu ketika bersama mereka?”

Si lelaki menjawab, “Al-Jadaf.”

-Qataadah menjelaskan, “Al-Jadaf adalah segala jenis minuman yang tidak ditutup.”-

Akhirnya, ‘Umar pun memberi pilihan untuk si lelaki antara (memilih kembali) mahar atau (kembali kepada) istrinya.”

_____
Selesai

Riyadh Rosyad

Tidak ada komentar:

Posting Komentar