Sebaik-baik dari kalian adalah orang yang mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya (H.R. Bukhari)

Rabu

Pondasi Dasar Terapi Quran: Syifa dan Dawaa'

الفرق بين الدواء والشفاء
Perbedaan antara Dawaà dan Syifaà




لم تذكر الايات الكريمة كلمة دواء
Tidak ada disebutkan dalam ayat-ayat Al-Quran yang mulia kata Dawa'.


الدواء وسيلة الي الشفاء وهو ما يتناوله المريض من عقاقير
Dawa' adalah sarana untuk kesembuhan dan dawa' itu adalah segala yang dipakai si sakit dalam bentuk berbagai obat-obatan.


والشفاء هو العلاج لهذا المرض
Sedangkan syifà itu adalah solusi terapi untuk penyakit tersebut.


الدواء ممكن لا يؤثر في المرض وله مضاعفات سلبية علي المريض فكم من دواء عالج جزء في الجسم وأضر بجزء اخر
Ad-dawaà mungkin tidak memberi efek kepada penyakit bahkan itu bisa menambah efek negatif terhadap si sakit. Betapa banyak dari dawaà memberi solusi terapi bagi sebagian tubuh dan mudharat bagi bagian tubuh lainnya.


أما الشفاء فهو علاج بدون أي تأثير ضار والقرءان الكريم شفاء للجسم من الأمراض البدنية وللنفس فانه يطهرها ويزكيها.
Adapun syifaà itu solusi terapi tanpa efek apapun yang membahayakan. Dan Al-Quranul Karim adalah syifaà untuk jasmani dari segala penyakit badan dan jiwa yang membersihkan dan menyucikannya.

———————————


Jadi, jika sudah disebut Syifaà maka sudah ada jaminan kesembuhannya. Sedangkan dawaà belum ada jaminan itu. Hanya saja ada faktor penghalang yang menjadikannya tidak menjadi syifaà.

Faktor penghalang syifaa`-nya Al-Quran adalah faktor kezaliman.

وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا

dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.
[QS. Al-Isra' (17): 82]



Termasuk syjfaà yang ALLaah swt sebutkan di ayat lain,

يَخْرُجُ مِنْ بُطُونِهَا شَرَابٌ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ فِيهِ شِفَاءٌ لِلنَّاسِ ۗ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَةً لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

Dari perut lebah itu ke luar minuman yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat syifaà bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.
[QS. An-Nahl (16): 69]

Jika minuman dari perut lebah itu tidak berefek syifaà maka yang salah (penghalang) adalah sesuatu yang di tubuhnya.


عَنْ أَبِي سَعِيدٍ رضي الله عنه أَنَّ رَجُلًا أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَخِي يَشْتَكِي بَطْنَهُ فَقَالَ اسْقِهِ عَسَلًا ثُمَّ أَتَى الثَّانِيَةَ فَقَالَ اسْقِهِ عَسَلًا ثُمَّ أَتَاهُ الثَّالِثَةَ فَقَالَ اسْقِهِ عَسَلًا ثُمَّ أَتَاهُ فَقَالَ قَدْ فَعَلْتُ فَقَالَ صَدَقَ اللَّهُ وَكَذَبَ بَطْنُ أَخِيكَ اسْقِهِ عَسَلًا فَسَقَاهُ فَبَرَأَ

Dari Abu Sa'id bahwa seorang laki-laki datang kepada Nabi shallaLLaahu 'alaihi wasallam sambil berkata; "Saudaraku sedang menderita sakit perut." Beliau bersabda: "Minumilah madu." Kemudian laki-laki itu datang kedua kalinya, lalu beliau tetap bersabda: "Minumilah madu." Kemudian laki-laki itu datang yang ketiga kalinya, beliau bersabda: "Minumilah madu." Kemudian dia datang lagi sambil berkata; "Aku telah melakukannya." Maka beliau bersabda: "Maha benar ALLaah, dan perut saudaramulah yang berdusta, berilah minum madu." Lalu ia pun meminuminya madu dan akhirnya sembuh. (HR. Bukhari: 5252, Fathul Bari: 5684)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar