Rabu
SERI PENGALAMAN TERAPI QURAN
Selasa
Event Pelatihan, Kajian, dan Terapi Quran
@ Manado
Dimensi Ruqyah Syar'iyyah (Terapi Quran)
BismiLLaah..
Ingat, RUQYAH SYAR'IYYAH (TERAPI QURAN) adalah salah satu dari sekian banyak yang diajarkan oleh baginda Nabi shallaLLaahu 'alaihi wa sallam.
Dan semua yang di dalam Islam setiap tata nilai (ajaran)nya saling terhubung satu dengan yang lainnya.
Ruqyah tidak hanya terkait dengan Tauhid secara aqidah (keyakinan) tetapi juga secara ibadah, fikrah (pemikiran), manhajul hayah (sistem hidup: poleksosbudhankam) dan suluk. Semuanya terkumpul dlm satu kesatuan tata nilai yang dinamakan AKHLAQ.
Akhlaq Islamiyah adalah perilaku yang terlahir dilandasi nilai-nilai Tauhid dalam seluruh aspek di atas tadi (aqidah, ibadah, fikrah....dst).
Dan itulah misi diutusnya RasuuluLLaah Muhammad shallaLLaahu 'alaihi wa sallam.
(H. Riyadh Rosyadi)
Senin
SERIAL NAFS: Berlindung Dari Nafs Jahat Diri Sendiri
Untuk kita semua..
Perseringlah dengan doa perlindungan seperti ini...
Dari Abu Bakr Ash-Shiddiq radhiaLLaahu 'anhu bahwa beliau berkata wahai RasuluLLaah, ajarkan kepadaku apa yang aku ucapkan apabila aku berada pada pagi hari dan apabila aku berada pada sore hari. Kemudian beliau bersabda: "Wahai Abu Bakr, ucapkanlah:
Tidak sedikit beberapa nafs kita yang "terperangkap dan terekrut lalu kemudian terbina" oleh pihak kebatilan. Sehingga tanpa sadar ada unsur "nafs syar" (nafs jahat) diantara bagian-bagian nafs kita yang sangat berpotensi merusak diri kita sendiri dan saudara-saudara kita.
Proses terperangkap, terekrut lalu terbina/terkadernya bagian-bagian dari nafs kita itu bisa terjadi melalui:
1. Jalur nasab,
2. Saat-saat kita pernah berada pada pihak batil,
3. Saat diri kita (nafs) dijadikan tumbal.
Sering-seringlah pula mentazkiyyah jiwa dan membacakan doa untuk jiwa-jiwa:
H. Riyadh Rosyadi
Jumat
Seri Tanya Jawab TQ Tentang Sukma (Nafs): Balasan Perjanjian dengan Jin
Assalamu'alaikum wrwb. ustadz mau tanya
apakah orang yang berinteraksi dengan jin misalnya meminta dengan sengaja atau tidak sengaja meminta bantuan jin, jin selalu akan meminta balasan baik ada ikatan perjanjian maupun tidak ada perjanjian dari orang yang bersangkutan. JazaakaLLaahu atas jawabannya.
_________
Jika ada perjanjian di era nasabnya, maka jin-jin itu terikat tugas. Sesuai isi perjanjiannya. Jika menjaga/membantu maka mereka bekerja "membantu" sekalipun tidak diminta oleh keturunan (anak cucu)nya. Bagi mereka cukup dengan perjanjian awal saja karena dengan itu mereka mendapatkann jalan untuk mengakses keturunannya.
Sehingga jika sudah masuk kepada ketertarikan kuat semua itu, maka syaitan jin itu akan memperoleh jatah "jiwa" orang itu untuk dimilikinya (jenis sebab no 1 dan 4 lepasnya sukma).
NAFS dalam Terapi Quran
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Merefresh bagi yang pernah...
Menginfokan bagi yang belum tahu...
Menguatkan bagi yang masih ragu...
___________
ALLaah swt berfirman,
اللَّهُ يَتَوَفَّى الْأَنْفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا ۖ فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضَىٰ عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الْأُخْرَىٰ إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
ALLaahu yatawaffa l-anfusa hiyna mautihaa wallatiy lam tamut fii manaamihaa. Fayumsikullatiy qodhoo 'alaihal mauta wa yursilul ukhraa illaa ajalin musammaa. Innafii dzaalika la aayaatin liqowmin yatafakkaruun
ALLaah memegang/mengambil nafs (seseorang) pada saat kematiannya dan nafs (seseorang) yang belum mati ketika dia tidur; maka Dia tahan nafs (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia lepaskan nafs yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran) ALLaah bagi kaum yang berpikir.
[QS. Surat Az-Zumar (39): 42]
Dalam akhir ayat itu ada isyarat bahwa peristiwa yang terkait dengan aktifitas nafs itu ada hal-hal yang bisa diamati dan menjadi tanda-tanda bagi mereka yang berfikir (yang menggunakan akalnya).
Penyebutan Nafs di dalam Al-Quran atau dalam penyebutan umum sehari-hari itu bisa beberapa maksud, diantaranya:
1. Ruh, makhluk yang menyatu dengan jasad yang jika dia terpisah maka jasad itu disebut mati atau tidur (mati besar, mati kecil). QS. 39:42, 6:93
2. Sumber daya kehidupan yg jika itu hilang/berkurang maka bisa berakibat sakit atau mati QS. 2:155.
وَلَنَبۡلُوَنَّكُم بِشَيۡءٖ مِّنَ ٱلۡخَوۡفِ وَٱلۡجُوعِ وَنَقۡصٖ مِّنَ ٱلۡأَمۡوَٰلِ وَٱلۡأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ
Dan Kami pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.
Di ayat tsb, ujian kehidupan itu dengan berkurangnya harta (al amwaal), jiwa (Al anfus) dan buah²an (Ats tsamaraat)..
Penjelasan ulama tafsir tentang yang dimaksud dengan berkurangnya Al Anfus (jamaknya nafs).
- Tafsir Al-Jalalain:
.. «والأنفس» بالقتل والموت والأمراض
berkurangnya "Al anfus" (jamaknya nafs) maknanya berkurang melalui pembunuhan, kematian dan sakit.
- Tafsir As-Sa'di:
.. والْأَنْفُسِ أي: ذهاب الأحباب من الأولاد، والأقارب، والأصحاب، ومن أنواع الأمراض في بدن العبد أو بدن من يحبه
berkurangnya Al anfus di sini bermakna "perginya (kematian)" org² yg dicintai seperti anak², kerabat dekat dan para sahabat. Bermakna juga berbagai macam sakit yg diderita seorang hamba atau org yg dicintainya.
Tafsir Al-Baghawi:
.. والأنفس الأمراض،
berkurangnya Al anfus maknanya adalah sakit
Tafsir Al-Qurthubi:
.. والأنفس قال ابن عباس : بالقتل والموت في الجهاد .
وقال الشافعي : يعني بالأمراض
Terkait Al anfus berkata Ibnu Abbas: maknanya berkurangnya melalui pembunuhan dan kematian di dalam jihad.
Berkata Imam Asy Syafi'i: yang dimaksud dengan (berkurangnya) Al Anfus adalah sakit.
Dalam hal ini Nafs disejajarkan keadaannya dg material (harta dan buah²an) yg bisa hilang/berkurang.
Dalam hal ini jika nafs itu berkurang dalam diri seseorang maka bisa berakibat kematian atau sakit.
3. Bermakna pribadi, individu, person - syakhshun, fardun. QS. 2:48, 3:145, 5:25, 28:33, 39:56
4. Bermakna sebagai pembawa nilai keadaan diri atau jati diri (bersih-kotor, baik-buruk) yang prosesnya bisa diupayakan dan itu akan menjadi tanggungjawab orang tsb sebagai bagian dari "kasab" amal perbuatannya-nya.
Dari sini dikenal nafs terbagi 3 keadaan sifat dan kondisi;
- An-Nafs al-Muthmainnah, nafs yang tenang.
- An-Nafs al-Lawwaamah, nafs yang mencela/mengoreksi dirinya sendiri.
- An-Nafs al-Ammaaratu bis-suu`, nafs yang memerintahkan keburukan.
4. Bermakna jenis atau unsur yang sama QS. 30:21,
Diri sendiri QS. 4:61
5. Bermakna 'Ain,
Hasad.
عَنْ جَابِرٍ
أَنَّ رَسُوْلَ اللّٰهِ ﷺ قَالَ أَكْثَرُ مَنْ يَمُوْتُ مِنْ أُمَّتِيْ بَعْدَ
قَضَاءِ اللّٰهِ وَقَدَرِهِ بِالْأَنْفُسِ يَعْنِيْ بِالْعَيْنِ
Dari sahabat
Jabir radliyaLLaaahu ‘anhu ia berkata : Telah bersabda Rasulullah ﷺ :
Kebanyakan yang meninggal dari umatku setelah qadha dan qadar ALLaah adalah
karena al-Anfus (jama` dari nafs) yaitu Al-‘Ain.
(HR. Bukhari).
6. Bermakna darah .
Kaidah sebagian
ulama dalam fiqh
مَا لَا نَفْسَ
لَهُ سَائِلَةٌ، فَهُوَ طَاهِرٌ بِجَمِيعِ أَجْزَائِهِ وَفَضَلَاتِهِ
Segala (hewan)
yang tidak memiliki nafs (baca: darah) yang mengalir, ia suci semua bagian
tubuhnya dan semua yang keluar darinya”
[Al Mughni, 2/67].
Dalam pembahasan di sini lebih dekat kepada nafs sebagai unsur materi seperti Point 1 dan 2, yaitu makhluk yang keberadaannya bisa bersatu atau berpisah dari jasad. Yang jika bersatu maka disebut hidup atau bangun/sadar dan jika berpisah disebut mati atau tidur. Atau jika berkurang menjadi sakit atau (hingga) mati.
Dan istilah Nafs ini bisa juga dengan penamaan Ruh. Perbedaannya hanya dalam penyebutan yang disesuaikan pada posisi dan keadaannya.
Jika status dan posisinya masih terhubung bersama jasad maka lebih disebut dg nafs . Jika posisinya sudah terpisah dg jasad disebut dg ruh.
Nafs dalam pengertian 1 dan 2 itu sebagaimana yang dijelaskan oleh As-Syaikh Izzudin Abdussalaam dan beberapa ulama lainnya menyebutkan bahwa nafs dimaksud di QS. Azzumar (39) ayat 42 itu sebagai ruh yaqzhah dan ruh hayat.
Sedangkan ruh hayat (ruh hidup) itu adalah ruh yang tetap ada di badan saat manusia tertidur dan ruh itu tidak ikut mati pada saat matinya badan.
اللَّهُ يَتَوَفَّى الْأَنْفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا ۖ فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضَىٰ عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الْأُخْرَىٰ إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
ALLaah memegang/mengambil nafs (seseorang) pada saat kematiannya dan nafs (seseorang) yang belum mati ketika dia tidur; maka Dia tahan nafs (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia lepaskan nafs yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran) ALLaah bagi kaum yang berpikir.
[QS. Surat Az-Zumar (39): 42]
وقال الشيخ عز الدين بن عبد السلام في كل جسد روحان أحدهما روح اليقظة التي أجرى الله العادة إنها إذا كانت في الجسد كان الإنسان مستيقظا فإذا خرجت من الجسد نام الإنسان ورأت تلك الروح المنامات والأخرى روح الحياة التي أجرى إليه الله العادة أنها إذا كانت في الجسد كان حيا فإذا فارقته مات
Berkata asy-syaikh 'Izzuddin Abdussalaam: Di dalam jasad manusia ada dua ruh. Salah satunya adalah Ruh Yaqzhah (ruh kesadaran) yang ALLaah swt telah jalankan fungsinya yaitu jika ruh itu ada di dalam jasad maka manusia itu dalam keadaan terjaga (bangun/sadar). Dan apabila ruh itu keluar dari jasad manusia itu tidur dan ruh itu bisa melihat berbagai mimpi. Dan satunya lagi adalah Ruh Hayat (ruh kehidupan) yang ALLaah swt jalankan terhadapnya ketetapan yaitu apabila ruh hayat itu ada di dalam jasad maka jasad itu hidup dan jika terpisah dari jasad maka matilah dia.
Selanjutnya Imam 'Izzuddin menjelaskan,
ويدل على وجود روحي الحياة واليقظة قوله تعالى {الله يتوفى الأنفس} الآية تقديره يتوفى الأنفس التي لم تمت أجسادها في نومها فيمسك الأنفس التي قضى عليها الموت عنده ولا يرسلها إلى أجسادها ويرسل الأنفس الأخرى وهي أنفس اليقظة إلى أجسادها إلى إنقضاء أجل مسمى وهو أجل الموت فحينئذ تقبض أرواح الحياة وأرواح اليقظة جميعا من الأجساد ولا تموت أرواح الحياة بل ترفع إلى السماء حية
Dan keterangan tentang adanya dua ruh (yaitu) Hayat dan Yaqzhah adalah firman ALLaah swt
{الله يتوفى الأنفس} - Azzumar ayat 42 ,
Dia mengambil nafs² yang para jasadnya belum mati yaitu di dalam keadaan tidurnya. Dan Dia juga menahan nafs yang telah ditetapkanNya mati yang nafs itu tidak dikirimkan kembali kepada jasadnya.
(كتاب شرح الصدور بشرح حال الموتى والقبور للإمام جلال الدين السيوطي ص. ٣٢١)
(Kitab Syarhush Shudur Bisyarahi Haalil Mawtaa walqubuur - Imam Jalaluddin As-Suyuthi, hal 321)
Adapun kekuatan-kekuatan yang ada dalam tubuh juga disebut sebagai ruh, seperti disebutkan ruh al-basir (ruh penglihatan), ruh as-sami‘ (ruh pendengaran), dan ruh as-syam (ruh penciuman). Ruh-ruh ini adalah kekuatan-kekuatan yang ditempatkan dalam tubuh, yang akan mati bersama matinya tubuh.
Rangkuman Dari Paparan
BismiLLaahirrahmanirrahiim
Beberapa fenomena dalam kehidupan manusia yang menunjukkan bahwa nafs/ruh itu bisa lepas sebagian dari badannya dan kembali lagi:
- Fenomena yang ada terkait dengan nafsnya keluar dan orangnya masih dalam keadaan sadar ~ contohnya sebagian para dukun, para peng-elmu raga sukma,
- Fenomena yang ada terkait dengan nafs yang keluar dan orangnya tidak sadar dan masih hidup ~ tidur, pingsan, anastesia (pembiusan total)
- Fenomena amnesia (lupa ingatan): orangnya hidup, sadar dan beraktifitas tetapi kehilangan fungsi ingatannya: ada yang total dan ada yang parsial/sebagian. Di sini menunjukkan bahwa nafs pembawa data ingatan tsb sedang tidak ada atau minimal terganggu.
- Fenomena mati perasaan (emotional numbness), kehilangan rasa emosional : senang, sedih, takut, marah. Tahu bahwa itu sesuatu yang menyedihkan tetapi tidak bisa menunjukkan ekspresi kesedihannya selain hanya meneteskan air mata saja.
- Penculikan dan penawanan oleh syaitan terhadap sebagian unsur dari setiap bayi terlahir untuk dijadikan tawanannya dengan cara menusuk pinggang/rusuknya. Dan bisa bebas jika ditebus dengan menyembelih aqiqahnya. (Ibnul Qoyyim). Dan bagian unsur yang diculik itu adalah nafs-nya.
- Nafs/sukma/ruh itu terbagi dua kelompok besar: nafs yaqzhah dan nafs hayat. Yang yaqzhah tersebut adalah nafs yang menjalankan fungsi tubuh. Jika posisi yaqzhah-nya keluar dari jasad sementara hayat-nya masih ada, maka manusianya tetap hidup tapi mati secara fungsi: tidur/pingsan. ~ Syaikh Izzuddin Abdussalaam.
- Nafs yaqzhah terdiri dari banyak bagian sesuai dengan fungsi-fungsi yang melekat pada diri seseorang. Baik itu fungsi fisik anggota tubuh maupun fungsi emotional dan spiritual ~ Ibnul Qoyyim.
- Nafs bisa terlepas dari tubuh dan bisa kembali. Jika lepas nafs hayat maka nafs yaqzhah juga ikut lepas bersamanya dan itu disebut maut, kematian. Prosesnya bisa bersamaan atau diawali dulu dengan lepasnya nafs yaqzhah bagian demi bagian.
- Jika yang terlepas hanya nafs yaqzah-nya saja secara total, maka orang tersebut dalam keadaan hidup tetapi tidak sadar: tidur atau pingsan, pembiusan (anastesi). Sebagian ulama menyebut tidur dengan istilah maut sughra.
- Nafs yaqzhah bisa dengan sadar dan sengaja dikeluarkan dari tubuh seseorang, contoh: meraga sukma, meniatkan tidur.
- Nafs yaqzhah bisa merasakan/mengalami peristiwa kehidupan tanpa disertai jasadnya. Dan keadaan jasadnya ada dua macam:
- tidak sadar sama sekali seperti orang tidur (mimpi), pingsan, koma, pembiusan total, mati suri. Ini berarti nafs yaqzhah-nya tidak ada yang tersisa di badan atau sebagian besarnya keluar. Tapi setelah terbangun dia bercerita tentang apa yang dialaminya selama terlihat dia tidak sadar.
- masih bisa dalam keadaan sadar dan bisa berkomunikasi tetapi keadaannya lemah, menyampaikan keadaan yang dialaminya di alam lain. Ini berarti sebagian nafs yaqzhah-nya keluar dan sebagian masih tinggal di dalam tubuhnya.
- Keadaan kehilangan fungsi secara total atau sebagian, baik fungsi fisik anggota tubuh maupun fungsi psikis emotional-nya. Dan itu berarti terlepasnya sebagian Nafs yaqzhah. Tepatnya terlepas pada fungsi² yang hilang tersebut.
PROSES TERGANGGUNYA NAFS
PROSES MELEMAH hingga TERLEPASNYA NAFS (yaqzhah) baik sebagian kecil, sebagian besar maupun keseluruhan bisa disebabkan karena 5 keadaan:
- Perjanjian batil (Kasab maupun Nasab): ~ Nafs menjadi jaminan atau tumbal. Jumlah nafs dan fungsi yang lepas sesuai dengan kadar perjanjiannya.
- Paksaan: tusukan syaitan pada saat awal terlahir, sihir.: ~ adanya Nafs yang ditahan menjadi tawanan. Jumlah dan ukurannya sesuai dengan kadar target sasaran dan kemampuan aksesnya.
- Tekanan dan kerusakan fisik: siksaan fisik, kerja paksa, kecelakaan, keracunan (pengaruh kimia baik sintetik maupun natural): ~ bagian Nafs terlepas/tercecer, posisi lepasnya biasanya di lokasi peristiwa. Yang terlepas bagian yang terkena tekanan fisik tersebut.
- Tekanan mental: teror/intimidasi/bully, musibah.: ~ bagian Nafs terlepas/tercecer, posisi lepasnya biasanya di lokasi peristiwa. Dan biasanya melepas nafs yaqzhah di bagian fungsi yang terkait dengan persoalannya baik fungsi fisik maupun psikis. Sehingga karena tekanan mental bisa berakibat gangguan fisik ataupun mental.
- Ketertarikan yang amat sangat kepada sesuatu, baik yang diharamkan maupun yang awalnya mubah tetapi tidak dengan rambu syariat (berlebihan, mubadzir).: ~ bagian nafs ada yang tertahan di "dunia ketertarikan" itu. Misal:
- Hubungan kholwat / saling suka dengan lawan jenis yang bukan mahram, maka ada bagian nafs-nya yang diikat oleh syaitan bersama nafs lawan jenisnya. Biasanya nafs yaqzhah bagian emotional perasaan.
- Hobi yang sampai mendekati isrof bahkan tabdzir. Maka nafs yaqzhah terlepas di dunia yang disukainya itu. Untuk anak-anak, ini sangat rawan dan mudah terlepasnya. Contoh yang perlu ekstra hati-hati adalah: hobi permainan, hiburan, koleksi barang, dsb.
_____________________________
Nafs Itu Satu Kesatuan Yang Terpartisi
Nafs itu satu kesatuan yang terdiri dari beberapa bagian yang jumlahnya banyak, sebanyak fungsi-fungsi yang ada di dalam diri kita, baik fungsi fisik maupun psikis. Jika ada yang bermasalah karena cedera/terluka/terkontaminasi atau bahkan ada yang terlepas, maka itu akan melemahkan fungsi pada yang bermasalah tersebut. Baik masalah fisik ataupun psikis.
Apalagi jika tempat/ruang nafs itu digantikan oleh jin, maka kendali secara penuh dilakukan oleh mereka di bagian fungsi itu. Dan nafs ada yang primer dan sekunder, berdasarkan fungsinya.
___________________
Unsur Ghaib (lain-asing) Yang di Dalam Diri Manusia
Secara keberadaannya selain nafs bawaan asli, ada unsur ghaib lain/asing yang masuk ke dalam diri manusia. Dan itu ada dua kemungkinan:
1. Menempel di nafs tertentu (di bagian/fungsi tertentu di tubuh). Ini biasanya benda-benda ghaib yang dipasangkan (susuk, santet). Benda ghaib tsb dalam kondisi tertentu bisa berubah menjadi wujud fisik.
2. Menempati/menguasai ruang nafs yang hilang/terlepas. Ini biasanya jin. Atau bisa juga nafs orang lain walaupun kasusnya jarang terjadi.
Nafs Yang Terlepas Sejak Kecil
Ada nafs yang terlepas sejak kecil bahkan sejak lahir (baca kembali tentang: Jiwa Yang Tergadai). Bahkan ada juga yang sejak masih dalam kandungan ibunya.
Biasanya yang terlepas sejak kecil, diantara 5 jenis proses terganggu atau terlepasnya nafs itu karena sebab pertama yaitu perjanjian nasab dan secara khusus seperti ditumbalkan dan karena perlakuan ritual (adat) yang tidak sesuai dengan syariat. Akhirnya semakin memudahkan para jin menempati ruang kosong yang ditinggalkan nafs-nya itu.
Bagian nafs yang lepas, jika tidak kembali sementara jin-jin sudah pergi maka kemungkinan ada dua keadaan:
1. Kondisi fisik/mental akan (cepat/berangsur) melemah,
2. Ruang nafs itu akan dimanfaatkan/diisi oleh jin (kafir/fasiq) lainnya.
WaLLaahu a'lam bish showwaab,
R. Rosyadi
Melindungi Jin yang akan di Dakwahi dalam Proses Ruqyahan
Apakah itu "perlindungan" ataukah pertolongan dengan jin dalam proses ruqyahan, maka pastikan tidak ada proses sebelumnya yang mengarah atas dasar dosa dan permusuhan. Baik secara nasab apalagi secara kasab.
Sebagaimana firman ALLaah swt dalam Quran suratAl-An'am ayat 168:
وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ قَدِ اسْتَكْثَرْتُمْ مِنَ الْإِنْسِ ۖ وَقَالَ أَوْلِيَاؤُهُمْ مِنَ الْإِنْسِ رَبَّنَا اسْتَمْتَعَ بَعْضُنَا بِبَعْضٍ وَبَلَغْنَا أَجَلَنَا الَّذِي أَجَّلْتَ لَنَا ۚ قَالَ النَّارُ مَثْوَاكُمْ خَالِدِينَ فِيهَا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ ۗ إِنَّ رَبَّكَ حَكِيمٌ عَلِيمٌ
Dan (ingatlah) hari diwaktu Allah menghimpunkan mereka semuanya (dan Allah berfirman): "Hai golongan jin, sesungguhnya kamu telah banyak menyesatkan manusia", lalu berkatalah kawan-kawan meraka dari golongan manusia: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya sebahagian daripada kami telah dapat kesenangan dari sebahagian (yang lain) dan kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami". Allah berfirman: "Neraka itulah tempat diam kamu, sedang kamu kekal di dalamnya, kecuali kalau Allah menghendaki (yang lain)". Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.
Atau Quran surat Al-Jin ayat 6:
وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ الْإِنْسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا
Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.
** Ayat-ayat di atas dengan mudah dipahami jika kita tengok penjelasan-penjelasan beberapa ayat lainnya. Seperti Quran surat Al-Maidah (5) ayat 2:
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan/pelanggaran.
** Dalam Quran surat Al-Anfal (8) ayat 16:
dibolehkan lari dari medan pertempuran dengan tujuan meminta bantuan atau perlindungan kepada pasukan lain. Padahal hukum dasarnya lari dari medan pertempuran adalah termasuk dosa besar.
وَمَنْ يُوَلِّهِمْ يَوْمَئِذٍ دُبُرَهُ إِلَّا مُتَحَرِّفًا لِقِتَالٍ أَوْ مُتَحَيِّزًا إِلَىٰ فِئَةٍ فَقَدْ بَاءَ بِغَضَبٍ مِنَ اللَّهِ وَمَأْوَاهُ جَهَنَّمُ ۖ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ
Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk (sisat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka Jahannam. Dan amat buruklah tempat kembalinya.
** Bahkan dalam Quran surat Ali Imran (3) ayat 28, dalam kondisi umat Islam lemah boleh "berlindung" sementara di dalam kalangan musyrikin. Dengan syarat bisa terjaga akidah keimanannya dan terus menguatkannya dari waktu ke waktu.
لَا يَتَّخِذِ الْمُؤْمِنُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ ۖ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَلَيْسَ مِنَ اللَّهِ فِي شَيْءٍ إِلَّا أَنْ تَتَّقُوا مِنْهُمْ تُقَاةً ۗ وَيُحَذِّرُكُمُ اللَّهُ نَفْسَهُ ۗ وَإِلَى اللَّهِ الْمَصِيرُ
Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali(mu).
Juga di dalam Quran surat At-Taubah (9) ayat 6, perlindungan (suaka) boleh diberikan kaum muslimin kepada musyrikin yang tentunya dengan tujuan kemaslahatan dan dakwah.
وَإِنْ أَحَدٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ اسْتَجَارَكَ فَأَجِرْهُ حَتَّىٰ يَسْمَعَ كَلَامَ اللَّهِ ثُمَّ أَبْلِغْهُ مَأْمَنَهُ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَعْلَمُونَ
Dan jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ketempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui.
Dan surat At-Taubah ayat 6 itu pulalah yang bisa dijadikan referensi pentingnya "melindungi" (memberi suaka) kepada para jin dalam proses ruqyahan agar mereka lebih "tenang" selama proses dakwah kepada mereka berjalan.
_____
Jadi, segala halnya perlu dikaji lebih dalam dengan seksama.
Sebagaimana dulu banyak sekali yang menolak Ruqyah karena dianggap amal yang dilarang, ternyata salah menyikapi dalil-dalilnya.
Setelah itu datang orang-orang yang berpendapat menolak meminta ruqyah karena bisa terhalang masuk kuota mereka yang masuk surga tanpa hisab dan adzab, ternyata juga salah memahami hadits itu.
Nah, dalam urusan ta'amul (interaksi) dengan jin inipun jangan terburu-buru menyudutkan bahkan memvonis sebagai telah melakukan ruqyah yang sesat, ruqyah yang merusak akidah dan sebagainya.
Tengok lagi dan dalami lagi, bisa jadi seperti dua kejadian di atas (yang sempat menolak Ruqyah dan menolak meminta Ruqyah).
Bahwa saling mengingatkan perlunya hati-hati dalam setiap hal, tentu itu kebaikan bagi setiap mukmin. Dan lakukanlah itu semua dengan ilmu dan adab yang baik sebagai mukmin.
_______
H. Riyadh Rosyadi
Seri Tanya Jawab TQ: Dialog dengan Jin
TANYA:
Assalamu'alaikum Wr Wb.
Ustadz, ada ibu dan anak terkena gangguan sihir dan jin nasab kakeknya, boleh kah mu'allij dialog dengan jin yang terdapat pada ibunya untuk mengetahui gangguan jin pada anaknya? syukron.
JAWAB:
Wa'alaikumussalaam Wr. Wb.
Tidak ada yang melarang. Ruqyah bukan masuk dalam pekerjaan mahdhah. Asal semuanya dilakukan dalam bingkai yang disyari'atkan secara ma'ruf dan mendatangkan maslahat, maka tidak ada masalah.
Pendapat yang 'melarangnya' itu tidak ada dalil selain hadits tentang bahwa syaithan itu pembohong. Dan seandainya memang itu, maka itu adalah bermakna peringatan agar lebih waspada bukan dilarang sama sekali.
Karena saat Abu Hurairah bicara dengan jin kafir yang ditangkapnya (saat bertugas menjaga baitul maal) selama 3 hari berturut-turut itu Nabi ﷺ tidak melarang atau mencegahnya agar tidak lagi dialog dengannya.
Yang penting hati-hati dan cermat, jika perlu ada pengawasnya (dikonsultasikan) sebagaimana Nabi ﷺ mengawasi sahabat Abu Hurairah.
_____
** Selama 3 hari itu sahabat Abu Hurairah radhiaLLaahu 'anhu tidak menyadari bahwa itu adalah syaitan jin. Berbeda dalam ruqyahan, bahwa yang 'tertangkap' dan bicara itu jelas adalah jin kafir/fasiq.
Jika dengan pertolongan dan kemudahan dari ALLaah swt jin itu mau menerima Islam dan kita uji dengan bacaan ayat-ayatnya bertambah kebaikannya, maka semakin mudah kita berdialog terkait dengan urusan yang ditanyakan di atas.
Bahkan tidak masalah melibatkannya dalam amal shalih yang kita bimbingkan langsung sesuai kaidah-kaidah Ruqyah Syar'iyyah yang disepakati oleh para Ulama'.
Sebagaimana firman ALLaah swt dalam Quran surat Al-Maidah ayat 2:
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ
Tolong menolonglah kalian atas dasar kebaikan dan taqwa serta janganlah kalian saling menolong atas dasar dosa dan permusuhan.
_______
Berikut lampiran hadits tentang dialog sahabat Abu Hurairah radhiaLLaahu 'anhu dengan tawanannya yang dikonsultasikan dengan baginda Nabi ﷺ :
ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻰ ﻫُﺮَﻳْﺮَﺓَ – ﺭﺿﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ – ﻗَﺎﻝَ ﻭَﻛَّﻠَﻨِﻰ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ – ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ – ﺑِﺤِﻔْﻆِ ﺯَﻛَﺎﺓِ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥَ ، ﻓَﺄَﺗَﺎﻧِﻰ ﺁﺕٍ ﻓَﺠَﻌَﻞَ ﻳَﺤْﺜُﻮ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻄَّﻌَﺎﻡِ ، ﻓَﺄَﺧَﺬْﺗُﻪُ ، ﻭَﻗُﻠْﺖُ ﻭَﺍﻟﻠَّﻪِ ﻷَﺭْﻓَﻌَﻨَّﻚَ ﺇِﻟَﻰ ﺭَﺳُﻮﻝِ ﺍﻟﻠَّﻪِ – ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ – . ﻗَﺎﻝَ ﺇِﻧِّﻰ ﻣُﺤْﺘَﺎﺝٌ ، ﻭَﻋَﻠَﻰَّ ﻋِﻴَﺎﻝٌ ، ﻭَﻟِﻰ ﺣَﺎﺟَﺔٌ ﺷَﺪِﻳﺪَﺓٌ . ﻗَﺎﻝَ ﻓَﺨَﻠَّﻴْﺖُ ﻋَﻨْﻪُ ﻓَﺄَﺻْﺒَﺤْﺖُ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻰُّ – ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ – « ﻳَﺎ ﺃَﺑَﺎ ﻫُﺮَﻳْﺮَﺓَ ﻣَﺎ ﻓَﻌَﻞَ ﺃَﺳِﻴﺮُﻙَ ﺍﻟْﺒَﺎﺭِﺣَﺔَ » . ﻗَﺎﻝَ ﻗُﻠْﺖُ ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺷَﻜَﺎ ﺣَﺎﺟَﺔً ﺷَﺪِﻳﺪَﺓً ﻭَﻋِﻴَﺎﻻً ﻓَﺮَﺣِﻤْﺘُﻪُ ، ﻓَﺨَﻠَّﻴْﺖُ ﺳَﺒِﻴﻠَﻪُ . ﻗَﺎﻝَ « ﺃَﻣَﺎ ﺇِﻧَّﻪُ ﻗَﺪْ ﻛَﺬَﺑَﻚَ ﻭَﺳَﻴَﻌُﻮﺩُ »
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah ﷺ pernah mewakilkan padaku untuk menjaga zakat Ramadhan (zakat fitrah). Lalu ada seseorang yang datang dan menumpahkan makanan dan mengambilnya. Aku pun mengatakan, “Demi Allah, aku benar-benar akan mengadukanmu pada Rasulullah ﷺ.” Lalu ia berkata, “Aku ini benar-benar dalam keadaan butuh. Aku memiliki keluarga dan aku pun sangat membutuhkan ini.” Abu Hurairah berkata, “Aku membiarkannya. Lantas di pagi hari, Nabi ﷺ berkata padaku: “ Wahai Abu Hurairah, apa yang dilakukan oleh tawananmu semalam? ”Aku pun menjawab, “Wahai Rasulullah, dia mengadukan bahwa dia dalam keadaan butuh dan juga punya keluarga. Oleh karena itu, aku begitu kasihan padanya sehingga aku melepaskannya.” Nabi ﷺ bersabda, “ Dia telah berdusta padamu dan dia akan kembali lagi. ”
ﻓَﻌَﺮَﻓْﺖُ ﺃَﻧَّﻪُ ﺳَﻴَﻌُﻮﺩُ ﻟِﻘَﻮْﻝِ ﺭَﺳُﻮﻝِ ﺍﻟﻠَّﻪِ – ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ – ﺇِﻧَّﻪُ ﺳَﻴَﻌُﻮﺩُ . ﻓَﺮَﺻَﺪْﺗُﻪُ ﻓَﺠَﺎﺀَ ﻳَﺤْﺜُﻮ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻄَّﻌَﺎﻡِ ﻓَﺄَﺧَﺬْﺗُﻪُ ﻓَﻘُﻠْﺖُ ﻷَﺭْﻓَﻌَﻨَّﻚَ ﺇِﻟَﻰ ﺭَﺳُﻮﻝِ ﺍﻟﻠَّﻪِ – ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ – . ﻗَﺎﻝَ ﺩَﻋْﻨِﻰ ﻓَﺈِﻧِّﻰ ﻣُﺤْﺘَﺎﺝٌ ، ﻭَﻋَﻠَﻰَّ ﻋِﻴَﺎﻝٌ ﻻَ ﺃَﻋُﻮﺩُ ، ﻓَﺮَﺣِﻤْﺘُﻪُ ، ﻓَﺨَﻠَّﻴْﺖُ ﺳَﺒِﻴﻠَﻪُ ﻓَﺄَﺻْﺒَﺤْﺖُ ، ﻓَﻘَﺎﻝَ ﻟِﻰ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ – ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ – « ﻳَﺎ ﺃَﺑَﺎ ﻫُﺮَﻳْﺮَﺓَ ، ﻣَﺎ ﻓَﻌَﻞَ ﺃَﺳِﻴﺮُﻙَ » . ﻗُﻠْﺖُ ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺷَﻜَﺎ ﺣَﺎﺟَﺔً ﺷَﺪِﻳﺪَﺓً ﻭَﻋِﻴَﺎﻻً ، ﻓَﺮَﺣِﻤْﺘُﻪُ ﻓَﺨَﻠَّﻴْﺖُ ﺳَﺒِﻴﻠَﻪُ . ﻗَﺎﻝَ « ﺃَﻣَﺎ ﺇِﻧَّﻪُ ﻗَﺪْ ﻛَﺬَﺑَﻚَ ﻭَﺳَﻴَﻌُﻮﺩُ »
Aku pun tahu bahwasanya ia akan kembali sebagaimana yang Rasulullah ﷺ katakan. Aku pun mengawasinya, ternyata ia pun datang dan menumpahkan makanan, lalu ia mengambilnya. Aku pun mengatakan, “Aku benar-benar akan mengadukanmu pada Rasulullah ﷺ.” Lalu ia berkata, “Biarkanlah aku, aku ini benar-benar dalam keadaan butuh. Aku memiliki keluarga dan aku tidak akan kembali setelah itu.” Abu Hurairah berkata, “Aku pun menaruh kasihan padanya, aku membiarkannya. Lantas di pagi hari, Nabi ﷺ berkata padaku: “ Wahai Abu Hurairah, apa yang dilakukan oleh tawananmu? ” Aku pun menjawab, “Wahai Rasulullah, dia mengadukan bahwa dia dalam keadaan butuh dan juga punya keluarga. Oleh karena itu, aku begitu kasihan padanya sehingga aku melepaskannya pergi.” Nabi ﷺ bersabda, “ Dia telah berdusta padamu dan dia akan kembali lagi.”
ﻓَﺮَﺻَﺪْﺗُﻪُ ﺍﻟﺜَّﺎﻟِﺜَﺔَ ﻓَﺠَﺎﺀَ ﻳَﺤْﺜُﻮ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻄَّﻌَﺎﻡِ ، ﻓَﺄَﺧَﺬْﺗُﻪُ ﻓَﻘُﻠْﺖُ ﻷَﺭْﻓَﻌَﻨَّﻚَ ﺇِﻟَﻰ ﺭَﺳُﻮﻝِ ﺍﻟﻠَّﻪِ – ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ – ، ﻭَﻫَﺬَﺍ ﺁﺧِﺮُ ﺛَﻼَﺙِ ﻣَﺮَّﺍﺕٍ ﺃَﻧَّﻚَ ﺗَﺰْﻋُﻢُ ﻻَ ﺗَﻌُﻮﺩُ ﺛُﻢَّ ﺗَﻌُﻮﺩُ . ﻗَﺎﻝَ ﺩَﻋْﻨِﻰ ﺃُﻋَﻠِّﻤْﻚَ ﻛَﻠِﻤَﺎﺕٍ ﻳَﻨْﻔَﻌُﻚَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺑِﻬَﺎ . ﻗُﻠْﺖُ ﻣَﺎ ﻫُﻮَ ﻗَﺎﻝَ ﺇِﺫَﺍ ﺃَﻭَﻳْﺖَ ﺇِﻟَﻰ ﻓِﺮَﺍﺷِﻚَ ﻓَﺎﻗْﺮَﺃْ ﺁﻳَﺔَ ﺍﻟْﻜُﺮْﺳِﻰِّ ( ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻻَ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻻَّ ﻫُﻮَ ﺍﻟْﺤَﻰُّ ﺍﻟْﻘَﻴُّﻮﻡُ ) ﺣَﺘَّﻰ ﺗَﺨْﺘِﻢَ ﺍﻵﻳَﺔَ ، ﻓَﺈِﻧَّﻚَ ﻟَﻦْ ﻳَﺰَﺍﻝَ ﻋَﻠَﻴْﻚَ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺣَﺎﻓِﻆٌ ﻭَﻻَ ﻳَﻘْﺮَﺑَﻨَّﻚَ ﺷَﻴْﻄَﺎﻥٌ ﺣَﺘَّﻰ ﺗُﺼْﺒِﺢَ . ﻓَﺨَﻠَّﻴْﺖُ ﺳَﺒِﻴﻠَﻪُ ﻓَﺄَﺻْﺒَﺤْﺖُ ، ﻓَﻘَﺎﻝَ ﻟِﻰ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ – ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ – « ﻣَﺎ ﻓَﻌَﻞَ ﺃَﺳِﻴﺮُﻙَ ﺍﻟْﺒَﺎﺭِﺣَﺔَ » . ﻗُﻠْﺖُ ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺯَﻋَﻢَ ﺃَﻧَّﻪُ ﻳُﻌَﻠِّﻤُﻨِﻰ ﻛَﻠِﻤَﺎﺕٍ ، ﻳَﻨْﻔَﻌُﻨِﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺑِﻬَﺎ ، ﻓَﺨَﻠَّﻴْﺖُ ﺳَﺒِﻴﻠَﻪُ . ﻗَﺎﻝَ « ﻣَﺎ ﻫِﻰَ » . ﻗُﻠْﺖُ ﻗَﺎﻝَ ﻟِﻰ ﺇِﺫَﺍ ﺃَﻭَﻳْﺖَ ﺇِﻟَﻰ ﻓِﺮَﺍﺷِﻚَ ﻓَﺎﻗْﺮَﺃْ ﺁﻳَﺔَ ﺍﻟْﻜُﺮْﺳِﻰِّ ﻣِﻦْ ﺃَﻭَّﻟِﻬَﺎ ﺣَﺘَّﻰ ﺗَﺨْﺘِﻢَ ( ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻻَ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻻَّ ﻫُﻮَ ﺍﻟْﺤَﻰُّ ﺍﻟْﻘَﻴُّﻮﻡُ ) ﻭَﻗَﺎﻝَ ﻟِﻰ ﻟَﻦْ ﻳَﺰَﺍﻝَ ﻋَﻠَﻴْﻚَ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺣَﺎﻓِﻆٌ ﻭَﻻَ ﻳَﻘْﺮَﺑَﻚَ ﺷَﻴْﻄَﺎﻥٌ ﺣَﺘَّﻰ ﺗُﺼْﺒِﺢَ ، ﻭَﻛَﺎﻧُﻮﺍ ﺃَﺣْﺮَﺹَ ﺷَﻰْﺀٍ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﺨَﻴْﺮِ . ﻓَﻘَﺎﻝَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻰُّ – ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ – « ﺃَﻣَﺎ ﺇِﻧَّﻪُ ﻗَﺪْ ﺻَﺪَﻗَﻚَ ﻭَﻫُﻮَ ﻛَﺬُﻭﺏٌ ، ﺗَﻌْﻠَﻢُ ﻣَﻦْ ﺗُﺨَﺎﻃِﺐُ ﻣُﻨْﺬُ ﺛَﻼَﺙِ ﻟَﻴَﺎﻝٍ ﻳَﺎ ﺃَﺑَﺎ ﻫُﺮَﻳْﺮَﺓَ » . ﻗَﺎﻝَ ﻻَ . ﻗَﺎﻝَ « ﺫَﺍﻙَ ﺷَﻴْﻄَﺎﻥٌ »
Pada hari ketiga, aku terus mengawasinya, ia pun datang dan menumpahkan makanan lalu mengambilnya. Aku pun mengatakan, “Aku benar-benar akan mengadukanmu pada Rasulullah ﷺ. Ini sudah kali ketiga, engkau katakan tidak akan kembali namun ternyata masih kembali. Ia pun berkata, “Biarkan aku. Aku akan mengajari suatu kalimat yang akan bermanfaat untukmu.” Abu Hurairah bertanya, “Apa itu?” Ia pun menjawab, “Jika engkau hendak tidur di ranjangmu, bacalah ayat kursi
‘Allahu laa ilaha illa huwal hayyul qoyyum … ‘ hingga engkau menyelesaikan ayat tersebut. Faedahnya, Allah akan senantiasa menjagamu dan setan tidak akan mendekatimu hingga pagi hari.” Abu Hurairah berkata, “Aku pun melepaskan dirinya dan ketika pagi hari Rasulullah ﷺ bertanya padaku, “ Apa yang dilakukan oleh tawananmu semalam? ” Abu Hurairah menjawab, “Wahai Rasulullah, ia mengaku bahwa ia mengajarkan suatu kalimat yang Allah beri manfaat padaku jika membacanya. Sehingga aku pun melepaskan dirinya.” Nabi ﷺ bertanya, “ Apa kalimat tersebut? ” Abu Hurairah menjawab, “Ia mengatakan padaku, jika aku hendak pergi tidur di ranjang, hendaklah membaca ayat kursi hingga selesai yaitu bacaan ‘ Allahu laa ilaha illa huwal hayyul qoyyum’ . Lalu ia mengatakan padaku bahwa Allah akan senantiasa menjagaku dan setan pun tidak akan mendekatimu hingga pagi hari. Dan para sahabat lebih semangat dalam melakukan kebaikan.” Nabi ﷺ pun bersabda, “ Adapun dia kala itu berkata benar, namun asalnya dia pendusta. Engkau tahu siapa yang bercakap denganmu sampai tiga malam itu, wahai Abu Hurairah?” “Tidak”, jawab Abu Hurairah. Nabi ﷺ berkata, “ Dia adalah setan.” (HR. Al-Bukhari no. 2311).
Dalam hadits lainnya disertai kalimat:
ﺻَﺪَﻗَﻚَ ﻭَﻫُﻮَ ﻛَﺬُﻭْﺏٌ، ﺫَﺍﻙَ ﺷَﻴْﻄَﺎﻥٌ
“Dia (syetan) menyampaikan ucapan yang benar kepadamu, hanya saja dia pendusta. Dia adalah syetan.” (Shahih Al-Bukhari no. 5010)
_____
WaLLaahua'lam.
H. Riyadh Rosyadi