Ruqyah Syar'iyyah sebagai salah satu jenis pengobatan yang dibolehkan bisa menjadi terapi utk segala macam gangguan. Baik fisik maupun non fisik. Baik utk manusia maupun lingkungannya. Seperti utk luka, keracunan, sulit melahirkan, rumah/tempat usaha, dampak 'ain, dan gangguan jin/sihir...dsb.
Jika terindikasi krn gangguan jin apakah melalui sihir atau tidak, maka tidak ada larangan dan celaan jika menelaah dan mendalaminya melalui analisa dan tajrubah (percobaan/praktek berulang). Mengkaji lebih dalam asal sumber, jenis dan karakter gangguan lalu menyusun formula bacaan ruqyahnya selama caranya tdk melanggar kaidah syariat maka boleh. Adapun hasilnya/kesimpulannya, bisa akurat dan bisa tidak. Tabiat ilmu tajrubah mmg spt itu. Yang berulang akuratnya diistilahkan mujarrab.
Dlm ilmu pengobatan lainnya, jika mendapatkan suatu gejala sakit yg disebabkan adanya intervensi makhluk lain (misal: Virus atau parasit), menjadi suatu hal yg umum jika diteliti dan didalami detail2 gejala tsb. Lalu fokus kpd sebab dari makhluk (virus atau parasit) yg terkait dg gejala tsb. Jenisnya, variannya, karakternya.. kekuatan dan kelemahannya. Intinya dibuatkan perlakuan yg tepat utk melemahkan atau mengeluarkannya dr dalam tubuh.
Demikian juga ketika diketahui suatu daerah terjangkit DBD atau malaria. Maka perlu dilakukan upaya utk menyingkirkan virus atau parasit yg dibawa oleh nyamuk tsb. Apakah istilahnya membasmi, memberantas, menghilangkan, memusnahkan, membunuhi (hgg jentik2nya), dst. Intinya bersih dari gangguan. Itu boleh saja.
Yg harus diketahui juga, ternyata ada kalanya nyamuk tsb resisten (kebal) dg insektisida tertentu yg biasa dipakai di suatu tempat. Maka diperlukan penelitian dan pendalaman jenis nyamuk, tabiat2nya, kelemahannya dst... Itu bisa akurat bisa juga tidak. Perlu tajrubah. Akhirnya dibuatlah racikan formula dan strategi yg sesuai dg nyamuk yg dihadapi.
Saat ini ada bbrp jenis nyamuk Demam Berdarah Dengeu (nyamuk Aedes Aegepti) yg sdh mutasi dari gen awalnya. Nyamuk Mutan. Entah itu (konon) dibuat oleh owner pabrik insektisida (untuk jualan obat baru) ataukah mmg berubah secara 'alamiah', yg jelas sdh ada. Demikian juga nyamuk Anopeles yang membawa parasit Plasmodium penyebab malaria ternyata juga ada berbagai jenis yang masing2 ada karakternya.
Menyingkirkan/menghilangkan makhluk pengganggu dg istilah memerangi, menyakiti, membuat kapok, memusnahkan... maka itu boleh2 saja.
Dan jika suatu saat ditemukan cara lain dengan tanpa memusnahkan/memeranginya yaitu dengan "menundukkan atau membuat damai" para makhluk pengganggu itu lalu mereka pergi dengan baik2 maka itupun boleh2 saja.
Teori (dan aplikasi) Probiotik Siklus atau Probiotik Lengkap bekerja dengan cara menundukkan dan membuat damai bakteri2 hingga virus yang semula cenderung destruktif berubah menjadi damai dan akomodatif kompromis.
Formula bacaan Ruqyah Syar'iyyah yang berefek menyakiti, serasa membakar hgg membuatnya jera/kapok lalu pergi.. maka itu boleh saja. Itu cara represif.
Dan formula bacaan yang memberi solusi kebutuhan hidup kepada para makhluk yang semula mengganggu lalu akhirnya mau dengan kesadarannya mereka pergi meninggalkan pihak yang diganggunya, itu juga boleh. Itu cara persuasif.
Dengan pertimbangan bhw jin itu juga makhluk berakal, berperasaan, bersyahwat dan mendapatkan taklif menjalankan syariat beribadah kpd ALLaah swt, maka berikhtiar menyadarkannya (mendakwahinya) juga tidak dilarang alias boleh. Harapannya setelah bertaubat-berIslam selanjutnya keluar dg sukarela bahkan bisa mengajak jin-jin lainnya jika masih ada yg di dlm tubuh orang yg diruqyah itu.
Dalam seni dakwah, tidak ada larangan mendalami tabiat masing2 obyek dakwahnya sbg ikhtiar jalan kemudahan penyampaian dakwah itu sendiri. Demikian juga tidak ada celaan mengklasifikasikan jin-jin (yg dianggap pengganggu) tsb dengan istilah-istilah yang muncul belakangan dan sebelumnya tidak ada dalam literatur klasik. Misalnya, jin nasab (dari perjanjian leluhur), jin kasab (dari amalan2 atau perbuatan yang dilakukan oleh orang yang terganggu), sihir tafriq, sihir malas, sihir buhul tanah kubur, dst...
Termasuk jika ada tajribah membuat formula bacaan/tulisan yg diharapkan mudah utk mendakwahi, maka itu boleh saja, tdk dilarang.
Kesimpulannya, jika ada yg tidak membutuhkan detail2 utk mengklasifikasi obyek makhluk yg dihadapi maka itu adalah pilihannya, sebagaimana jika ada yg ingin mendetailkan lalu mengklasifikasikannya maka juga itu pilihan. Masing2 tdk ada larangan, dibolehkan dlm ruang lingkup tajrubah yg tdk mengandung unsur yg dilarang.
Demikian juga jika ingin mengkombinasikan semua tajrubah itu, maka itu tdk ada larangan.
WaLLaahu a'lam.
R. Rosyadi.
Berikut contoh penjelasan beberapa masyayikh yang terkait dengan pengkhususan ayat-ayat tertentu untuk persoalan tertentu dengan kaidah yang tidak dilarang secara syariat.
1. Fatwa Syaikh AbduLLaah Al-Jibrin tentang pengulangan bacaan pada ayat-ayat tertentu di dalam Al-Quran untuk keperluan Ruqyah Syar'iyyah.
https://islamqa.info/ar/120218
Q: Apakah pengulangan bacaan ruqyah hingga 100× adalah sesuatu yang bid'ah?
Saya memandangnya tidak mengapa mengulangi bacaan itu baik dengan bilangan tertentu maupun tanpa hitungan; demikian itu karena Al-Qur'an adalah syifa` yg ada di dalam dada, petunjuk dan rahmat bagi mukminin...dst....
2. https://m.youtube.com/watch?v=lFjcVROj32E
Hukum pengkhususan bbrp ayat Al-Quran utk Ruqyah Syar'iyyah - menurut syaikh Salman Audah.
Intinya,
selama ada keterkaitan makna ayat yg dibaca dg persoalan yg dihadapi, maka tidak mengapa.
3. https://m.youtube.com/watch?v=RhziLLVu2yg
Pengkhususan ayat tertentu utk ruqyah sihir, 'ain dan gangguan jin.
Syaikh Ubaid Al-Jaabiriy hafizhahuLLaah
Tidak ada secara dalil AQ maupun sunnah, tapi tidak mengapa, melalui jalan tajrubah.
4. https://m.youtube.com/watch?v=fzStBP6md78
Penjelasan ttg cara yang keliru saat mempraktekkan bacaan Al-Quran untuk meruqyah.
Mengulang2i bacaan AQ dg cara yg aneh yg menyalahi kaidah membaca yg justeru bisa melecehkan kalam ALLaah.
Dengan pertimbangan bhw jin itu juga makhluk berakal, berperasaan, bersyahwat dan mendapatkan taklif menjalankan syariat beribadah kpd ALLaah swt, maka berikhtiar menyadarkannya (mendakwahinya) juga tidak dilarang alias boleh. Harapannya setelah bertaubat-berIslam selanjutnya keluar dg sukarela bahkan bisa mengajak jin-jin lainnya jika masih ada yg di dlm tubuh orang yg diruqyah itu.
Dalam seni dakwah, tidak ada larangan mendalami tabiat masing2 obyek dakwahnya sbg ikhtiar jalan kemudahan penyampaian dakwah itu sendiri. Demikian juga tidak ada celaan mengklasifikasikan jin-jin (yg dianggap pengganggu) tsb dengan istilah-istilah yang muncul belakangan dan sebelumnya tidak ada dalam literatur klasik. Misalnya, jin nasab (dari perjanjian leluhur), jin kasab (dari amalan2 atau perbuatan yang dilakukan oleh orang yang terganggu), sihir tafriq, sihir malas, sihir buhul tanah kubur, dst...
Termasuk jika ada tajribah membuat formula bacaan/tulisan yg diharapkan mudah utk mendakwahi, maka itu boleh saja, tdk dilarang.
Kesimpulannya, jika ada yg tidak membutuhkan detail2 utk mengklasifikasi obyek makhluk yg dihadapi maka itu adalah pilihannya, sebagaimana jika ada yg ingin mendetailkan lalu mengklasifikasikannya maka juga itu pilihan. Masing2 tdk ada larangan, dibolehkan dlm ruang lingkup tajrubah yg tdk mengandung unsur yg dilarang.
Demikian juga jika ingin mengkombinasikan semua tajrubah itu, maka itu tdk ada larangan.
WaLLaahu a'lam.
R. Rosyadi.
Berikut contoh penjelasan beberapa masyayikh yang terkait dengan pengkhususan ayat-ayat tertentu untuk persoalan tertentu dengan kaidah yang tidak dilarang secara syariat.
1. Fatwa Syaikh AbduLLaah Al-Jibrin tentang pengulangan bacaan pada ayat-ayat tertentu di dalam Al-Quran untuk keperluan Ruqyah Syar'iyyah.
https://islamqa.info/ar/120218
Q: Apakah pengulangan bacaan ruqyah hingga 100× adalah sesuatu yang bid'ah?
A:
أرى أنه لا مانع من التكرار سواء بعدد أو بدون إحصاء ؛ وذلك لأن القرآن شفاء لما في الصدور ، وهدى ورحمة للمؤمنين ، ولا يزيد الظالمين إلا خساراً ، فعليه استعمال القراءة بكتاب الله ، أو الدعاء بالأدعية النبوية ، ويكون ذلك علاجاً نافعاً بإذن الله ، مع إخلاص القارئ ، ومع استقامة المريض ، ومع استحضار معاني الآيات والأدعية التي يقرؤها ، ومع صلاح كلٍّ من الراقي والمرقي ، والله الشافي ، وصلى الله على محمد وآله وصحبه وسلم
Saya memandangnya tidak mengapa mengulangi bacaan itu baik dengan bilangan tertentu maupun tanpa hitungan; demikian itu karena Al-Qur'an adalah syifa` yg ada di dalam dada, petunjuk dan rahmat bagi mukminin...dst....
2. https://m.youtube.com/watch?v=lFjcVROj32E
Hukum pengkhususan bbrp ayat Al-Quran utk Ruqyah Syar'iyyah - menurut syaikh Salman Audah.
Intinya,
selama ada keterkaitan makna ayat yg dibaca dg persoalan yg dihadapi, maka tidak mengapa.
3. https://m.youtube.com/watch?v=RhziLLVu2yg
Pengkhususan ayat tertentu utk ruqyah sihir, 'ain dan gangguan jin.
Syaikh Ubaid Al-Jaabiriy hafizhahuLLaah
Tidak ada secara dalil AQ maupun sunnah, tapi tidak mengapa, melalui jalan tajrubah.
4. https://m.youtube.com/watch?v=fzStBP6md78
Penjelasan ttg cara yang keliru saat mempraktekkan bacaan Al-Quran untuk meruqyah.
Mengulang2i bacaan AQ dg cara yg aneh yg menyalahi kaidah membaca yg justeru bisa melecehkan kalam ALLaah.
H. Riyadh Rosyadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar