( S A K I T & B E R O B A T )
قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْعُودٍ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَمْ يُنْزِلْ دَاءً إِلَّا وَقَدْ أَنْزَلَ مَعَهُ دَوَاءً جَهِلَهُ مِنْكُمْ مَنْ جَهِلَهُ وَعَلِمَهُ مِنْكُمْ مَنْ عَلِمَهُ
AbduLLaah bin Mas'ud berkata; RasuluLLaah shallaLLaahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah ALLaah 'azza wajalla menurunkan penyakit melainkan Dia telah menurunkan bersama penyakit itu obatnya, tidak diketahui oleh orang yang jahil dari kalian dan diketahui oleh orang yang mengetahui hal itu dari kalian.
(HR. Ahmad: 4046)
Menghargai sakit sebagai salah satu takdir ALLaah adalah sikap terbaik kepadaNya yang telah menurunkan penyakit itu. Bersikap ramah-lah kepada penyakit.
Dan sakit adalah salah satu bentuk takdirNya yang makhluk dalam posisi menerima. Jadikanlah sikap penerimaan itu sebagai penerimaan (sambutan) yang terbaik.
عَنْ أُمِّ العَلاَءِ قَالَتْ عَادَنِيْ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا مَرِيْضَةً، فَقَالَ اَبْشِرِىْ يَا أُمِّ العَلاَءِ، فَإِنِّ مَرَضَ المُسْلِمِ يُذْ هِبُ اللَّهُ بِهِ خَطَايَاهُ كَمَا تُذْ هِبُ النَّارُ خَببَثَ الذَّهَبِ وَالفِضَّةِ
Dari Ummu Al-Ala', dia berkata : RasuluLLaah shallaLLaahu alaihi wasallam menjengukku tatkala aku sedang sakit, lalu beliau berkata. 'Gembirakanlah dirimu wahai Ummu Al-Ala'. Sesungguhnya (dengan) sakitnya seorang muslim itu ALLaah menghilangkan kesalahan-kesalahan, sebagaimana api yang menghilangkan kotoran emas dan perak. (HR. Abu Dawud)
Diriwayatkan dari Jabir bin ‘AbdiLLaah radhiyaLLaahu ‘anhu, RasuluLLaah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjenguk Ummu As-Saaib atau Ummul Musayyib. RasuluLLaah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya,
مَا لَكِ يَا أُمَّ السَّائِبِ؟ (أَوْ يَا أُمَّ الْمُسَيِّبِ) تُزَفْزِفِينَ؟
_Ada apa denganmu wahai Ummu As-Saib? (atau Ummul Musayyib), koq badanmu gemetaran?._
Ummu As-Saib berkata,
الْحُمَّى، لَا بَارَكَ اللهُ فِيهَا
(Ini karena) demam, semoga ALLaah tidak memberikan berkah kepadanya.
Maka RasuluLLaah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَا تَسُبِّي الْحُمَّى، فَإِنَّهَا تُذْهِبُ خَطَايَا بَنِي آدَمَ، كَمَا يُذْهِبُ الْكِيرُ خَبَثَ الْحَدِيدِ
Janganlah engkau mencela demam karena hal itu dapat menghilangkan kesalahan-kesalahan (dosa) anak adam sebagaimana kiir (alat yang dipakai pandai besi) bisa menghilangkan karat besi. (HR. Muslim no. 2575)
Berobat juga bagian dari takdir ALLaah swt...
Menghargai upaya berobat berarti menghargai ALLaah swt yang telah menurunkannya bersama penyakit itu.
Dan berobat adalah jenis takdir yang makhluk bergerak aktif mengupayakan segala daya dengan cara yang dihalalkan. Itulah penghargaan terbaik terhadap berobat sebagai penghargaan kepada Zat Yang telah menurunkannya.
وعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : " نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم عَنِ الدَّوَاءِ الْخَبِيثِ.
رواه الترمذي ( ٢٠٤٥ ) ، وصحيح.
Dari abi Hurairah radhiyaLLaahu 'anhu dia berkata: RasuluLLaah shallaLLaahu 'alaihi wasallam melarang berobat dengan yang khobits (buruk/haram). (HR. At Turmudzi 2045, shahih)
وعَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ اللَّهَ أَنْزَلَ الدَّاءَ وَالدَّوَاءَ وَجَعَلَ لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءً ، فَتَدَاوَوْا وَلاَ تَدَاوَوْا بِحَرَامٍ .
رواه ابو داود ( ٣٨٧٤ ) وصحيح.
عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ أَبِي خُزَامَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ رُقًى نَسْتَرْقِيهَا وَدَوَاءً نَتَدَاوَى بِهِ وَتُقَاةً نَتَّقِيهَا هَلْ تَرُدُّ مِنْ قَدَرِ اللَّهِ شَيْئًا قَالَ هِيَ مِنْ قَدَرِ اللَّهِ.
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ
Dari Az Zuhri dari Abu Khuzamah dari bapaknya ia berkata; Aku bertanya kepada RasuluLLaah shallaLLaahu 'alaihi wasallam, "Wahai RasuluLLaah, bagaimana menurut baginda mengenai ruqyah yang sering kami gunakan, obat-obatan yang sering kami pakai untuk berobat serta pelindung yang sering kami pakai untuk berlindung, apakah hal itu dapat menolak taqdir ALLaah?" Nabi shallaLLaahu 'alaihi wasallam menjawab: "Justeru itu semua termasuk dari taqdir ALLaah." Berkata Abu Isa: Ini merupakan hadits hasan shahih.
(HR. Tirmidzi: 1991)
Hadits sejenis juga diriwayatkan dalam Musnad Imam Ahmad: 14925, 14926, 14027 dan Sunan Ibnu Majah: 3428;
Dengan memahami hal di atas, maka mempelajari penyakit dan obatnya, kemudian menjelaskan dan menyebarluaskan serta mengkhidmatkannya kepada sesama makhluk.. maka itu semua adalah upaya lebih baik dari yang terbaik dalam menghargai takdir. Dan itu adalah sikap ihsan kepada ALLaah swt yang telah menurunkan keduanya.
BaarakaLLaahu fiikum.
______
R. Rosyadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar