Sebaik-baik dari kalian adalah orang yang mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya (H.R. Bukhari)

Rabu

Fondasi Dasar Terapi Quran: Dawa' dan Syifa'

الفرق بين الدواء والشفاء
Perbedaan antara DAWÀ dan Syifà


ALLaah subhaanahuu wata'aalaa berfirman,

 وَنُنَزِّلُ مِنَ ٱلۡقُرۡءَانِ مَا هُوَ شِفَآءٞ وَرَحۡمَةٞ لِّلۡمُؤۡمِنِينَ وَلَا يَزِيدُ ٱلظَّٰلِمِينَ إِلَّا خَسَارٗا 
[Surat Al-Isra': 82]

Dan Kami turunkan dari Al-Qur`ān (sesuatu) yang menjadi syifà dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (Al-Qur`ān itu) hanya akan menambah kerugian.

لم تذكر الايات الكريمة كلمة دواء
Tidak ada disebutkan dalam ayat-ayat Al-Quran yang mulia kata Dawa'.

الدواء وسيلة الي الشفاء وهو ما يتناوله المريض من عقاقير
Dawa' adalah sarana untuk kesembuhan dan dawa' itu adalah segala yang dipakai si sakit dalam bentuk berbagai macam obat-obatan.

والشفاء هو العلاج لهذا المرض
Sedangkan syifà itu adalah solusi terapi untuk penyakit tersebut.

الدواء ممكن لا يؤثر في المرض وله مضاعفات سلبية علي المريض فكم من دواء عالج جزء في الجسم وأضر بجزء اخر
Ad-dawaà mungkin tidak memberi efek kepada penyakit bahkan itu bisa menambah efek negatif terhadap si sakit. Betapa banyak dari dawaà memberi solusi terapi bagi sebagian tubuh namun mudharat bagi bagian tubuh lainnya.

أما الشفاء فهو علاج بدون أي تأثير ضار والقرءان الكريم شفاء للجسم من الأمراض البدنية وللنفس فانه يطهرها ويزكيها.
Adapun syifaà itu solusi terapi tanpa efek apapun yang membahayakan. Dan Al-Quranul Karim adalah syifaà untuk jasmani dari segala penyakit badan dan jiwa yang membersihkan dan menyucikannya.

———————————


Jadi, jika sudah disebut Syifà maka sudah ada jaminan kesembuhannya. Sedangkan dawà belum ada jaminan itu. Hanya saja ada faktor penghalang yang menyebabkannya tidak menjadi syifà.

Faktor penghalang syifa`-nya adalah kezaliman.

وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا

dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.
[QS. Al-Isra' (17): 82]


Termasuk jenis syifà adalah apa yang ALLaah subhaanahuu wata'aalaa sebutkan di ayat lain,

يَخْرُجُ مِنْ بُطُونِهَا شَرَابٌ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ فِيهِ شِفَاءٌ لِلنَّاسِ ۗ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَةً لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

Dari perut lebah itu ke luar minuman yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat syifaà bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.
[QS. An-Nahl (16): 69]

Jika minuman dari perut lebah itu tidak berefek syifà maka yang salah (menjadi penghalang) adalah sesuatu yang ada di tubuh peminumnya.

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ رضي الله عنه أَنَّ رَجُلًا أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَخِي يَشْتَكِي بَطْنَهُ فَقَالَ اسْقِهِ عَسَلًا ثُمَّ أَتَى الثَّانِيَةَ فَقَالَ اسْقِهِ عَسَلًا ثُمَّ أَتَاهُ الثَّالِثَةَ فَقَالَ اسْقِهِ عَسَلًا ثُمَّ أَتَاهُ فَقَالَ قَدْ فَعَلْتُ فَقَالَ صَدَقَ اللَّهُ وَكَذَبَ بَطْنُ أَخِيكَ اسْقِهِ عَسَلًا فَسَقَاهُ فَبَرَأَ

Dari Abu Sa'id bahwa seorang laki-laki datang kepada Nabi shallaLLaahu 'alaihi wasallam sambil berkata; "Saudaraku sedang menderita sakit perut." Beliau bersabda: "Minumilah madu." Kemudian laki-laki itu datang kedua kalinya, lalu beliau tetap bersabda: "Minumilah madu." Kemudian laki-laki itu datang yang ketiga kalinya, beliau bersabda: "Minumilah madu." Kemudian dia datang lagi sambil berkata; "Aku telah melakukannya." Maka beliau bersabda: "Maha benar ALLaah, dan perut saudaramulah yang berdusta, berilah minum madu." Lalu ia pun meminuminya madu dan akhirnya sembuh. (HR. Bukhari: 5252, Fathul Bari: 5684)


Semoga kita semua mendapatkan karunia limpahan ketaqwaan jiwa dan kesuciannya yang dengan itu memberi jalan segala unsur kebaikan masuk dalam kehidupan kita tanpa penghalang,


اللَّهُمَّ آتِ أنفسنا تَقْوَاهَا، وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا

Ya ALLaah, limpahkanlah kepada jiwa kami ketakwaannya; dan sucikanlah jiwa kami, Engkau sebaik-baik yang menyucikannya, Engkaulah Pemiliknya dan Yang Menguasainya.


R. Rosyadi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar