K E P A H L A W A N A N
Pahlawan berasal dari bahasa Sansekerta “Phala-Wan”, artinya orang yang menghasilkan buah atau hasil karya (phala). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang disebut sebagai pahlawan adalah orang yang menonjol karena keberaniannya dan pengorbanannya dalam membela kebenaran, atau pejuang yang gagah berani. Sedangkan dalam Peraturan Presiden No. 33 tahun 1964, untuk disebut Pahlawan harus memenuhi kriteria tertentu dan yang bersangkutan telah wafat dan sebagai seorang pejuang.
Karya besar, penuh pengorbanan dan jelas manfaatnya bagi kehidupan manusia dan lingkungan adalah pekerjaan kepahlawanan. Apapun motif niatnya, manusia patut menghargainya.
Bagi kita yang memiliki kerja kepahlawanan itu tentu tidak cukup demi memperoleh penghargaan manusia. Justru bagi para perindu cinta Ilahi dan kampung surgawi bukan kerja kepahlawan semata yang ditekuninya tetapi dia juga mengawal dan memastikan motif niat dirinya dalam mengerjakan semua itu.
Para perindu itu ingat betul satu hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Ahmad, An Nasa-i, At Tirmidzi dan Ibn Hibban. Dalam Hadits itu sahabat Abu Hurairah radhiyaLLaahu 'anhu menyampaikan bahwa Nabi Muhammad shallaLLaahu 'alaihi wasallam menceritakan tentang tiga orang dengan karya besar amalnya selama di dunia, yaitu orang yang gugur berperang di jalan Allah, Ahli Ilmu dan Al Quran yang sering mengajarkan ilmunya dan membaca Al Quran dan seorang dermawan kaya yang rajin bersedekah. Setelah menghadap ALLaah swt di akhirat dan ditanya tentang bagaimana kehidupan hingga kematiannya, masing-masing menjawab tentang karya besarnya selama di dunia hingga akhir kematiannya. Tetapi ALLaah swt membantahnya dan tidak memberi penghargaan sedikitpun kepada ketiganya bahkan memerintahkan kepada para malaikat untuk menyerert ketiganya masuk ke neraka jahannam.
Kepada orang yang mengaku berjuang hingga gugur membela agama, ALLaah swt berkata kepadanya; “engkau berdusta. Bukankah engkau lakukan itu agar manusia menyebut dirimu sebagai pemberani?”
Kepada ahli ilmu dan Al Quran, ALLaah swt berkata; “engkau berdusta. Bukankah engkau lakukan itu supaya engkau disebut sebagai seorang alim (ahli ilmu) dan qori’ (ahli membaca Al Quran)?”
Sedangkan kepada orang kaya yang rajin bersedekah, ALLaah swt berkata; “engkau berdusta. Bukankah engkau lakukan semua itu agar engkau disebut sebagai dermawan?”
Para perindu kampung akhirat akan selalu ingat “cerita masa depan” yang dituturkan oleh lisan Nabi itu. Dan pitutur Nabi adalah wahyu ALLaah swt. Dirinya akan selalu waspada dengan segala lintasan niat. Dia akan bekerja keras mengawasi hatinya. Wajib baginya untuk menjadi lebih baik dari hari kemarin, menjadikan diri bermanfaat bagi sesama dan lingkungannya karena memang itulah kriteria pahlawan di dunia yang diingatnya dari pesan Nabi _“Khoirun Naas, anfa’uhum linnaas — sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain“_. Dirinya ingin agar kepahlawanannya di dunia tidak bernasib seperti ketiga orang yang diceritakan Nabi tadi. Itu sia-sia dan teramat merugikan.
Baginya kepahlawanan di dunia adalah penting. Itu tuntutan kehidupan sebagai pilihan hidup terbaik. Pergantian waktu demi waktu harus menjadi saksi bahwa dirinya juga semakin baik dan berarti. Dan pada saat yang sama dia ingin menjadi pahlawan sejati yang mendapatkan penghargaan tertinggi dari Allah swt Yang Maha Mengetahui setiap desiran hati. Ingin mendapatkan keridhoan-Nya.
فَمَن كَانَ يَرْجُوا لِقَآءَ رَبِّهِۦ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صٰلِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦٓ أَحَدًۢا
Faman kaana yarjuu liqoo-a Robbihi fal-ya’mal ‘amalan shooliha wa laa yusyrik bi ‘ibaadati Robbihii ahadaa
“Maka barangsiapa yang mengharap (dalam keadaan baik) berjumpa tuhannya hendaklah dia mengerjakan amal shalih serta tidak menyekutukan Allah dengan suatu apapun dalam beribadah kepadaNya.” (Al Kahfi: 110)
Magetan, 10 November
H. Riyadh Rosyadi
________________
Dari sahabat Abu Hurairah radhiyaLLaahu 'anhu, Nabi shallaLLaahu 'alaihiwasallam bersabda:
إِنَّ أَوَّلَ النَّاسِ يُقْضَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَيْهِ رَجُلٌ اسْتُشْهِدَ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ قَاتَلْتُ فِيكَ حَتَّى اسْتُشْهِدْتُ قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ قَاتَلْتَ لِأَنْ يُقَالَ جَرِيءٌ فَقَدْ قِيلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ وَعَلَّمَهُ وَقَرَأَ الْقُرْآنَ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ وَعَلَّمْتُهُ وَقَرَأْتُ فِيكَ الْقُرْآنَ قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ لِيُقَالَ عَالِمٌ وَقَرَأْتَ الْقُرْآنَ لِيُقَالَ هُوَ قَارِئٌ فَقَدْ قِيلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ وَرَجُلٌ وَسَّعَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَأَعْطَاهُ مِنْ أَصْنَافِ الْمَالِ كُلِّهِ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ مَا تَرَكْتُ مِنْ سَبِيلٍ تُحِبُّ أَنْ يُنْفَقَ فِيهَا إِلَّا أَنْفَقْتُ فِيهَا لَكَ قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ فَعَلْتَ لِيُقَالَ هُوَ جَوَادٌ فَقَدْ قِيلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ ثُمَّ أُلْقِيَ فِي النَّارِ
Sesungguhnya manusia yang pertama kali dihisab pada hari kiamat ialah seseorang yang mati syahid, lalu diperlihatkan kepadanya kenikmatan sehingga ia mengetahuinya dengan jelas, lantas Dia bertanya: 'Apa yang telah kamu lakukan di dunia wahai hamba-Ku? Dia menjawab: 'Saya berjuang dan berperang demi Engkau ya ALLaah sehingga saya mati syahid.' ALLaah berfirman: 'Dusta kamu, sebenarnya kamu berperang bukan karena untuk-Ku, melainkan agar kamu disebut sebagai orang yang berani. Kini kamu telah menyandang gelar tersebut.' Kemudian diperintahkan kepadanya supaya dicampakkan dan dilemparkan ke dalam neraka. Dan didatangkan pula seseorang yang belajar Al-Qur'an dan mengajarkannya, lalu diperlihatkan kepadanya kenikmatan sehingga ia mengetahuinya dengan jelas, ALLaah bertanya: 'Apa yang telah kamu perbuat? ' Dia menjawab, 'Saya telah belajar ilmu dan mengajarkannya, saya juga membaca Al Qur'an demi Engkau.' ALLaah berfirman: 'Kamu dusta, akan tetapi kamu belajar ilmu dan mengajarkannya serta membaca Al Qur'an agar dikatakan seorang yang mahir dalam membaca, dan kini kamu telah dikatakan seperti itu, kemudian diperintahkan kepadanya supaya dia dicampakkan dan dilemparkan ke dalam neraka. Dan seorang laki-laki yang di beri keluasan rizki oleh ALLaah, kemudian dia menginfakkan hartanya semua, lalu diperlihatkan kepadanya kenikmatan sehingga ia mengetahuinya dengan jelas.' ALLaah bertanya: 'Apa yang telah kamu perbuat dengannya? ' dia menjawab, 'Saya tidak meninggalkannya sedikit pun melainkan saya infakkan harta benda tersebut di jalan yang Engkau ridhai." ALLaah berfirman: 'Dusta kamu, akan tetapi kamu melakukan hal itu supaya kamu dikatakan seorang yang dermawan, dan kini kamu telah dikatakan seperti itu.' Kemudian diperintahkan kepadanya supaya dia dicampakkan dan dilemparkan ke dalam neraka.
*(HR. Muslim: 3527)*
===
Tidak ada komentar:
Posting Komentar